2

552 50 2
                                    

Sementara itu dengan Livia, gadis itu sedang merebahkan dirinya di kamar mendiang Kakak sepupu tercinta, Arluna Astara.
ia memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa pergi dari keluarga Pratama, membebaskan diri dari pria brengsek seperti Arsatya, dan dari ibu mertuanya.
Livia menghela nafasnya berat, memikirkan ini saja sudah pusing, apalagi kalau sudah kabur?
tapi, misalnya kalau Livia akan meminta Paman dan Bibinya menyembunyikan keberadaannya, pasti Satya tidak akan tahu- tunggu, apakah pria itu akan mencarinya? ah Livia.. kamu terlalu banyak berharap ternyata. kalau tidak begini saja, Livia akan pergi ke suatu tempat dimana orang orang tidak tahu tempat itu dan tempat itu tidak di ketahui oleh banyak orang, lalu Livia menggantikan paman dan bibirnya yang sudah ingin pensiun dari toko kue mereka yang sukses sejak lama. ia pun hidup bebas dan bahagia. maka ia pun terlepas dari keluarga Pratama.
"gue gatau lo bakal sepinter ini Liv, gue bangga sama gue"

tok! tok! tok!

"masuk aja Mi" Seorang wanita paruh baya masuk kedalam kamar tersebut sambil membawa nampan makanan untuk keponakan satu satunya itu menunjukkan senyum cantiknya, "makan dulu Sya, habis ujan ujanan juga" Livia terkekeh, lalu mengangguk pelan "nanti aku makan, oh iya.. nanti aku mau bicara sama Mami, tapi di bawah aja bareng Papi, oke?" wanita yang bernama Hani itu pun mengangguk, lalu mengacak pelan rambut keponakannya "mami ke bawah dulu" Livia mengacungkan jempolnya. kemudian Hani tersenyum sebentar, lalu pergi meninggalkan kamar yang di tempati Livia.

Livia pun mulai memakan makan malamnya perlahan, tapi aktivitas nya terganggu karna ada telpon yang membuat makannya tertunda.

"siapa sih" Livia melihat nama penelepon, dan itu adalah teman masa SMA nya, Liza Achara. mereka berdua masih saling contact, terkadang berbagi cerita, dan mereka berdua seperti sahabat yang tidak terpisahkan. Livia menggeser tombol hijau, lalu melihat Liza yang baru selesai memasak

"hai Liv, tambah cakep aja lo" Livia tersenyum kecil "thanks, lo juga Liz. btw tumben lo nelpon gue" Liza pun terkekeh "ini... gue mau ke kota lo, info hotel dong" Livia melongo, "lo mau honeymoon? lo udah nikah? kok ga ngundang gue sih?!" Livia menghujam Liza dengan banyak pertanyaan, sehingga cewek itu pusing sendiri "eh aduh jangan kebanyakan dong nanyanya, gue jadi pusing anjai"

Livia menyengir saja, lalu memakan makanan yang belum ia makan tadi. sampai lupa kan ia mau makan apa dulu "gini gini, gue kan ada tugas kerja nih di kota lo. nah gue gatau banyak soal kota lo, yaudah gue tanya lo aja" jelas Liza sembari memasukkan satu sendok nasi nya kedalam mulutnya. Livia yang sedang mengunyah hanya bisa mengangguk saja "gimana hubungan lo sama Satya? langgeng ga?"

uhk!

Livia tersedak ketika Liza menanyakan hubungannya dengan Pria sialan itu, Liza tampak khawatir saat ia melihat Livia yang tersedak makanannya, apakah pertanyaannya salah? atau dirinya yang seharusnya tidak menanyakan itu? Livia meminum segelas air putih, lalu menghembuskan nafasnya lega "aduh, maaf ya. gara gara gue nih lo jadi keselek"

Livia mengangguk pelan "gapapa, lagi pula hubungan gue sama dia udah mau berakhir kok. udah end" Liza melongo, wajahnya sama sekali menunjukkan ia kaget dengan pernyataan dari Livia. tapi.. kenapa bisa? "gue gamau nanya ini lebih jauh, tapi kalo lo mau cerita ke gue. silahkan, gue selalu terbuka buat lo" Livia tersenyum tipis, "makasih"
"untuk apa? kita kan sahabat Liv. jangan jangan lo nganggep gue sebagai teman aja!?" Livia tertawa pelan, lalu menggeleng "engga Liz, gue nganggep lo sebagai sahabat nomor 1 gue terus. mana ada gue nganggep lo sebatas temen aja" Liza tampak lega.
"(LIZA KELUAR GA LO! LO UDAH JANJI MAU MALMING-) eh gue udahan dulu ya, ada orang gila nyasar ke tempat gue" Livia terkekeh, lalu mengangguk "semoga langgeng sama orgilnya Liz"
"sialan lo, gue tutup ya. bye"
"bye"

tut.

