Sakusa Kiyoomi bukan orang bodoh yang membiarkan dirinya selalu diberi surat-surat tak jelas. Ia berniat untuk menanti siapa pengirim itu, berbicara empat mata dan mengatakan bahwa kertas kecil yang diterimanya hanya akan memenuhkan tong sampah. Baginya, dia juga kerepotan karena harus membersihkan tangan berkali-kali sebab tak tahu entah terkontaminasi apa saja kertas itu.
Ia bersandar di dekat jendela koridor, tak jauh dari kelasnya. Masker ia gunakan agar tak terlalu mencolok, hingga matanya menangkap seseorang masuk ke kelas dan membawa secarik kertas di tangan. Langkahnya memelan saat dara tersebut masuk, berdiri di pintu kelas dan memerhatikan pelaku lekat-lekat.
Benar saja, seorang perempuan yang mengenakan seragam sekolahnya menyelipkan kertas tersebut.
Setelah kertas diletakkan di balik buku, ia berbalik dan hendak meninggalkan kelas tetapi dirinya terperanjat saat kepergok orang yang dikirimkannya surat.
Decakan lolos dari bibir Sakusa, melangkah menghampiri sang gadis diiring tatapan tajam. Tak peduli jika gadis itu menaruh rasa padanya, tak peduli jika dara tersebut ingin mendekatinya, ia tak suka.
"Bawa kertasmu dan pergi," titahnya, berdiri beberapa meter dari sang gadis.
"Maaf, Sakusa-kun. Kau tak suka ya?"
"Menurutmu?"
Sang gadis mengambil kertasnya kembali, menyodorkannya pada Sakusa tetapi lelaki itu memilih untuk mundur--tak berniat untuk mengambilnya.
"Pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
surat kecil || sakusa kiyoomi [✓]
Fiksi Penggemar[drabbles] [Sakusa Kiyoomi x Reader] setiap hari, Sakusa selalu menerima kertas yang terlipat dua yang membuatnya risih.