Seperti halnya Juan, Aira pun saat ini sedang bertanya-tanya dalam hatinya, ia masih tak mengerti mengapa pria ini menolong dirinya dan membawanya pergi dari tempat jahanam itu. Ia juga tak mengerti mengapa ia begitu menurut dengan pria asing yang menolong dirinya seolah ia telah mengenal pria asing itu cukup lama.
"Sebenarnya siapa dia? Mengapa aku sangat merasa aman di dekapannya?" batin Aira di sela tangisannya.
Pun dengan Juan, ia begitu terenyuh dengan suara Aira. Ia mengeratkan pelukannya, sesekali mengusap punggung wanita yang belum ia ketahui siapa nama dan asalnya. Entah rasa apa yang sedang ia rasakan saat ini, ia belum pernah merasakan hal serupa sebelumnya. Hatinya terasa teramat nyeri yang amat sangat, ia merasa sedih, tetapi ia juga merasakan kenyamanan bisa memeluk tubuh wanita dalam dekapannya itu.
"Ya Tuhan, perasaan apa ini? Siapa dia sebenarnya?" batin Juan seraya melangkahkan kakinya cepat membimbing wanita yang telah memporak porandakan hatinya sesaat masuk ke dalam super car miliknya.
Bas menyalakan mesin mobil, melajukan mobil sembari menunggu instruksi sang bos selanjutnya. Sedangkan Juan, ia masih setia mendekap Aira, menenangkan hati Aira yang masih saja menangis.
"Tuan, kita mau kemana sekarang?" tanya Bass yang mulai bingung.
"Ke apartemen, Bass."
"Baik, Tuan." Sejujurnya Bass ingin memberikan saran untuk mengantar Aira pulang saja, tetapi ia urungkan ketika melihat sifat yang tak biasa dari sang bos yang terlihat begitu peduli pada Aira.
***
Saat ini mereka sudah berada di depan sebuah gedung apartemen mewah, Juan tak banyak bicara kepada Aira meski sebenarnya ia ingin sekali menanyakan beberapa hal. Entahlah! Melihat Aira yang sudah mulai tenang membuat hatinya sedikit lega.
"Turunlah!" tutur Juan yang kemudian menggandeng tangan Aira dan membawanya ke dalam lift lalu menuju salah satu unit.
Bass dengan cekatan memasukkan sebuah kombinasi pin yang membuat kunci pintu unit di depannya terbuka. Bass mempersilakan sang bos masuk, sedangkan ia dengan setia mengikuti langkahnya di belakang.
Juna menghentikan langkahnya di ruang tengah, melepas gandengan tangannya dari tangan Aira, membalikkan tubuh menghadap Bass yang berada di belakangnya. Pun dengan Aira, ia juga membalikkan tubuhnya dan mengambil jarak agak jauh dari Juan.
"Bass, kemarilah!" panggil Juna agar Bass mendekat ke arahnya.
"Ya, Tuan?"
"Urus semua untuknya," tutur Juan yang membuat Aira memandang heran Juan. Di dalam hati Aira bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Juan, tapi ia memilih diam karena tak berani bertanya.
"Baik, Tuan." Bass mengerti betul apa yang dimaksud oleh majikannya itu karena ini bukan kali pertamanya si bos membawa wanita ke apartemennya.
Baru saja Bass hendak melangkah, Juan kembali memanggil Bram dan menambahi instruksinya. "Bass, pesankan makanan untuk kami!"
"Baik, Tuan. Apakah ada lagi?" tanya Bass memastikan sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan ruangan.
Juan menggelengkan kepalanya. "Itu saja, Bass."
"Baik, Tuan." Bass benar-benar melangkahkan kakinya pergi meninggalkan apartemen Juan saat ini, menyisakan Juan dan Aira yang masih betah dalam posisi mereka tanpa suara.
Juan melangkahkan kaki, mengikis jarak antara dirinya dan Aira. Sementara Aira, ia terlihat merapatkan jas yang ia kenakan dan menundukkan sedikit pandangannya.
"Siapa namamu?" tanya Juan yang kini sudah berada tepat di depan Aira.
"S-saya Aira, T-tuan," ucap Aira terbata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Penghangat Ranjang
Romance"Hangatkan ranjangku setiap malam, Sayang. Aku akan memberimu sejumlah uang yang kau butuhkan." Berawal dari rasa iba, Juan mendadak tertarik dengan seorang gadis malang bernama Aira yang ia selamatkan malam itu. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda d...