.
.
.Hyunjin datang ke kelas, kedatangan nya membuat seluruh siswa melirik heran. Yah pasalnya terdapat luka lebam dekat matanya, bukan hanya diam beberapa dari mereka menahan gelak tawa, mata Hyunjin bengkak sebelah.
"Apa lo pada! iri ya sama mata gue?" ketus Hyunjin lalu duduk di bangku nya.
Teman sebangkunya segera bangkit dari tidurnya, menatap Hyunjin dingin.
"Lain kali kalo orang ribut gausah ikut campur" ucapnya lalu memainkan ponselnya lagi.
"Ya daripada lo, orang ribut cuman diliatin, ga guna lo!" Teriak Hyunjin.
Kelas hening, atensi nya mengarah ke arah dua orang ini. Soobin yang duduk dipojok belakang hanya bisa menarik nafas kasar.
Begin again
"Ga guna? Lo ngerasa diri lo paling berguna ya?" Tanya nya santai.
"Ya, lebih berguna dibanding lo!"
"Terus? Kenapa lo diem aja pas nyokap gue dibunuh sama bokap lo?" Ucapnya dengan senyum miring.
Skak mat, Hyunjin tak bisa berkutik. Ia tak tahu harus berkata apa lagi, bingung dan panik. Ia takut di cap sebagai anak pembunuh.
"Kenapa diem?"
"Bangsat lo Jaemin!"
Hyunjin menarik kerah Jaemin kasar, sedang Jaemin tetap tersenyum licik ke arah Hyunjin.
"HEY! GURU DATANG!"
Hyunjin melepaskan Jaemin dengan wajah kesal. Ia tak bisa berpikir bagus untuk sekarang, kacau.
Rumor soal Hyunjin berkelahi dengan Jaemin tadi pagi rupanya menyebar cepat. Bahkan sampai seluruh sekolah mengetahuinya. Tapi bukan itu masalahnya, Hyunjin dicap sebagai anak pembunuh.
"Padahal udah berusaha ditutupin" ucap Junkyu sambil menyedot susu coklatnya.
"Pasti ada alesan nya, mereka juga sempet adu mulut kan sebelum itu"
"Eric! Lo sadar ga sih, ada yang lain dari kita?" Tanya Junkyu.
Eric menatap Junkyu intens, ya benar. Ada sesuatu yang janggal sejak tiga hari lalu, bahkan seharusnya ramalan yang ia dapat terjadi kemarin, tapi tidak ada yang terjadi.
"Bener! Gue juga kemaren abis minta ramalan-eh"
Mampus, Eric keceplosan! Segera ia bangkit dan meninggalkan Junkyu yang bahkan belum mendapat jawaban dari Eric, ia minta ke siapa?
Eric memasuki toilet, ia merasa bodoh saja bisa-bisanya keceplosan didepan Junkyu. Ia tahu Junkyu bukan anak biasa.
"Abis ketahuan ya?"
Suaranya dari luar, Eric melotot. Siapa orang diluar, bagaimana ia tahu?
"Lain kali hati-hati ya! Btw gue juga masih inget, ternyata lo benci sama Junkyu"