7. Welcome To Bali!

1K 78 15
                                    

Liv membuka mata perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liv membuka mata perlahan. Terasa berat dan masih terasa mengantuk. Ia kembali menutup mata dan menarik selimut yang tebal dan hangat. Ranjang yang ditidurinya sangat nyaman.

Seketika kening Liv mengerut, menyadari itu. Ranjang? Kenapa ia bisa berada di ranjang?

Kedua mata Liv kini terbuka lebar dan bangkit ke posisi duduk. Ditepuk-tepuknya kasur. Ia benar-benar berada di ranjang. Apa semalam Liv pindah sendiri ke kasur sambil tidur? Atau... Ben yang memindahkannya? Liv langsung melihat pakaian yang dikenakannya. Masih lengkap.

Lalu, Liv menyadari suara shower sedang dihidupkan. Ben sedang mandi. Ia meraba-raba tempat tidur, mencari ikat rambutnya dan mendapati benda kecil itu berada di atas nakas.

Setelah mengikat rambut, Liv menyingkap selimut dan menurunkan kakinya ke karpet. Ia berjalan ke arah jendela, membuka tirai jendela dan melihat suasana pagi Seoul. Masih ditutupi salju, tapi tampak indah.

"Enak tidurnya?" Terdengar suara berat Ben di balik tubuhnya.

Liv memutar tubuhnya dan menahan napas ketika melihat lelaki itu hanya ditutupi handuk yang dililit di pinggang. Dada Ben adalah dada paling bidang yang pernah dilihatnya sebagai seorang perempuan dewasa. Perutnya rata dan ramping, lengkap dengan otot-otot menyembul. Liv yakin, perempuan lain akan histeris dan sukarela telentang di kasur demi bisa bercinta dengan lelaki itu.

"Jelasin, bagaimana aku bisa ada di tempat tidur?" Liv balik bertanya penuh curiga.

Ben bicara sambil berjalan ke kantong bajunya. "Aku tidak tega melihatmu tidur kedinginan di sofa, jadi aku memindahkanmu ke tempat tidur."

Liv memicingkan matanya. "Kau tidur di mana?"

"Di tempat tidur juga, di sampingmu." Ben menyahuti santai.

"Terus, kau ngapain selagi aku tidur?"

"Ya aku tidur juga, Livy. Memangnya menurutmu aku ngapain?"

"Tidak mungkin!" kata Liv sangsi. Ben pasti berbuat macam-macam kepadanya saat ia tidur. Tidak mungkin lelaki itu berbaik hati memindahkannya ke tempat tidur kalau tidak ada niat busuk.

"Terserah kau mau percaya atau tidak." Ben mengedikkan bahu.

Liv melesat ke tempat sampah, mengeluarkan beberapa beda di sana. Tapi benda yang dicarinya tidak ada. Ia mendongak kepada Ben yang menatapnya geli.

"Tidak akan ada, Liv," ujar Ben.

"Ya siapa tahu," gumam Liv.

Ben melengos. "Sudah kubilang, itu akan terjadi kalau kita sama-sama mau." Ia kembali mendekati kantong bajunya. "Aku memang pernah tidur dengan banyak perempuan, Liv. Aku akui itu. Tapi aku bukan penjahat."

Liv melirik Ben yang kini berdiri membelakanginya, tengah mengeluarkan baju dari dalam kantong. Ia mendekatinya. "Ngambek ya?"

"Tidak." Ben menolak melihat ke arahnya.

Rewrite The Stars (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang