Kisah 8

16 3 0
                                    

HAPPY READING
MARI RAMAIKAN KOMENTAR
KOMENTAR, KRITIK DAN VOTE
SEBANYAK-BANYAKNYA YA READERS
••••••••••
••••••••
••••••
••••
••

"Bukan dunia yang terlalu jahat. Namun kita yang terlalu lemah dalam menghadapi takdir" Geya Areya.

 Namun kita yang terlalu lemah dalam menghadapi takdir" Geya Areya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Lo suka bunga ya?" tanya Adnan pada Geya yang duduk disampingnya.

Kini kedua pasangan muda ini sedang duduk dikursi taman setelah menyirami tanaman milik Bella.

"Suka" jawab Geya sambil menatap bunga mawar merah yang tengah menjadi kuncup.

"Gue penasaran deh gimana awal cerita bokap gue bisa milih lo" ucap Adnan mencomot topik lain.

"Sebenernya papa dateng ke panti udah cukup lama sebelum aku dibawa ke kota ini" ungkap Geya tak menatap Adnan.

"Maksudnya? kok bisa gitu?" tanya Adnan menatap penasaran gadis disampingnya.

"Jadi awalnya papa kamu datang ke panti itu udah sekitar dua bulan yang lalu. Papa kamu sama yang lainnya waktu pertama kali datang ke panti cuma untuk memberikan sumbangan buat anak-anak panti" jawab Geya tersenyum masih menatap kedepan.

"Terus?" Adnan tetap menatap Geya.

Geya menatap Adnan. Ia melanjutkan "Waktu kedua kalinya datang ke panti, mereka bertemu dengan aku, Alin, Nara, Kyara sama Hyuna"

"Entah apa yang papa kamu sama yang lainnya pikirin hingga bisa menjodohkan kami berlima dengan kalian"

"Setelah satu bulan, mereka baru bicarain niat mereka ke ibu panti. Dan jadilah begini" terang Geya dengan senyuman.

"Terus gimana bisa kalian setuju dengan perjodohan ini?" Adnan kembali bertanya.

Namun, senyum Geya perlahan pudar setelah Adnan melontarkan pertanyaan itu.

Adnan menyadari perubahan dalam diri Geya. Ia memegang pundak Geya pelan, membuyarkan lamunan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Adnan.

Geya menatap Adnan, ia menggeleng dan tersenyum pada pria tampan disebelahnya.

"Ohh ya, ibu udah cerita banyak tentang kamu tau" ucap Geya mengalihkan pembicaraan.

Adnan mengerutkan keningnya. Namun sesaat kemudian ia tersenyum. Ia sadar bahwa ada satu hal yang berusaha ditutupi oleh Geya.

"Oke, sekarang apa yang lo tau tentang gue?" tanya Adnan mengetes apa yang Geya ketahui tentang dirinya.

"Kamu itu tukang gombal. Entah udah berapa banyak perempuan yang kena gombalan kamu" jawab Geya menahan senyumnya.

Adnan membelalakkan matanya. Ia menatap Geya tak percaya. "Geya..." ucap Adnan pelan.

"Ohhh iya.. satu lagi. Kamu itu seorang pria yang punya crush, tapi crushnya gak peka-peka hahahaha" tawa Geya.

"Bisa-bisanya ada cowok ganteng yang punya crush tapi gak peka" sambung Geya mengejek Adnan.

"Udah nasib" sahut Adnan lesu.

"Kamu udah dijodohin sama aku, sedangkan kamu punya seseorang yang kamu suka. Terus sekarang gimana?" tanya Geya menatap serius Adnan.

Adnan nampak berfikir sebelum menjawab. Ia kemudian tersenyum dan menjawab "Gue udah gak suka lagi kok sama crush gue yang itu"

"Secepat itu?... secepat itu kamu lupain crush kamu itu?" kini giliran Geya yang bertanya dengan tatapan tidak percayanya.

Adnan mengangguk singkat dengan wajah polosnya.

"Aku jadi takut deh'' ucap Geya.

"Takut kenapa?" tanya Adnan dengan kening berkerut.

"Aku takut kalo semisal perjodohan kita batal, terus kamu semudah itu lupain aku" jawab Geya menatap Adnan.

"E-eh? nggak.. nggak gitu Gey. Kalo gue bisa lupain crush gue secepat itu, ya karena gue cuma sekedar suka sama dia. Beda lagi kalo sama lo" ucap Adnan.

"Emang kalo sama aku apa?" tanya Geya menggoda Adnan.

"Mmm.. apa ya" Adnan nampak pura-pura berfikir.

Adnan kemudian berbisik tepat ditelinga Geya "Emang kalo gue jatuh cinta sama lo boleh?"

Geya seketika menatap Adnan dengan kening berkerut sekaligus wajah merona.

"Hahahaha... wajah lo lucu tau kalo lagi tersipu kayak gini" Adnan tertawa melihat wajah Geya.

Geya wajahnya semakin merah merona. Ia kemudian menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Gak usah ditutup, lo cantik tau, pake banget malahan" Adnan melepaskan tangan Geya yang menutupi wajahnya.

"Adnan.. kalo kamu nanti berubah pikiran dan lebih memilih crush kamu itu. Aku gpp kok" ucap Geya menatap Adnan dengan senyumnya.

Adnan mengerutkan keningnya. Ia lantas bertanya "Loh? kok gitu? lo bakal semudah itu ngelepasin gue?"

Geya mengangguk, ia menjawab "Iya"

"Kenapa gitu?" tanya Adnan kembali.

"Aku percaya sama yang namanya takdir Adnan. Didalam garis takdir setiap orang, Tuhan udah menempatkan setiap pilihan terbaiknya." jawab Geya mantap.

"Kalo lo bukan takdir gue, gue rasa dunia ini jahat banget" ucap Adnan menatap birunya langit pagi.

"Bukan dunia yang terlalu jahat Adnan. Namun kita yang terlalu lemah dalam menghadapi takdir" sahut Geya ikut menatap birunya langit pagi diatas sana.

Adnan menurunkan pandangannya, kini ia melihat Geya yang terpejam dengan kepala menengadah menatap langit.

"Kenapa lo bisa berfikir gitu Gey? padahal diluar sana banyak yang menganggap dunia ini terlalu jahat, bukan dirinya sendiri yang lemah" tanya Adnan penasaran dengan jalan pikir Geya yang berbeda dengan orang lain.

Geya menatap Adnan sambil menjawab "Aku perempuan lemah Adnan. Aku gampang nangis karena hal-hal kecil"

"Itu bukan alasan yang tepat kamu menganggap diri kamu lemah Geya" bantah Adnan merasa tak setuju dengan ucapan Geya.

"Itu alasan yang paling tepat Adnan. Setiap aku menangisi hal-hal kecil, itu semua menyiksaku Adnan. Itu semua membuatku sakit Adnan, sakit sekali rasanya walau hanya  sedikit dibentak" sergah Geya dengan suara lirih.

Adnan diam, ia tak bisa berucap. Ia hanya bisa memandangi Geya dengan mimik wajah yang tak bisa diartikan.









The Five A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang