01

364 39 0
                                    

Hujan tak henti-hentinya turun sejak sore hari, hingga kini langit berubah malam Jamanika masih tak bisa duduk tenang memikirkan seseorang yang masih saja belum memberinya kabar setelah pagi tadi pergi dan hanya meninggalkan secarik kertas dengan ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan tak henti-hentinya turun sejak sore hari, hingga kini langit berubah malam Jamanika masih tak bisa duduk tenang memikirkan seseorang yang masih saja belum memberinya kabar setelah pagi tadi pergi dan hanya meninggalkan secarik kertas dengan tulisan 'ada acara di rumah teman, aku akan kembali sore nanti'.

Merasa cemas pada sosok tampan yang berstatus sebagai kekasihnya sekarang, Jamanika khawatir ada sesuatu yang mengganggunya di perjalanan.

Tepat suara ketukan pintu terdengar, membuat Jamanika yang tengah gusar segera bergegas membuka pintu. Fikirannya tertuju pada seseorang yang ia tunggu.

Benar saja, ia terkejut saat mendapati sosok Hardinata yang basah kuyup dengan gigi bergemelatuk.

"Hardi." Menggenggam tangan dingin sang kekasih dan menariknya masuk, membantu Hardinata membuka pakaian yang sudah basah dan dingin diguyur air hujan.

"Kamu ganti baju ya, aku buatin teh anget." Hardinata mengangguk, melangkahkan kakinya menuju kamar. Sedangkan Jamanika pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat untuknya.

Setelah semuanya selesai, keduanya kini berada di sofa dengan Hardinata yang menjadikan paha Jamanika sebagai bantal.

"Kenapa pulang malem banget? Aku nunggu kamu dari sore." Jamanika mengelus lembut surai setengah kering Hardinata, yang ditanya hanya menggumam dan membenamkan wajahnya di perut Jamanika. Mencari kehangatan disana.

"Aku beneran khawatir, takut ada apa-apa sama kamu di luar." Ucap Jamanika mengeluarkan perasaan yang sudah ia tahan sejak sore tadi, sejak dimana Hardinata belum juga pulang seperti apa yang pria itu tuliskan di kertas.

"Hujannya deres banget. Mobil aku taruh di lapangan depan perumahan karena gabisa masuk, ada hajatan dan nutupin jalan kerumah Jala." Jamanika menghela napas mendengar alasan Hardinata pulang terlambat.

"Aku bawain kamu jajanan, ada di mobil. Tunggu sebentar ya aku ambil." Hardinata hendak beranjak, tapi langsung di tahan oleh Jamanika.

"Besok aja, badan kamu dingin banget begini. Sini aku peluk aja." Jamanika menarik Hardinata untuk masuk kedalam dekapannya, mencoba memberi kehangatan dengan membiarkan wajah tampan kekasihnya itu terbenam di lipatan lehernya.

"Kamu selalu anget, aku suka." Gumam Hardinata semakin mempererat pelukan keduanya. Entah apa yang harus dijelaskan, hanya saja Hardinata benar-benar menyukai setiap sentuhan Jamanika padanya.

"Kamu laper nggak? Aku tadi masak sup, kalo kamu mau makan aku angetin." Tanya Jamanika, membuat Hardinata menganggukan kepalanya karena sedari pagi ia dirumah Jala ia sama sekali belum makan nasi. Hanya beberapa potong ayam dan cola, itu tentu belum mengenyangkan.

"Mau tunggu sini atau ikut ke belakang?" Jamanika mengusap lembut kening Hardinata yang kini menatapnya sayu, benar-benar wajah tampan itu terlihat sangat menggemaskan ketika besikap manja seperti sekarang.

"Ikut, aku mau peluk kamu terus kaya gini." Dan pada akhirnya Jamanika hanya bisa pasrah ketika Hardinata terus menguntitnya kemanapun ia melangkah, bahkan selama menghangatkan sup dan menyiapkannya Hardinata sama sekali enggan melepas dekapannya dari pinggang sempit Jamanika.

Setelah menghabiskan semangkuk sup panas dan sepiring nasi hangat, Jamanika membawa Hardinata untuk tidur di kamar mereka. Jamanika tau Hardinata mengantuk dan kelelahan, jadi tak ada alasan lain untuk menonton film setelah makan seperti yang Hardinata bilang.

Dan benar saja, baru beberapa saat membaringkan tubuhnya, Hardinata langsung tertidur begitu lelap dalam dekapan Jamanika. Membuat Jamanika terkekeh menatap betapa polosnya wajah prianya saat tertidur seperti sekarang.

Mengecup singkat kening dan kedua pipi Hardinata sebelum menyusulnya ke alam mimpi, Jamanika memutus jarak sehingga kini wajahnya terbenam sempurna pada dada bidang Harditama. Menghirup dalam aroma tubuh pria yang sangat dicintainya ini.

 Menghirup dalam aroma tubuh pria yang sangat dicintainya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


"Kamu mau aku bawain apa pulang nanti?" Hardinata mengucapkannya sembari menatap Jamanika yang kini berdiri dihadapannya membenarkan tatanan dasi yang berantakan.

"Nggak usah, dirumah ada semua kok." Jamanika mengelus dada Hardinata setelah selesai dengan kegiatannya membetulkan dasi sang kekasih, menyiapkan jas dan tas kerja Hardinata.

"Maksudku kaya jajanan gitu, biar nanti pulang aku mampir sekalian."

"Eummm, kalo gitu aku mau donat jo.ko aja deh."

"Yaudah, tunggu aku pulang ya." Hardinata masuk kedalam mobil setelah satu kecupan di bibir ia dapatkan dari Jamanika.

Bergegas pergi dengan Jamanika yang berdiri di halaman rumah sambil melambaikan tangannya sampai mobil yang dikendarai Hardinata menghilang di tikungan.

Melangkah masuk untuk membereskan piring kotor sisa sarapan, Jamanika hari ini disibukkan dengan mencuci baju dan membersihkan lantai dua rumah mereka.

Namun saat melewati ruang keluarga sesuatu terdengar berdering dan ia melihat benda pipih yang tergeletak di meja sana, terkejut saat tau bahwa Hardinata meninggalkan smartphonenya dirumah.

Berjalan mengambil benda pipih berwarna hitam tersebut dan melihat layar menyala menampilkan panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.

"Ah, biarkan saja deh." Menaruh kembali benda pipih itu karena merasa tidak memiliki hak untuk mengangkat panggilan yang entah dari siapa, Jamanika kembali melanjutkan langkahnya menenteng keranjang berisi pakaian kotor untuk dicucinya.

Meninggalkan smartphone dengan layar menyala yang kini menunjukkan bahwa adanya pesan masuk.

+62 000...

Hardi, makasih ya buat hari ini. Makasih juga buat barang-barangnya.

 Makasih juga buat barang-barangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

TERTAWAN HATI : HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang