Pagi ini Seokjin terbangun lebih dulu. Bergerak perlahan menuruni kasur dan beranjak membersihkan diri. Dilihatnya semua barang-barang sudah tertata rapi. Jungkook yang membereskannya semalam, sebelum pergumulan dasyat mereka. Seokjin berbalik, tersenyum sejenak menatap wajah nan cantik yang sedang tertidur pulas.
Rasanya enggan untuk berpisah. Penerbangan Jungkook lebih cepat satu jam dari Seokjin. Sekarang masih pukul delapan pagi. Jadwal keberangkatan pesawat Jungkook yaitu pukul satu siang hari.
Sepuluh menit sudah Seokjin berlutut di dekat ranjang, tangannya sibuk mengelus pipi tembam nan halus milik Jungkook. Lenguhan-lenguhan kecil keluar dari mulut Jungkook membuat Seokjin gemas sendiri dan tak ingin berpaling barang sedetikpun. Anak rambut yang terjatuh helai demi helai, segera ia selipkan di telinga.
Melihat wajah Jungkook yang begitu damai, Seokjin geram. Ia merutuki dirinya sendiri yang sampai saat ini sama sekali tak memiliki ide untuk bisa membawa Jungkook pulang ke Korea Selatan tanpa harus melewati segala macam resiko-resiko buruk yang mungkin akan menimpa Jungkook. Seokjin ingat, tiga hari lalu setiap langkah perjalanan diisi oleh pertanyaan-pertanyaan konyol dari Jungkook.
"Hyung apa di Korea Selatan ada panda?"
"Hyung apa aku bisa makan ini ditempatmu?"
"Hyung apa disana boleh berpakaian seperti ini?"
"Hyung...hyung...hyung..."
Seokjin tau Jungkook sangat ingin kembali ke negara tempat ia dilahirkan. Tapi apa Seokjin sudah siap membawanya dalam bahaya saat perjalanan nanti? Perjalanan untuk bisa sepenuhnya menjadi warga negara Korea Selatan?
Seokjin begitu sibuk dengan pikirannya, hingga tak menyadari kini Jungkook sudah terbangun dari tidurnya.
"Hyung."
"Ha? Ah, kamu sudah bangun?"
Jungkook menganggukkan kepalanya malas.
"Ugu." Yang dipanggil masih fokus mengumpulkan kesadaran yang belum penuh.
"Ugu, apa kamu bersedia ikut bersama hyung?"
"Kemana hyung?"
"Pulang."
Jungkook bingung, apa maksudnya ini? Bukankah sebentar lagi ia memang akan pulang?
"Tapi aku memang akan pulang kan hyung?"
"Pulang ke Korea Selatan."
Jungkook membelalakkan matanya, semakin tidak mengerti dengan semua ini.
"Aku sudah mendengar semua ceritamu dari Namjoon. Mimi yang menceritakannya. Jangan marah pada Mimi hm?"
Jungkook tidak tau harus menjawab apa. Ia hanya terdiam beberapa saat hingga Seokjin kembali membuka pertanyaan.
"Kamu siap pergi dari Korea Utara Ugu?"
"Hyung, tapi Mimi? Aku tidak akan pergi tanpa dia."
"Tapi rumah Mimi ada di Korea Utara sayang."
"Tidak hyung, Mimi akan selalu ikut kemanapun aku pergi. Akulah rumahnya."
"Kamu yakin?"
Jungkook menganggukkan kepalanya dengan yakin. Lantas Seokjin memberitahu bagaimana seharusnya yang ia lakukan setelah ini.
*****
"Hati-hati di jalan Ugu. Hyung menunggu kabar darimu. Jangan lupa katakan pada Mimi kalau Namjoon juga merindukannya. Dia hanya salah paham."
"Hng, baiklah hyung."
Seokjin merentangkan tangannya, pelukan terakhir sebelum mereka benar-benar berpisah.
"Dengarkan hyung hm?? Hyung akan menunggumu kabar darimu. Persiapkan mentalmu sayang. Hyung selalu ada untukmu. Jangan takut!"
Jungkook merenggangkan pelukannya, menatap lekat wajah khawatir Seokjin dan tersenyum.
"Aku akan mengabarimu secepatnya hyung. Aku ingin pulang bersamamu."
*****
Akhirnya Jungkook pun pergi. Kini Seokjin hanya tinggal menunggu dua puluh menit lagi sampai pesawatnya siap untuk memulangkannya kembali ke rumah. Ada perasaan lega, tapi juga gelisah yang sangat kentara. Ia hanya berharap semoga semuanya berjalan dengan lancar.
*****
Malam ini, Seokjin tak bisa tidur. Ia menunggu pesan yang tak jua datang dari Jungkook. Sudah berkali-kali Seokjin menelfonnya, bahkan tidak diabaikan.
Beberapa menit berlalu, saat Seokjin mulai merasakan kantuk, getar ponsel di atas nakas terasa. Dengan segera Seokjin mengambil ponselnya dan membuka pesan masuk pada gawai tersebut.
"Hyung, maaf baru sempat memberimu kabar. Hyung aku sudah memikirkannya juga sudah menceritakannya pada Mimi. Dia setuju untuk ikut denganku hyung. Tapi kami butuh waktu. Mungkin satu sampai dua minggu kedepan? Oh iya, apa hyung juga yang akan mencarikan broker untuk kami?"
"Iya Ugu, hyung yang akan mempersiapkan semuanya. Kamu dan Mimi hanya tinggal mengikuti prosedur yang nanti akan diberitahukan oleh broker."
"Baiklah kalau begitu hyung. Aku dan Mimi akan mempersiapkan dulu semuanya."
"Kamu tidak perlu membawa barang apapun Ugu, bawalah saja beberapa benda berharga, mungkin peninggalan orang tuamu atau apapun itu. Tinggalkan saja pakaian dan perhiasanmu. Kamu akan kesulitan nanti jika membawa barang terlalu banyak."
"Begitukah? Baiklah hyung."
"Aku menunggumu di China Ugu. Aku akan mengantarmu sampai akhir. I love you."
"I love you more hyung."
Begitulah percakapan terakhir Seokjin dengan Jungkook, sebelum Jungkook menghilang. Tanpa kabar selama beberapa minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTA (END) ✅️
RomanceAkan ku abdikan hidupku untuk negaraku. -Seokjin Kim- Akan kubuat mereka merasakan cinta dariku. -Jungkook Jeon- -TopJin -BotKook -🔞 -mpreg -tw//rape -cw // knife, gun -cw // harsh words -tw // blood, suicide