Sebelum ibu meninggal

28 2 0
                                    

TUMBAL PESUGIHAN

Misteri pesugihan pabrik kain Pak Hendar tersebar keseluruh pelosok kota, viral menjadi bahan perbincangan yang tiada hentinnya. Kabar korban beruntun yang berjatuhan jua tak kalah heboh, manakala berkardus-kardus uang di storkan para sopir Pak Hendar. Yang hebohnya lagi banyak orang datang berduyun-duyun kerumah yang berderetan dengan Pabrik Pak Hendar, ada kalanya mereka hanya ingin tau, dan ada pula yang ikut berguru.
Namun satu persatu karyawan Pak Hendar angkat kaki dari pabrik, isue yang beredar membuat mereka takut menjadi korban yang berikutnya. Akibat mogoknya para pekerja pabrik kain Pak Hendar jatuh bangkrut, istrinya sakit-sakitan. Sudah lama ibu mengidap penyakit paru-paru akut, namun justru banyak orang menganggap sebagai karma pesugihan. Pabrik kosong Pak Hendar kini hendak dijual, bukan mudah pula dengan isue pabrik mistis seperti demikian. Di tambah kebutuhan ibu untuk segera di operasi, memaksa Pak Hendar bukan hanya menjual Pabrik namun juga menggadaikan aset rumah ke Bank.

" Bapak itu jangan diem aja, dikata-katain orang pesugihan ini itu, mereka itu sudah terkena hasutan " Mbak Rani putri Pak Hendar dari istri pertama.

Pak Hendar tak mampu berkata apapun lagi, tenaganya sudah dikuras hanya untuk menghadapi kerugian pabrik yang besar-besaran. Ia juga tak habis pikir dengan semua kemalangannya, kehilangan keluarga dalam satu waktu ditambah lagi pabriknya hancur sekejap mata.

Pak Hendar adalah orang kampung yang merajut bisnisnya dari nol, mulai dari hand made sampai pinjam alat, pinjam modal sana-sini, hingga besar dan hancur total.
Pak Hendar datang ke pabrik, satu persatu mesin Ia amati sembari mengusap mesin-mesin yang sudah 12 tahun menjadi pundi rupiah untuknya.
" saiki tugasmu wes entek le, aku wes kesel " kata Pak Hendar berbicara dengan mesin-mesin itu. [ sekarang tugasmu sudah selesai, Saya sudah lelah]
Hampir maghrib Pak Hendar masih meratapi kesedihannya dipabrik tua itu, sobekan kain masih tercecer bersama helaian benang bekas pekerja.

Usai maghrib Pak Hendarpun pulang, ia segera menunaikan Sholat maghrib dan selang itu tak keluar lagi dari tempat persembahyangan.

Pabrik kain SUTRA AGUNG, begitulah plang terpasang di depan rumah pak hendar. Rumah gerlantai dua yang cukup mewah dikampungnya. Dua kali haji gelarnya. Ia pernah menginspirasi banyak pemuda dan pemudi desa. Kini gaungnya sirna, tinggal desas desusnya yang masih menggelora. Kabar simpang siur yang belum tau kebenarannya. Apa dibalik misteri kematian kelarga dan adik Pak Hendar, kecelakaan di pabrik, hingga pembantunya yang ditemukan dalam sumur.

Hari makin malam, ibu keluar dari hunian. Ia mendatangi seseorang laki-laki di balik pagar. Seorang laki-laki berpakaian rapi dan membawa mobil bertipe mewah. Mereka cukup lama berbicara, nampak begitu serius sekali.
Pak Hendar hanya melihatnya dari balik jendela, dekat persembahyangannya. Ia tak sama sekali menggubris siapa sosok lelaki yang malam-malam bertamu secara diam-diam kerumahnya. Apalagi ibu tengah sakit serius.

" Bagaimana kesehatanmu buk?" Tanya pak Hendar yang tetiba sudah berdiri di depan pintu.
" hanya cari angin segar pak " jawab ibuk yang terkejut sekali sepertinya.
Mobil itupun pergi menghilang dibalik kegelapan malam, mobil yang belum pernah Pak Hendar temui sebelumnya.

Tetibagi pagi buta ibuk menyerahkan surat cerainya kepada Pak Hendar, Ia tak meminta apapun kecuali hak asuh atas dua anak mereka.

Terkejut lemas Pak Hendar, seolah bertubi-tubi cobaan menimpanya, kebangkrutan hingga perceraiannya dengan istri keduanya.

TUMBAL PESUGIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang