Tentang Nina dan Sunny

34 6 25
                                    

Katanya saudara itu jika sudah berpisah akan saling cari ya? Meskipun gengsi tapi sebenarnya ingin sekali mengatakan ‘kapan kesini? Kangen’ begitu kan?  Sebagaimana tidak akurnya, tetap saja akan ada rasanya ingin kembali berkumpul. 

Berlaku kah ini pada Nina dan Sunny? Mengingat terkadang mereka jarang sekali akur dengan kakak-kakaknya, apalagi Shean dan Sunny yang kalau sedang ada angin nya saja.

-
Sebulan setelah pernikahan Shean dan Malika, semuanya terasa berubah. Rumah yang tadinya ramai—meski hanya berdua, mendadak sepi. Ketika biasanya pulang dari rutinitas ada yang menggangu atau mengomel, ini hanya angin dan suara detik jam yang menyambut. Seperti ini yang sudah Nina lalui sebulan belakangan.
Malika yang tiga hari setelah pernikahan, diboyong Shean ke rumah yang ia beli sebelum menikah.  Ditambah lagi laki-laki itu kembali mengurus perusahaan cabang yang ia kelola dulu, mau tidak mau Malika ikut dengannya.

Biasanya ia akan menemukan sang kakak yang datang dengan wajah yang kusut dan kuku yang penuh dengan tanah, kini senyap. Suara ribut yang menyuruhnya makan sekarang tidak ada, kecuali lewat pesan.

“Kamu udah makan?” tanya Malika dari seberang sana.

“Udah.”

“Lauk apa?”

“Telur.”

“Itu doang?”

“Iya.”

“Kok ngga pake sayur?”

“Nanya mulu kek wartawan.” Sungut Nina.

“Ya kamu nya ngga mau kesini.”

“Malas ah kak, cape.”

“Kakak kirim aja ya?”

“Ngga usah ih! Kenyang aku masih.”

Tengah malam biasanya kamu lapar.”

“Ngga lagi sekarang.”

Hening beberapa saat, lalu terdengar helaan nafas dari Malika.

Kamu main-main sini dong, kangen tau.”

“Aku kesitu selalu ngga tepat, males.” Sahut Nina, ia mendengar jika Malika terkekeh.

“Ya kamu ngga bilang mau kesini.”

“Lupa.”

Nina membenarkan duduknya, ia meringis ketika mengingat datang ke rumah Malika, yang saat itu harus melihat pemandangan yang menodai matanya.  Yaa.. mereka tidak tau tempat melakukan hal yang seharusnya di kamar malah di ruang tamu— dasar orang tua.

Tapi salahnya juga datang disaat jam pulang, bukankan saat itu adalah saatnya saling melepas rindu setelah seharian berpisah? Apalagi masih pengantin baru.

Tetap saja salah mereka, pokoknya mereka.

“Kamu weekend ini ke rumah ibu?”

“Iya rencananya.”

“Sama siapa?”

“Sendiri, lagian biasanya juga sendirian.”

Ya kali aja kamu sama mas-mas yang kemaren.” Malika terkekeh.

“Mana ada, orang Cuma temen.”

“Temen apa demen?”

“Berisik! Kakak ngapain sih nelpon? Bukannya ngurus suami.”

“Suami kakak mah aman kalo udah makan, tinggal dikelonin aja kalo rewel.”

“Salah banget ngomong gini.” Sungut Nina, Malika tergelak.

BITTERSWEET(✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang