Xiao Zhan terdampar di rumah sakit dalam keadaan amnesia dengan membawa bayi dalam gendongannya! Ia tidak ingat bagaimana bisa sampai ke sana. Suaminya, Wang Yibo, bertekad menyelidikinya, terutama karena Xiao Zhan tidak ingat bahwa mereka telah men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ponsel Wang Yibo berbunyi tepat ketika ia baru keluar dari kamar mandi dengan hanya berlilitkan handuk di pinggangnya. Ia mengalungkan handuk mandi di leher yang sebelumnya digunakan untuk mengelap rambutnya yang basah, lalu melihat jam di dinding. Pukul 07.30. Siapa yang menelpon sepagi ini. Dering yang tak kunjung berhenti itu, membuat Wang Yibo menjawabnya.
"Apakah ini Tuan Wang Yibo?"
Kening Yibo mengerut serta merta ia menjauhkan ponsel dari telingannya dan melihat pada layar ponsel yang hanya tertera nomor tak dikenal. Ia pasti akan segera mengakhiri panggilannya jika ternyata itu dari marketing bank atau sebagainya yang sedang menawarkan produk, Ia tidak ingin mendengarkan 'ceramah' itu sepagi ini. Kalau bukan karena hari ini hatinya sedang senang setelah bercinta dengan istrinya sebelum melepasnya pergi tadi, ia pasti akan memutus panggilannya.
"Benar." jawabnya
"Ini dari UGD Beijing Hospital. Tuan Xiao Zhan ada di sini. Tapi Anda tak perlu khawatir. Keadaan Tuan Xiao Zhan tidak parah, hanya pikirannya agak kacau akibat terjatuh. Dan bayinya juga baik-baik saja, hanya kuning saja. Sekarang sedang ditangani di bagian anak. Kalau Anda bisa datang ...."
Yibo sempat cemas saat mendengar Xiao Zhan kecelakaan. Namun, saat disebutkan perihal bayi itu membuatnya amat lega.
"Istri saya, Xiao Zhan sedang ada di tokonya. Kami tidak punya anak—-belum," ralat Yibo, "Kelihatannya Anda salah orang. Maaf."
Wang Yibo mengakhiri panggilannya. Ia menuju lemari pakaian. Sambil berpakaian pikirannya melayang memikirkan pernikahannya yang hingga kini belum membuahkan anak. Padahal istrinya, Xiao Zhan, sangat menginginkan seorang anak dalam pernikahan mereka.
Awalnya, baik dirinya maupun Xiao Zhan, tidak terlalu mengharapkan anak. Tapi harapan muncul ketika Xiao Zhan ternyata bisa mengandung.
Namun, dalam empat tahun pernikahan mereka itu juga, Xiao Zhan sudah keguguran sebanyak dua kali akibat kondisi rahim yang tidak kuat karena ia adalah seorang laki-laki.
Keguguran yang pertama ketika usia kandungan sudah memasuki usia delapan minggu. Yang terakhir sangat memukul mereka berdua karena gugur setelah usia kandungan istrinya hampir mencapai empat bulan. Padahal mereka sudah lega, bahkan sempat menyiapkan kamar bayi.
Xiao Zhan sempat depresi karena keguguran yang terakhirnya dan baru pulih setelah satu bulan mengurung diri di kamar dan menyalahkan dirinya. Yibo benar-benar tidak berdaya pada saat itu. Istrinya itu tidak mau dihibur oleh siapa pun dan hanya menangis sepanjang hari. Ia sungguh tidak ingin melihat Xiao Zhan seperti itu lagi.
Saat dokter menjelaskan bahwa kalau kelak nanti Xiao Zhan hamil lagi, dia harus banyak beristirahat, dan dokter akan menjahit mulut rahimnya agar tidak keguguran lagi. Mendengar itu, Xiao Zhan perlahan pulih dan kembali bersemangat.
Sayangnya, sejauh ini Xiao Zhan belum hamil lagi. Kenyataan ini membuat istrinya sangat ketakutan bahwa dia takkan bisa punya anak lagi.
Menurut dokter ahli kandungan langganan mereka, Xiao Zhan terlalu keras berusaha. Seharusnya ia agak santai agar tubuhnya punya kesempatan beristirahat sebelum hamil lagi. Yibo sangat mengerti dan bisa menangkap anjuran dokter tersebut. Meski begitu, menyakinkan Xiao Zhan bukanlah hal mudah.