1. In Which She Just Want Him To Shut Up

10.2K 266 15
                                    

"The worst feeling in the world is knowing you did the best you could and it still wasn't good enough." - Anonymous

***

"Kau beli pakaian dalam baru lagi?"

Aku menatap Donghae dari pantulan kaca di depanku. Donghae tengah duduk di atas ranjang, dengan punggung bersandar pada papan di ujung kepala tempat tidur. Matanya tak lepas dari layar laptop yang berada di pangkuannya.

Aku sedikit memiringkan kepalaku ke kiri, memerhatikannya. Pakaian dalam transparan dengan renda berwarna biru tua yang baru kubeli masih menempel di depan dadaku. Tanpa menjawab pertanyaannya, aku berjalan ke kamar mandi.

Kuletakkan pakaian dalam baruku di samping wastafel,  dengan malas aku membuka t-shirt dan celana jeans yang tengah kukenakan. Aku membersihkan wajahku dari make up tipis yang masih menempel, dan menggosok gigiku. Selesai melakukan ritual sebelum tidur, aku melepas bikini two piece kesayanganku, melemparnya ke keranjang pakaian kotor di sudut kamar mandi dan memakai pakaian dalam baruku. Aku tersenyum puas. Lingerie ini benar-benar pas membungkus bagian-bagian yang tepat di tubuhku.

Aku melepas ikatan rambutku, dan membiarkan rambutku tergerai berantakan. Setelah memastikan penampilanku sekali lagi di depan kaca, aku membuka pintu kamar mandi dan berjalan ke arah ranjang dimana Donghae masih saja menatap layar laptopnya dengan serius.

Aku berhenti di kaki ranjang dan menaruh kedua tanganku di masing-masing pinggang.

"Bagaimana menurutmu?" tanyaku dengan suara dan pose yang menurutku menggoda.

Donghae mengangkat wajahnya dari layar laptopnya, memandangku dari atas hingga bawah, lalu kembali lagi ke atas dan berakhir di kedua mataku.

"Bagus."

"Bagus?" ulangku.

"Hmm... Terlihat bagus di tubuhmu."

Aku memutar bola mataku. "Lee Donghae..." mulaiku, dengan perlahan menaiki ranjang dan memainkan jemari lentikku di jari-jari kakinya.

"Apa?" tanyanya datar tanpa menatapku.

Merasa kesal, aku memukul kakinya keras-keras hingga dia kembali mengangkat wajahnya untuk menatapku dengan tatapan yang juga tentu saja kesal.

"Untuk apa pukulan itu?" Tanyanya geram.

Aku mengerucutkan bibirku. "Untuk kau yang bahkan tidak melirikku, padahal aku sudah memakai pakaian seksi seperti ini."

Donghae mengehela nafas. "Lee Hea Ae, kau berumur dua puluh delapan tahun, dan dalam tiga bulan lagi, kau genap berumur dua puluh sembilan tahun. Berhentilah bersikap kekanakkan."

"Kekanakkan? Jadi menggoda suamiku sendiri adalah hal yang menurutmu kekanakkan?"

"Kita sudah menikah hampir enam tahun, Lee Hea Ae, bukan baru saja sore tadi." Kini berganti Donghae yang memutar bola matanya malas. "Menyingkirlah, aku sedang menyelesaikan pekerjaan penting untuk besok."

Aku yang kini duduk di atas kedua kakinya, menatapnya dengan tatapan membunuh, pikiran kekanakkan untuk menyakitinya benar-benar muncul di otakku. Dengan cepat aku mengulurkan tanganku, dan sengaja meremas kemaluannya sedikit keras hingga Donghae terkejut.

"Lee Hea Ae!" teriaknya.

Tanpa memedulikan teriakan murkanya, aku segera turun dari atas ranjang dan berjalan ke ruang pakaian. Aku membuka pintu lemari pakaian pada bagian yang berisi khusus pakaian milikku, dengan sembarangan menarik salah satu jubah tidurku, dan memakainya dengan cepat.

Aku kembali berjalan menuju ke ranjang, menemukan Donghae sedang menyingkirkan laptopnya, meletakkannya di atas nakas di sisi tempatnya tidur. Kemudian melipat kedua tangannya di dada bidangnya. Matanya tak lepas dariku, memerhatikan setiap gerakanku dengan tajam.

Dirty Little SecretWhere stories live. Discover now