1. Their Background

78 12 0
                                    


Happy Reading !
— flawersun

***

Bagaimana jika ada dua insan yang saling suka namun terhalang persahabatan? Apakah mereka akan merelakan persahabatannya dan menjalin hubungan lebih dari sekedar sahabat atau mereka merelakan perasaannya agar tetap terjalin persahabatannya?

Mereka terlalu dini untuk mengerti tentang perasaan mereka pada saat itu. Masa-masa SD yang sangat seru dihabiskan bersama teman-teman membuat keduanya menyangkal rasa yang tumbuh pada diri masing-masing. Tidak ingin ada yang berubah di antara keduanya agar bisa menikmati masa SD sampai lulus alias tidak mau repot.

Lalu, setelah masa SD selesai mereka tidak bertemu lagi. Persahabatan mereka usai. Entah ada penyesalan atau tidak di antara mereka. Mereka putus kontak total. Keduanya memulai persahabatan baru lagi dengan orang baru.

Tiga tahun waktu yang cukup untuk melupakan sesuatu. Buktinya, keduanya mampu menikmati masa SMP tanpa sedikitpun terpikirkan masa-masa SD.

Si Cowok dengan lingkungan basketnya dan si Cewek dengan lingkungan dancenya. Keduanya berhasil menemukan skill dan hobi sekaligus.

Tapi namanya semesta, tidak bisa ditebak. Apalagi menebak alur selanjutnya hidup umat di dunia.

Mereka dipertemukan kembali di SMA yang sama, salah satu SMA favorit di daerah mereka tinggal. Bukan suatu yang mengejutkan harusnya, namun faktanya si Cewek memilih SMA ini hanya karena tidak ingin satu sekolah dengan crush nya di SMP dulu. Kejadian pahit yang dialami saat dirinya kelas 9 membuatnya tidak ingin melihat crush yang ia sukai sejak kelas 7 itu. Padahal ia bisa masuk SMA favorit nomor satu tapi tidak ia piliha karena ada seseorang yang menyakitinya begitu dalam di sana.

Si Cewek dengan sikap cueknya tidak menyadari kalau dirinya satu sekolah kembali dengan Cowok yang selalu manja pada dirinya dulu. Selalu mencari perlindungan pada dirinya saat dijahili dengan anak cowok lain. Sedangkan si Cowok sudah menyadari sejak si Cewek berjalan mencari kelasnya.

Si Cowok dengan name tag bertuliskan Harbi Nathanio merasakan hal yang aneh ketika melihat si Cewek lagi setelah tiga tahun lamanya. Perasaan senang, sedih, takut dan awkward menjadi satu.

Kenangan yang terlupakan seketika berputar kembali di kepala nya. Harbi menyadari kalau dirinya sudah berubah sejauh itu. Dirinya yang sekarang dan tiga tahun yang lalu sangat berbeda. Perasaan senang seketika muncul tetapi dibarengi dengan perasaan sedih karena terpikirkan bagaimana jika si Cewek dengan rambut hitam lurusnya yang menjadi ciri khas di seberang gedung sana juga sudah berubah. Pikiran-pikiran negatif membuat dirinya ragu untuk menyapa si Cewek.

Kanaya Jihan, cewek imut yang memiliki kepribadian berlawanan dengan wajah imutnya. Jutek adalah satu hal yang akan terpikirkan oleh orang-orang ketika baru saja mengenal Kana. Kana tidak berusaha untuk membuat orang lain terkesan karena dirinya berprinsip yang dibutuhin yang harus dibaikin dan kalo ga butuh-butuh banget ngapain dipusingin.

Perjalanan mencari kelas membuat Kana teringat alasan dirinya memilih sekolah ini, rasa kesal mencuat kembali. Kana tipikal orang yang akan membuat keputusan dengan didasari hal-hal sepele.

"Cari kelas berapa dek?" Tanya seseorang dengan pakaian SMA lengkap pada Kana. Baguslah ga perlu nanya duluan.

"Kelas D, " Jawaban yang begitu singkat.

"Oh itu ada di lantai 2 gedung ini kelas ke 2 dari tangga," Jelasnya.

"Oke, makasihh." Kana langsung berjalan lurus menaiki tangga meninggalkan cowok dengan pakaian SMA lengkap itu dengan tatapan tak percaya. Bukan jawaban yang diekspektasikan.

Belum Masa Orientasi Siswa (MOS), mereka ke sekolah untuk tes agar dapat mengetahui minat dan jurusan yang cocok. Hanya satu hari, beberapa setelah tes lanjut main bersama untuk bonding. Kegiatan yang tidak terpikirkan oleh Kana, dirinya langsung memesan ojek online dan pulang.

•••

MOS bukanlah kegiatan yang menyenangkan bagi seorang Kana, sejak baru sampai di sekolah mukanya sudah tidak ada senyumnya, atribut yang harus dipakai menjadi alasan dirinya sangat bete saat ini. Belum lagi yel-yel dan kelakuan kakak kelas yang membuat Kana muak. Semua membuat Kana malas mengikuti MOS ini namun sayangnya ini wajib dan Kana malas berbohong, padahal bisa saja ia pura-pura sakit untuk izin tidak ikut MOS.

Seluruh murid baru diperintah untuk ke aula. Mereka jalan berbaris sesuai gugus masing-masing. Tidak sengaja seseorang menyenggol bahu kanan Kana, membuatnya menoleh. Terkejut tapi tidak berekspresi suatu skill yang Kana banggakan pada dirinya. Harbi, cowok yang menyenggol bahunya. Kebetulan gugus Kana dan Harbi sedang bersebelahan mengantri untuk masuk aula.

Kana tidak berekspresi dan kembali menatap ke depan. Seperti tidak ada apa-apa meskipun jauh dalam dirinya sangat terkejut hingga membuatnya tidak bisa berpikir apapun.

Harbi yang tersenyum dan mengangkat tangan saat Kana menoleh merasa kecewa dan bingung. Apa tindakannya salah? Meskipun begitu ada secercah rasa senang, senang akhirnya melihat kembali aura mematikan Kana, masih sama bahkan sekarang jauh lebih membuat merinding. Untuk yang satu itu tidak berubah sedikitpun dari Kana. Kalau dulu mungkin Kana akan mencak panjang lebar pada lawannya sekarang Kana hanya diam.

Gugus Kana lebih dulu masuk ke aula. Syukur ternyata tempat duduknya sudah diatur dan gugus Kana mendapat tempat yang jauh dari gugus Harbi. Kana merasa aneh, perasaan senang, sedih dan kesal menjadi satu begitu melihat wajah yang kini semakin tampan dan tubuh yang semakin tinggi menjulang. Sudah sangat jauh bedanya dari Kana tapi senyumnya belum berubah.

Senyum yang Kana sangat hafal. Senyum yang diberikan pada Kana jika Kana berhasil mengusir anak cowok yang jahil. Senyum yang ditunjukkan jika Kana berhasil mengerjakan tugas, senyum yang menghiasi hari-hari Kana saat SD dulu.

Kana benci mengingatnya, alasanya karena 'buat apa? Dikenang menyakitkan, diulang gak bisa.' Harus dilupakan.

Keduanya memiliki asumsi yang sama 'takut semuanya sudah tidak lagi sama' tanpa mereka sadari dasar asumsi sejak awal mereka bertemu kembali itu yang menjadi tembok besar untuk keduanya.

Keduanya memiliki asumsi yang sama 'takut semuanya sudah tidak lagi sama' tanpa mereka sadari dasar asumsi sejak awal mereka bertemu kembali itu yang menjadi tembok besar untuk keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Best Friend - HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang