"Pipi gue cuman ada dua nih dikanan sama dikiri, kalau lo mau cium banyak juga gapapa sampe mata kaki, gue malah seneng." Kata Galven.
Leona memutar bola matanya penuh rasa jengkel. "Cowok stres kayak lo gak akan pernah gue cium!"
"Stres gini juga gara-gara mikirin lo."
"Tugas kelas tuh yang harusnya lo pikirin!"
Galven berdecak. "Males banget mikirin tugas, ntarnya lo cemburu."
"Ngapain cemburu?"
"Entah kenapa akhir-akhir ini kalau ngeliat lo bawaanya jadi sembuh. Pusingnya jadi hilang tau, Na. Kenapa ya?" Kata Galven sambil menarik turunkan kedua alisnya.
Leona membalas tatapan Galven sambil berkacak pinggang. "Entah kenapa akhir-akhiran ini gue mual ngelihat muka lo, Ven. Kenapa ya?"
Galven tersentak kaget. Cowok yang berseragam acak-acakan itu masih terlihat tampan walau gayanya sudah urak-urakan seperti gembel.
"Itu anak gue kan, Na?" Telunjuk Galven terarah pada perut rata Leona.
Sekali lagi cowok itu bertanya polos. "Waktu dihotel gue mainnya kebablasan ya?"
PLAK!
"Becandaan lo dijaga dong. Kalau sampe ada orang yang lewat UKS ini bisa aja pada berprasangka buruk." Resah Leona. Bola mata gadis itu membulat, melototi Galven yang tengah mengelusi pipinya atas tamparan panas Leona.
Tangan Galven terus mengusap-usap rasa panas yang masih menjalar. Ia melirik pada Leona dengan tatapan seperti anak kecil sambil berucap. "Atit."
Sakit.
"Sorry, emang tamparan gue sekencang itu ya?"
Galven mengangguk anak kecil.
Leona merasa tak enak hati. "Sini, gue bantu usapin pipi lo biar gak sakit lagi."
Awalnya Galven menolak, malu-malu kuda lumping.
"Emangnya udah gak sakit?"
"Panas aja sih," jawab Galven.
Leona nampak berpikir sejenak. "Gue olesin balsem aja, mau?"
Mata Galven langsung melebar. "Yang ada nambah panas dong sayang."
"Eh?" Leona terkejut. Pasalnya sejak putus Galven lebih sering menyebutkan 'sayang' ketimbang disaat mereka pacaran.
"Kenapa? Mau tampar gue lagi? Gak sekalian aja lo olesin bon cabe ke muka gue?"
Leona mengulurkan kedua tangannya pada kedua pipi Galven. Tangannya berhasil membingkai wajah tampan milik mantannya. Usapan dari tangan lembut Leona pada wajah Galven membuat cowok itu tanpa sadar menutup mata rapat, merasakan sebuah kenyamanan.
'Boleh gak sih minta ke Tuhan supaya lo bisa balikan sama gue?' Tanya Galven dalam hati.
"Lo mau tidur diranjang ini?" Tanya Leona.
Perlahan kedua kelopak mata Galven terbuka. "Maksudnya.. kita tidur bareng?"
"Kita? Lo aja kali."
"Hah?"
"Badan gue udah enakan, jadi gue mau balik ke kelas aja. Nah, ini kesempatan lo buat istirahat di UKS sambil menetralkan pipi lo biar gak sakit lagi." Papar Leona menjelaskan.
"Lo mau ninggalin gue?" Tanya Galven.
"Bukannya dulu lo yang ninggalin gue?" Tanya Leona balik.
Seketika suasana menjadi canggung.
🐳🐳🐳
Dua puluh menit kemudian tanpa obrolan membuat Galven jengah.
"Gue bawain lo lipstick, lo mau gak Na?"
"Heh, punya siapa?" Dahi Leona mengkerut.
"Gue." Jawab Galven.
Sambil menerima sebatang lipstick pemberian Galven. "Lo sering make ginian ya Ven?"
"Ya dulu sih sering."
"Waktu pertama-tama lo mutusin gue, gue sempat depresi."
"Disaat cowok lain depresi mereka pergi ke club, mabok-mabokan terus ngerokok. Kalau pas gue depresi dulu gara-gara diputusin lo yaa cuman make lipstick itu aja sih." Kata Galven membuat Leona tertawa terbahak.
"Jangan bilang pas lo masuk BK minggu lalu gara-gara make lipstick ke sekolah?" Ledek Leona.
Galven langsung mengangguk. "Kata bu guru BK nya gue gak pantes pake lipstick warna merah jambu, cocoknya pake warna abu-abu monyet."
Leona kembali terbahak mendengar penjelasan Galven.
Andai saja Leona tahu, Galven masuk ruang BK diminggu lalu gara-gara merudak alat catokan dua siswi cabe-cabean sekolah yang hendak menfitnah Leona mengambil uang KAS kelas.
"Lo seriusan Ven?"
Galven menggeleng.
"Sengaja pengen ngebuat lo ketawa aja." Ucap Galven tersenyum tulus.
Leona terpaku mendengar jawaban sang mantan.
"Ngeliat lo ketawa gini rasanya udah lengkap hidup gue." Sambung Galven membuat Leona hampir melayang.
'Sadar Na, sadar. Dia cuman mantan yang harus lo lupain.' Kata Leona dalam hati.
"Mau gak lipstick nya?" Tanya Galven lagi.
"Kalau lo gak mau yaudah gue kasih aja ke si bencong Riyanto."
Leona baru daja tersadar akan hal utama. "Oh ya Ven, lo belum ceritain soal Ryana yang pernah lo bilangin dia itu bencong. Dia beneran bencong? Lo mau dijodohin sama dia? Ini serius atau prank aja sih?"
"Serius."
"Lo kok gak pernah cerita?"
"Emang lo ada waktu buat dengerin gue?" Tanya Galven balik.
Kepala Leona langsung menggeleng. Galven adalah salah satu sosok pria yang diagung-agungkan seluruh kaum wanita disekolah. Namun rupa Galven tak bisa menutupi perasaan Leona yang sudah seharusnya menjauhi cowok yang sudah menjadi mantannya itu.
"Gak ada! Hari-hari gue selanjutnya bakal ditemani sama pak Ketos SMA kita."
Sakit tapi tak berdarah. Yasudahlah.
Satu tangan Galven terulur untuk menyelipkan anak rambut Leona kebelakang telinga gadis itu. "Gue gak akan usik kesenangan lo."
"Tapi boleh kan kalau gue tetap memperjuangkan lo, hm?"
🐳🐳🐳
Kalian punya mantan gak?
Mantan kalian sama gemesinnya kayak Galven gak?
Biar aku rajin update tolong kalian panggil aku pake "BOBA" ya! Jgn thor. Oke
Spam "Galven-Leona❤"
Follow instargram terUPDATE!
@wattpadbobaaa (a nya ada 3)
@hai_syahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions Sweet ON 17
Teen FictionJadi selingkuhan pura-pura sang mantan? Apa kata semesta? Semua berawal dari ulah Galven yang menyeret mantannya untuk jadi selingkuhanya agar bencong bernama Ryana(to) bisa menjauhinya. Status saja sebagai selingkuhan pura-pura, namun nyatanya Gal...