24. UJIAN

690 82 62
                                    



Pernahkah kalian berada dalam masa dimana ingin sekali mengakhiri hidup tapi enggan membuat orang-orang yang menyayangi kalian terbebani dengan sesuatu hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab kalian?

Berat memanglah. Melempar tanggung jawab yang seharusnya bisa kalian nikmati sendiri. Ya, seorang anak bukanlah beban. Jungkook menyayanginya, tapi apakah benar ia sanggup merawatnya seorang diri? Tidak, tidak bisa. Jungkook harus merawat bayinya bersama Seokjin. Seokjin masih hidup bukan? Iya kan? Kenapa tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya? Bahkan saat Jungkook sudah bisa menghidup udara yang sama dengan Seokjin, ia masih belum dapat menemui sang pujaan hati. Ada yang Namjoon dan Jimin tutupi dari Jungkook, tapi Jungkook sendiri tak tau apa dan kenapa mereka terus saja menutupi perihal keadaan Seokjinnya.










******










"Sampai kapan kamu bakal kayak gini Ugu? Sudah sebulan kita berada di Seoul tapi kamu masih terus diam-diaman kayak gini. Coba pikirkan anakmu. Dia butuh kasih sayang dan perhatian darimu. Jangan egois! Aku tau kamu sedih tapi anakmu juga ingin hidup dengan layak. Sebentar lagi dia akan keluar, kalau kamu tetap seperti ini, bagaimana dia bisa hidup seperti anak-anak lainnya? Sementara aku harus bekerja, aku hanya akan bisa membantumu mengasuhnya saat sudah berada di apart. Kamu tau kan kita gak boleh terus bergantung pada Namjoon? Kita di tumpangi tempat tinggal aja harusnya udah bersyukur banget."

Jimin selalu saja banyak bicara ,setiap pagi mendongeng, akan berangkat kerja mendongeng, sepulang kerja mendongeng, bahkan hendak tidur pun ia masih mendongeng. Tapi Jungkook masih menanggapinya dengan diam. Jungkook hanya akan menjawab seperlunya saja.

"Huft, kamu dengerin aku gak Ugu? Ya ampun aku kesel banget sama kamu tau gak? Huh, udahlah aku berangkat kerja dulu ya. Jangan lupa sarapan! Beri kabar aku jika ada apa-apa."

Jimin beranjak dari sofa, mengambil jaketnya yang tebal karena musim dingin mulai datang walau terkadang tiba-tiba matahari menjadi sangat terik. Semesta sedang senang-senangnya bercanda.

Namun saat Jimin hendak memutar kenop pintu, Jungkook memanggilnya. Ia berbicara walau dengan lirih mengatakan sesuatu.











*****










Sebuah rumah lama bergaya eropa dengan dua lantai terpampang nyata di kedua mata indah milik Jungkook. Hampir tiga puluh menit sudah ia berdiri di depan pagar besi yang memisahkan jalanan dengan rumah indah milik Seokjin.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Senyum Jungkook mengembang kala ia melihat sosok yang sangat ia rindukan keluar dari pintu utama rumah mewah tersebut. Seokjin terlihat sangat gagah dengan seragam yang menempel sempurna di tubuhnya. Bahu lebarnya menahan beban berat dari tas doreng yang menjadi khas seorang prajurit.

Terlihat Seokjin berbalik setelah berjalan beberapa langkah menjauhi pintu rumahnya. Dan apa yang Jungkook lihat saat ini? Sesosok laki-laki muncul dari balik punggung Seokjin. Meski tidak secantik dirinya tapi wajah tampannya bahkan mampu membuat Jungkook merasakan kalah telak secara langsung. Senyumnya begitu indah. Inikah yang membuat Seokjin betah untuk tidak menemui Jungkook? Inikah yang Namjoon dan Jimin sembunyikan dari Jungkook?






Hancur sudah pertahanan Jungkook saat melihat Seokjin mencium kening laki-laki dengan senyum indah itu. Tubuhnya gemetar dan kakinya lemas. Beban ini terlalu berat bukan?

Saat mengetahui Seokjin hendak keluar dari pekarangan rumah dengan menaiki sebuah mobil mewah, Jungkook memilih untuk sembunyi di balik pohon besar yang daunnya mulai habis terbawa angin.

Jungkook menangis sejadi-jadinya saat melihat mobil Seokjin melaju menjauhinya dan kembali menoleh melihat sosok yang mampu membuat Seokjin berpaling darinya. Tak disangka, laki-laki dengan senyum menawan itu mengetahui keberadaan Jungkook. Wajahnya terlihat sangat terkejut dan bingung. Ia berlari seperti hendak menghampiri Jungkook namun dengan seluruh sisa tenaga yang dimiliki, Jungkook pun beranjak dari persembunyiannya. Berjalan tertatih menjauhi rumah megah milik Seokjin.








******








Tidak ada yang dapat menggambarkan perasaan Jungkook saat ini. Hatinya sakit, tubuhnya sakit, perutnya sakit. Semuanya terasa sangat sakit. Apartemen yang semula bersih juga rapi, kini bak terkena badai Sandy. Barang-barang hancur berserakan di lantai dan percikan darah ada dimana-mana. Jungkook marah, ia sangat kecewa. Kepalanya ia sandarkan pada meja kecil yang dipenuhi dengan patung salib. Tangan kirinya sibuk memegangi perutnya yang terasa seperti dililit ribuan tangan , sementara tangan kanannya yang penuh darah sibuk memeluk kalung salib yang selalu ia pakai selepas ia terbebas dari masa tahanan.

Jungkook mempercayai Tuhan, ia telah meyakini siapa Tuhannya. Tapi kenapa keyakinannya berbalas penderitaan yang begitu kejam. Apakah ini cobaan dari Tuhan? Setiap malam saat Jimin tidur, ia bangun. Tak sehari pun ia luput dari doa malam. Mendoakan saat-saat indah yang selalu ia impikan untuk segera hadir dalam hidupnya. Tapi Tuhan berkata lain. Sekali lagi, Jungkook harus menanggung penderitaan yang begitu berat. Dia anak baik bukan? Tuhan menyayangi Jungkook, karena itulah ia selalu di uji.



















Ahhhhhh hari ini chapt pendek aja yaaa. Doakan nanti bisa up lagi. Selamat pagi semuaa!! Selamat beraktivitas....


Yang mau kenalan sama si "laki-laki tampan" ini aku kasih visualisasinya pas lagi nganter mas jin sampai depan pintu ya ! Hihihihi




Yang mau kenalan sama si "laki-laki tampan" ini aku kasih visualisasinya pas lagi nganter mas jin sampai depan pintu ya ! Hihihihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senyumnya bikin orang lupa daratan sih ini 😭😭😭😭

GENTA (END) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang