Kisah 12

12 2 0
                                    

HAPPY READING
MARI RAMAIKAN KOMENTAR VOTE, KOMEN DAN KRITIK SEBANYAK-BANYAKNYA YA READERS
••••••••••
••••••••
••••••
••••
••

Cahaya lembut mentari pagi menyirami kota. Kebisingan kota mulai terdengar dimana-mana.

The five a, dengan membonceng kelima gadis panti asuhan berjalan menuju GM'S High School menggunakan motor ninja mereka.

Dari sekian banyaknya pengendara disepanjang jalan, the five a lah yang paling mencolok.

Berbagai drama Adyatama dan Alan yang tidak mau satu motor dengan lima gadis pantai asuhan sudah terlaksana pagi ini. Dengan paksaan orang tua mereka, mau tidak mau akhirnya mereka kesekolah bersama.

Sesampainya di GM'S High School, lima gadis panti asuhan langsung menjadi pusat perhatian. Para siswa dan siswi saling berbisik tentang the five a dan lima gadis panti asuhan.

Geya merapatkan jalannya pada Alin. Ia lantas berbisik "Kenapa mereka liatin kita kayak gitu Lin?"

Alin menatap sekitar mereka, ia kemudian menjawab "Entahlah Gey"

The five a yang berada didepan lima gadis panti asuhan hanya memasang wajah datar dan tak peduli dengan sekitar.

"Aziel" panggil Kyara pelan pada Aziel yang berada didepannya.

"Iya?" sahut Aziel menoleh pada Kyara tanpa mengentikan langkahnya.

"Ini kita harus kemana?" tanya Kyara.

"Emm.. ke kantor aja ya. Belum ditentuin masuk kelas mananya kan?" jawab Aziel terus berjalan sambil sesekali menoleh pada Kyara.

"Tapi ini kita bener udah di daftarin kan?" kini Geya yang bertanya, ia menatap Aziel.

"Udah dong, mana mungkin belum" bukan Aziel yang menjawab, namun Adnan.

Geya mengangguk menanggapi jawaban Adnan.

"Terus, kantor dimana?" tanya Alin menatap ruangan-ruangan yang sudah mereka lewati.

"Loh? kantor tadi didepan, udah kelewat" jawab Adnan berbalik menatap Alin dengan wajah polosnya.

Lima gadis panti asuhan tercengang, mereka seketika menghentikan langkah mereka.

"Jadi.. kantor udah kelewat?" tanya Geya menatap Adnan tak percaya.

Adnan mengangguk masih dengan wajah polosnya.

Sementara the five a yang sudah mengentikan langkah dan berbalik menatap lima gadis panti asuhan hanya diam seribu bahasa.

Alin menginjak kaki Adyatama kesal.

"Shh. Apaan sih lo?" ringis Adyatama sambil menatap Alin tajam.

"Kalo kantor udah lewat, kenapa lo gak bilang dari tadi?" tanya Alin kesal.

"Ya mana gue tau kalian bakal nunggu dikantor" jawab Adyatama dengan entengnya sambil mengangkat bahu.

Alin kembali menginjak kaki Adyatama, kali ini dengan kekuatan double.

"Awhh" Adyatama meloncat-loncat sambil memegang kaki kanannya yang Alin injak.

'Waduh.. brutal juga ni cewek si bos. Apa Yuna juga begitu? atau-atau dia bisa lebih brutal lagi' batin Abian sambil menatap Ishana.

"Apa liat-liat?" tanya Ishana menatap Abian dengan wajah galak.

Abian bergidik ngeri, ia kemudian menggelengkan kepalanya.

"Mau lo apa sih?" tanya Adyatama kesal sekali. Ia menatap Alin dengan tajam, lebih tajam dari silet.

"Anter kita ke kantor" jawab Alin tak peduli dengan tatapan mematikan milik Adyatama.

Anggota the five a yang lain dibuat tercengang. Sungguh, jika ada wanita paling berani di dunia ini, maka Alin lah jawabannya. Bagaimana tidak? dia dengan santainya memerintah kapten the five a yang sekaligus anak tunggal pengusaha berlian terbesar di negaranya.

Bisa dibayangkan keberanian Alin setinggi gunung apa? sedalam laut mana? dan setebal bulu domba mana?

Adyatama melotot pada Alin. Hal itu bukannya membuat Alin takut, namun malah membuat keberaniannya semakin menggebu-gebu.

"Apa lo? mau marah? cepet anter kita ke kantor" tantang Alin maju satu langkah pada Adyatama.

"Kenapa harus gue? masih banyak kan anak-anak yang lain" sahut Adyatama ikut maju satu langkah pada Alin.

"Tapi disini siapa ketuanya? lo kan? sebagai seorang ketua yang baik, lo harus memperlakukan tamu lo dengan baik" ucap Alin sambil bersedekap dada.

"Kalo gue gak mau gimana?" Adyatama tersenyum miring.

Alin ikut tersenyum miring. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas sekolahnya. Alin kemudian mengotak-atik ponselnya lantas menempelkan benda pipih itu ditelinganya.

Adyatama dan yang lainnya hanya menatap apa yang Alin lakukan.

"Halo bun.." ucap Alin setelah beberapa saat hanya diam dengan ponsel ditelinga.

Adyatama seketika merebut ponsel Alin setelah mendengar Alin berucap 'Bun'. Adyatama seketika mematikan sambungan telepon. Ia menatap Alin tajam.

Alin tersenyum jahat pada Adyatama. Ia kemudian mengambil ponselnya dan kembali bersedekap dada.

"Jadi?.. mau bagaimana tuan muda Adyatama?" tanya Alin tanpa melunturkan senyuman jahatnya.

Adyatama tak menjawab. Ia hanya melewati Alin dan berjalan menuju kantor.

"Yuk" ajak Alin menatap lima gadis panti asuhan bergantian.

Mereka mengikuti langkah panjang Adyatama. Alin menatap punggung tegap Adyatama didepan sana dengan terus tersenyum jahat.

Sementara the five a hanya bisa menatap kepergian lima gadis panti asuhan bersama bos mereka dengan tatapan tak percaya. Mereka kemudian saling pandang.

"Brutal juga ternyata cewek bos kita" ucap Abian sambil menatap punggung tegap Adyatama yang semakin menjauh.

"Iya. Tapi tipe cewek kek Alin yang biasanya berhasil naklukin cowok cuek kek si bos" sahut Aziel ikut menatap punggung Adyatama.

"Btw, ada hal penting yang mau gue omongin sama the five a" ungkap Abian menatap teman-temannya serius.

"Apa?" tanya Adnan menatap Abian tak kalah seriusnya.

Abian menatap Adnan kemudian menjawab "Tar aja kalo ada si bos. Soalnya ini menyangkut cewek yang udah dijodohin sama kita"

The Five A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang