Kisah 19

7 3 0
                                    

HAPPY READING READERS KESAYANGAN

MAKASIH BANYAK FOR SEMUA SUPPORT KALIAN.
MARI RAMAIKAN CERITA "THE FIVE A" INI. CERITA YANG KADANG BUAT SAYA PERES OTAK KARENA BINGUNG MAU LANJUT BAGAIMANA.

YUK, SHARE, KOMEN, KRITIK, DAN VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA YAAA.
••••••••••
••••••••
••••••
••••
••

***

"Kenapa?" tanya Adyatama pelan.

Adyatama bingung, semakin bingung saat melihat Fian menangis. Bocah yang sedari tadi tak berbicara itu menangis, bahkan terisak.

Tiba-tiba saja bocah itu menatap Adyatama. Kapten The Five A itu terkejut, amat terkejut. Ia dapat melihat luka dalam mata Fian. Luka yang sama, dengan luka dalam sorot mata Alin saat melihat wanita dengan gangguan jiwa yang berada di depan rumahnya.

Fian berlari memeluk Adyatama. Adyatama yang tak siap hampir terjungkal. Entah mengapa, ia seakan bisa merasakan betapa sakitnya bocah dalam pelukannya itu.

"Kak.. Fian mohon. Kakak jaga baik-baik ya, kak Alin. Kak Alin adalah mentari milik, Fian. Dia yang selalu membuat Fian bahagia, dia juga yang selalu ada untuk, Fian. Letak bahagia Fian ada pada bahagianya, kak Alin." ungkap bocah itu masih dalam pelukan Adyatama.

The Five A menatap Fian dengan sendu. Mereka seakan bisa merasakan kasih sayang Fian terhadap Alin yang begitu besar.

"Kakak janji, kakak akan selalu menjaga dan menyayangi, kak Alin." Adyatama mengusap punggung Fian.

Fian merenggangkan pelukannya, ia menatap kedua mata tajam Adyatama. Bocah pendiam itu seakan mencari kebenaran dalam sorot mata Adyatama.

"Kakak tidak bohong kan?" tanya Fian masih menatap netra tajam Adyatama.

Adyatama tersenyum, ia mengangguk dan memberikan jari kelingkingnya pada Fian. Bocah pendiam itu ikut tersenyum, sesaat kemudian Fian mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Adyatama.

"Tapi, bagaimana kakak bisa kenal dengan, kak Alin?" tanya Fian polos.

Deg.

Adyatama tak tahu harus menjawab apa. Jika ia beritahu yang sebenarnya, apakah Fian akan mengerti?

Adyatama menatap teman-temannya yang saat ini malah mengangkat bahu - tak tahu harus bagaimana.

"Kakak pacarnya kak Alin, ya?" celetuk Randi.

Adyatama terbelalak. Bagaimana bocah berusia 8 tahun sudah tau pacar-pacaran? pikirnya.

Fian menatap Adyatama dengan tatapan berbinar. Ia nampak sangat bahagia. Adyatama hanya bisa tersenyum canggung.

***
Adyatama merebahkan tubuhnya diatas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang, Alin.. Alin.. Alin.. dan Alin.

Sepulangnya dari panti, ia tak bisa memikirkan hal lain selain Alin. Ia sampai kesal sendiri.

"Kenapa cewek itu akhir-akhir ini selalu muncul dalam kepala gue? Gue jadi pusing sendiri kan" gumam Adyatama dibumbui omelan.

The Five A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang