[ 1 ] Sebuah gagasan

496 39 47
                                    

Jadwal update cerita ini adalah hari Minggu. 

Happy Weekend!

.

.

.

Suara air mendidih dari dalam teko listrik menyebabkan ujung jempolnya tersandung di antara kursi kayu. Taeyeon melompat-lompat menuju dapur menggunakan kaki sebelah kiri sementara lutut kanannya tertekuk menahan rasa sakit yang tidak seberapa. Steker dicabut dari stop kontak dan air panas dituangkan ke dalam mie instan kemasan cup. Dari aromanya saja bisa membuat air liurnya menetes.

Selagi menunggu tiga menit sampai mie mengembang sempurna, Taeyeon menggonta-ganti saluran televisi. Sebuah tayangan iklan kamera di mana seorang pria memotret aksi kejar-kejaran petugas polisi yang berusaha menangkap pencuri tanpa ada upaya untuk menolong. Pikirannya gagal menemukan korelasi mengapa iklan kamera harus menggunakan tindak kejahatan. Itu adalah contoh buruk bagi generasi sekarang yang sering merekam kejadian di luar sana tanpa meminta persetujuan dari pihak yang terlibat.

Plak!

"Melamun jorok ya?" Winter menampar pelan wajah kakaknya yang melongo.

"Apaan sih. Pulang ke rumah itu salam dulu, bukan main tampar pipi orang sembarangan" gerutunya mengelus pipi sebelah kiri.

"Salah sendiri punya wajah mesum begitu" kata Winter dengan nada sambil lalu.

Anak kedua keluarga Kim mendorong pundak yang tertua untuk bergeser ke samping. Sesaat mereka damai dengan duduk berdampingan. Taeyeon menyeruput mie tanpa memutus panjangnya sedangkan Winter sibuk bermain dengan ponsel yang terus berbunyi. Diam-diam Taeyeon melirik pada layar ponsel yang menyala.

"Coba saja kalau berani mengintip. Aku patahin itu leher" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan mata dari benda yang dipegang.

"Dih, orang aku lagi nonton film" sanggah Taeyeon membela diri padahal jelas-jelas dia berbohong.

"Apa tadi warna tas yang dipakai wanita itu?" jari telunjuknya mengarah pada layar televisi 32 inch.

"Hm.." seketika pikiran Taeyeon menjadi kosong. Dia tidak mengerti mengapa wanita suka menyiksa para lelaki dengan kuis dadakan yang tidak berbobot. Itu menyebabkan dia harus memutar otak dua kali dan mengarang pertanyaan konyol. "Sebentar lagi kamu ulang tahun kan, mau minta kado apa?"

"Permintaan tahun lalu saja belum Kakak belikan"

"Pilih kado juga jangan asal ngomong, yang rasional sedikit. Bagaimana caranya aku bisa beli iPhone keluaran terbaru. Masih beruntung aku mau kasih kamu uang jajan"

"Makanya cari kerja yang benar agar dapat membahagiakan adikmu yang cantik ini"

"Malas. Baru juga lulus kuliah sudah disuruh menanggung beban hidup anak setan"

"Wah, parah. Orang tua sendiri dibilang setan"

"Kamu kan bukan anak mereka. Kamu adalah bayi yang tertukar saat di rumah sakit"

"Ih, apaan sih, menyebalkan sekali" dengan kesal Winter memukul lengan kakaknya. Gurauan lama yang tak pernah padam di mana kerap kali Taeyeon mengatakan bahwa mereka bukan saudara kandung. Pada masa kanak-kanak, Taeyeon bercerita tentang bagaimana ibunya menemukan bayi perempuan di tempat sampah saat musim dingin dan kemudian diberi nama Winter. Itu membuat gadis berusia enam tahun menangis seharian.

"Dari pada cuma menghabiskan waktu dengan menonton film seharian di rumah lebih baik Kakak mengirimkan surat lamaran kerja. Memang Kakak tidak kasihan sama Kak Tiffany?"

"Kenapa? Apa hubungannya?" tanya Taeyeon sambil menggigit ujung sumpitnya.

"Kasihan saja. Sudah pacaran lama dari SMA tapi belum diajak menikah. Bagaimana jika tiba-tiba ada lelaki lain yang mendekat?"

Sleep CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang