3. In Which She Could Only Hope (Just a Little Hope)

8.1K 277 40
                                    


I wish you were my first love

'Cause if you were first

Baby there would have been no second, third or fourth love

J.Lo - First Love

***

"Kau terlihat seperti neraka."

Aku tertawa. "Neraka?"

Hanna mengangguk yakin. "Hmm mmm... Wajahmu."

"Aku tidak tahu kau pernah pergi ke neraka. Lagipula, bukankah seharusnya jika kau sudah di neraka, kau tidak bisa kembali lagi? Lalu bagaimana kau bisa kembali? Kukira kau sudah menjadi penghuni tetap di neraka." ujarku sembari memakan sosis sausage yang sudah kupotong kecil-kecil.

Hanna mengendikkan bahunya. "Mungkin aku hanya diterima di surga? Entahlah."

Aku menunjukkan senyuman lebarku. "Aku merindukanmu."

"Ohh... Aku juga merindukanmu. Dan terima kasih karena sudah memesankan menu kesukaanku."

Aku tersenyum. "Bagaimana keadaan di kantor sekarang?" tanyaku, membuat Hanna menghela nafas lelahnya.

"Sibuk," Hanna menggeram. "Ada beberapa karyawan baru, jadi keadaan di kantor saat ini sedikit melelahkan. Dan pergantian sistem manajemen yang baru juga membuat semua berjalan tidak tepat pada waktunya."

"Sistem manajemen baru?" Aku mengecek smartphone ku sekilas. lalu meletakkannya lagi saat tidak ada pesan atau telepon yang masuk dari siapapun.

Hanna menyeruput lime squash nya sebelum menjawab. "Ya, bukankah aku sudah menceritakannya padamu di telepon minggu lalu?"

Aku berfikir sebentar, lalu menggeleng.

Hanna menghela nafasnya lagi. "Aku tidak percaya aku belum mengeluhkan hal ini padamu. Tiga minggu yang lalu, Kim Shin Ji mengundurkan diri."

Kedua alisku terangkat heran. "Kim Shin Ji? Maksudmu seperti Kim Shin Ji dalam papan nama Kim Shin Ji – Chief Operating Officer?"

"Kau pikir ada berapa Kim Shin Ji di firma hukum kita?" Hanna terkekeh.

"Terjadi sesuatu dengannya?" tanyaku. Dan aku yakin saat ini wajahku pasti sudah dipenuhi tanda tanya.

"Tidak ada, dia bersih. Yang kudengar, dia mendapat tawaran dari firma hukum di Amerika."

Bibirku membentuk huruf O. "Jadi, COO baru ini kah yang merepotkan?"

Hanna menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya ke belakang telinga. "Kau tidak akan percaya! Sangat merepotkan! Tapi sebenarnya dia cukup bagus. Lulusan terbaik Oxford. Yang kudengar, dia memang sudah mendapat tawaran kontrak eksklusif dengan firma hukum kita. Jadi, dia langsung memanfaatkannya begitu lulus dari Oxford."

Aku menghabiskan potongan terakhir sosis sausage ku yang terasa enak. Entah karena rasanya yang benar-benar enak, atau karena aku yang terlalu lapar siang ini. "Jadi dia belum berpengalaman?"

"Belum berpengalaman adalah kata yang harus kau garis bawahi. Kau akan mengutuknya habis-habisan jika kau masih menjadi karyawan dan bekerja dibawah tekanannya. Seperti yang kubilang, dia bagus. Dia bekerja seperti pria gila setiap hari, saat kutanya kenapa dia bekerja terlalu keras setiap hari, dia hanya menjawab supaya di akhir pekan tidak ada yang mengganggunya dengan hal pekerjaan."

Dahiku berkerut. "Memangnya apa yang dilakukannya setiap akhir pekan sampai tidak bisa diganggu oleh pekerjaan?"

Hanna tertawa keras. "Aku tidak tahu. Kau pikir aku ibunya? Mungkin bercinta dengan pacarnya seharian?"

Dirty Little SecretWhere stories live. Discover now