"sampe lupa gue mau ngomong ke om sama tante, ke bawah deh" Livia membereskan piring beserta sisa barang yang ia gunakan saat ia makan tadi. Livia pun turun ke bawah untuk meletakkan piring dan sisa barang nya itu.

tap! tap! tap!

"Sya, kamu mau ke dapur kan? mami nitip kue ini ya? nanti taro aja ke kulkas" ujar Hani yang meletakkan kue yang masih terbungkus rapi di atas meja makan. "kenapa kue nya ga dikasih sama pelanggan mami? kenapa ditaro ke kulkas?" tanya Livia, "ada pelanggan yang nge batalin pesanan ini tadi, ternyata pelanggan mami udah beli kuenya dari toko yang lebih bagus dari mami" jawab Hani, Livia yang mendengar jawaban Hani pun ikut merasa sedih

"tapi gapapa, ini dalam berbisnis pun kita juga ada saingannya. jadi ga masalah juga buat ini" tambah Hani "terus? kuenya buat siapa?" tanya Livia
"kalo kamu mau, makan aja" Livia tersenyum, akhirnya pertanyaan nya tidak sia sia 'licik amat sih sama mami sendiri' lalu Livia pun mengangguk angguk saja "yaudah, mami mau ke rumah temen mami dulu ya. kamu gapapa kan mami tinggal?" tanya Hani "iya mami, gapapa banget malahan" Hani tersenyum tipis "mami tinggal ya, bye sayang"

"bye mami, hati hati!"

Hani pun berjalan meninggalkan Livia seorang di ruang makan, dan kini suasana rumah pun benar benar sepi. Heri sedang pergi ke kantornya, dan Hani pergi kerumah temannya. sementara Livia sedang mencuci bekas makannya dan mengambil kue yang tidak jadi di order oleh Hani.

Sekarang Livia tidak tahu ingin melakukan apa, ia merasa bosan. biasanya di Mansion Pratama ia melakukan apa saja bersama para Maidnya, tapi sekarang.. Livia menghela nafasnya pelan, lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja, ia melihat chat dari teman lamanya yang masuk di roomchatnya, dia pun membalasnya.

Nala
online

hy sya

siapa ya?

no tmn lama lu lh

masa lu gatau

jahat

lah siapa njir?

Venzie? Arkan? Cilo?


tau amat

gue Nala, bego.

OHH

LU NALA

ok di svb
read

Livia terkekeh saat mengetahui itu adalah nomor Nala sahabatnya, ia menyimpannya di contact dan menamainya. "apa gue nonton drama aja kali ya? mendukung juga sih cuacanya" Akhirnya Livia menonton drama yang belakangan ini menjadi trending di sosial media, gadis itu menonton di kamarnya dengan tv yang lumayan besar.

beberapa menit kemudian disaat pertengahan drama, ada telpon masuk dari ponsel Livia. Livia yang sedang menyeka airmatanya pun berdecak, "siapa sih yang telpon?! ganggu aja" Livia membuang bekas tisunya ke tempat sampah di sampingnya, lalu menjawab telpon itu tanpa melihat nama sang penelfon

"halo?"

"...." terdengar sepi, tidak ada yang menjawab sapaannya. "halo? siapa ya?" tanya Livia, "...." masih sepi, yang menelfonnya tidak menjawab lagi. Livia menjadi merinding kalau begini "g-gue matiin ya? aduh ga penting banget" disaat Livia ingin mematikan telfonnya, tiba tiba suara muncul dari telfonnya.

"mi amorè.." mendengar suara yang begitu berat dan mendayu dayu, Livia menjadi terkejut dan langsung menutup telepon itu. jantung Livia berdebar dengan cepat dan keringat sebesar biji jagung pun lewat di pelipisnya "pasti orang iseng, pasti orang iseng" ia terus merapalkan mantra agar orang yang menelfonnya adalah bukan hantu. melainkan orang iseng "tapi dia siapa jir?" dia pun mulai mencari nomor itu dengan aplikasi biru telepon (GC) "ko gaada? itu siapa jir?!?" Livia mulai panik, ia pun Block nomor orang yang menelfonnya.

"serem amat, mending balik lagi ke kamar" Livia pun pergi ke kamarnya dan melanjutkan aktivitas nya tadi.

• • •

120 vote ak up yh, cuma tinggal pencet aja kok. gampangggggg, dont be silent reader yaaa sayangkuu💋💋

💗makaciw💗

Fake Married [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang