Tiga hari kemudian Doyoung kembali ke sekolah dengan keadaan yang jauh lebih baik, meskipun langkahnya masih timpang tapi memar di kaki dan tangannya sudah samar terlihat. Doyoung berangkat seperti biasa namun ia tidak dapat menemukan So Junghwan di manapun, ia pikir teman sebangkunya itu akan terlambat tapi Junghwan tidak menampakkan diri bahkan hingga sekolah dibubarkan.
Setelah memastikan bahwa semua murid sudah pergi meninggalkan lantai dua, Doyoung bangkit dan berjalan ke luar ruangan, menuruni tangga dengan mencengkram erat pegangan besi yang terasa dingin di tangan. Ia menghembuskan napas berat karena sejak kejadian hari itu, dirinya dan Junghwan tidak lagi saling bertukar kabar.
Lagi-lagi Doyoung dikabari kalau Ibunya akan terlambat menjemput di sekolah, kalau boleh jujur Doyoung benci saat seperti ini, saat di mana ia harus bergantung dengan orang sekitar karena keterbatasan yang ia miliki. Jika dapat kesempatan untuk memilih, Doyoung memilih untuk langsung mati saat dirinya terjatuh dari atap sekolah dua tahun lalu.
Lamunan Doyoung buyar saat netranya menemukan Junghwan sedang duduk di kursi panjang depan perpustakaan, teman sebangkunya itu memakai pakaian biasa bukan seragam yang seharusnya dikenakan. Mata keduanya bertemu, Junghwan tersenyum dan lari menghampiri Doyoung yang masih diam di tempat.
"Kaki lo udah enakan?" Tanya Junghwan sambil memandangi kaki Doyoung yang kini bisa berdiri normal.
"Udah, lo kenapa gak masuk kelas?" Kali ini Doyoung yang bertanya.
"Izin dari pagi, ada latihan sama anak dance, bentar lagi kita lomba." Doyoung mengangguk-anggukan kepala mendengar jawaban Junghwan.
"Mau balik sekarang? Ibu lo udah jemput?"
"Belum."
"Yaudah tunggu sini aja, gue temenin." Titah Junghwan sambil menuntun Doyoung untuk duduk di kursi yang ia tempati sebelumnya.
"Sorry." Ucap Doyoung memecahkan keheningan yang cukup lama hadir di antara mereka berdua.
"Tiba-tiba?" Tanya Junghwan heran.
"Reaksi gue berlebihan kemarin, harusnya gue gak semarah itu, kan? Kalo gue jadi lo juga gue pasti bakal penasaran sih sama masa lalu kelam apa yang dialamin temen sebangku gue. Sorry." Ucap Doyoung lagi.
Junghwan tersenyum lalu mengusap kepala Doyoung yang tertunduk di sebelahnya. "Gak perlu minta maaf, gue juga salah karena gak sopan nyari tau soal lo di belakang." Ucapnya menenangkan.
Percakapan mereka terpotong karena tiba-tiba Junghwan dipanggil oleh salah satu adik kelas anggota ekskulnya, setelah meyakinkan Doyoung bahwa ia akan kembali dalam waktu dekat, Junghwan akhirnya pergi meninggalkan Doyoung yang berjanji akan menunggunya sendirian.
"Kim Doyoung?" Itu suara Mashiho, Doyoung jelas tidak kenal dekat dengan kakak kelasnya itu dan hanya sekedar tahu nama satu sama lain.
"Ya? Kenapa kak?"
Tanpa bicara kini Mashiho duduk di sebelahnya, Doyoung yang bingung dengan situasi saat ini memandang Mashiho dengan heran. "Lo mau ngapain kak? Gak akan ngebully gue kan?"
Mashiho tertawa, ia kemudian menggeser tubuhnya agar lebih dekat. "Udah tau masalah Junghwan?" Tanya Mashiho tiba-tiba.
"Masalah?"
"Lo gak masuk kan Jumat kemarin? Dan gue yakin lo gak punya temen buat ngasih tau informasi ini. Hari apa tuh yang lo didorong sampe jatuh dari tangga?"
"Kamis?"
"Nah, hari itu setelah lo balik apa pas lo lagi di UKS gitu gue lupa, si Junghwan nonjokin orang yang sengaja dorong lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal [Hwanbby]✔
FanfictionIf I show you my scars and told you my weaknesses, would you love me or leave me? ⚠️ minor character death ⚠️ ⚠️ suicide, self-harm ⚠️