Empat

53 9 44
                                    

Haii maniezzzz, ngga jadi tamat wkwk

***

"Ayo berteman setelah ini, Shean."

Malika tidak akan menyangka itu benar terjadi. Apa? Sebenarnya ia bingung, maksud dari perkataannya tempo hari itu apa? 'Ayo berteman' apakah Shean tidak peka akan hal ini?

Ia menggeleng kepalanya cepat, seolah menepis jika sebenarnya ia jatuh cinta pada laki-laki yang terkena tendangan kaleng itu. Tapi semakin tidak terima, semakin itu juga ia merasa bingung.

Terlebih lagi saat ia tau jika laki-laki itu sudah pindah keluar kota, seminggu setelah acara pernikahan Sabrina dan Aldrian kemarin. Benar-benar hanya menganggap kebersamaan mereka selama seminggu itu hanya fiktif belaka, hanya skenario yang diatur supaya tidak canggung.

"Luar biasa sekali Malika, kau terlalu lemah dengan segala perhatian-begitu saja baper." Gumamnya sambil menggunting tangkai bunga.

Hei! siapa yang tidak terbawa perasaan jika kau diperhatikan sedemikian rupa. Shean benar-benar memperlakukan layaknya mereka itu pasangan, ia tidak habis pikir dengan Sabrina yang malah lebih memilih Aldrian. Jahat memang pikiranmu Malika.

Ia masih ingat ketika hari pertama tamu bulanan, Shean mengirimkan beberapa cemilan manis untuknya. Sempat protes kenapa tidak ada minuman teh daun-alias tidak tau diri sudah dibelikan, dan apa jawaban dari laki-laki itu?
"Saya ada baca katanya jangan minum teh-teh dulu, ngga tau itu bener apa ngga. Tapi mending dihindari deh."

Itu katanya, lebih parahnya lagi ia ternyata memperhatikan Malika. Kadang mengingatkan karena ia sendiri pelupa, apalagi makan siang.

Dan ini sudah tiga bulan berlalu Shean pindah, tidak ada kemajuan apa-apa meskipun sering bertukar kabar via pesan.
"Halah, nyusahin aja itu cowok satu."

Hari ini ia harus menyelesaikan beberapa pesanan, sudah cukup terbengkalai karena ia uring-uringan, sampai Diana dan Muti kena batunya.

"Kak Malika kenapa, Mut?" Tanya Diana yang memperhatikan Malika dari tadi.

"Mantannya nikah." Sahut Muti.

"Dih, dia kan udah lupa-eh move on maksudnya."

"Tau dari mana lo?" tanya Muti memicingkan matanya melihat Diana.

"Kan ada mas-mas yang kadang antar-jemput itu, mana sering jalan bareng juga."

"Kali aja mas gojek."

"Mana ada mas gojek ganteng gitu!" sungut Diana.

"Ya bisa aja."

"Aku mau antar bunga sekaligus mampir ke Café teman, kalian mau nitip apa?" tanya Malika tiba-tiba.

"Apa aja deh kak, kalo gratis hehe." Sahut Muti.

"Kerikil oseng mau?"

"Makasih kak, makan dirumah aja kalo gitu. Buat kakak aja kalo mau."

Malika tertawa melihat wajah Muti, "Ya udah nanti kakak kirim menunya."

"Kerikil oseng-nya?" tanya Diana.

"Kamu beneran mau?" tanya Malika.

"Boleh kak, toping beef slice deh tapi Muti yang makan." Sahut Diana, yang langsung mendapat pukulan di lengannya. Kemudian dibalas lagi oleh Diana, dan dibalas juga oleh Muti. Dan jadilah balas-balasan never ending.

Malika tergelak, suasana hatinya sedikit membaik melihat kedua gadis itu ribut.

"Oke-oke, ntar yah."

BITTERSWEET(✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang