6. Dadah Iki.

1.1K 132 3
                                    

Seusai salat subuh, Alby sempatkan membaca Al-Qur'an

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai salat subuh, Alby sempatkan membaca Al-Qur'an. Menghadiahkan doa kecil yang entah diterima atau tidak oleh sang maha kuasa. Mata cowok itu masih bengkak. Bibirnya terlihat pucat akibat gerd yang menyerang satu malam penuh. Benar-benar menyedihkan.

Pagi ini terasa sangat berat dibanding pagi-pagi sebelumnya. Jejak senyum Gino masih terekam apik di ingatan. Keping-keping kenangan terus berputar, membuat Alby tak memiliki tenaga untuk sekadar mengisi perut.

Namun, rasa panas di dada membuatnya tak nyaman. Nyeri itu menimbulkan sesak. Mau tak mau, Alby harus membawa tubuhnya berdiri menuju dapur. Meski sedikit terhuyung, ia tetap memaksa berjalan. Takut jika parah akan semakin merepotkan.

Begitu sampai dapur, Alby sedikit kaget melihat Tantri sedang menata beberapa gorengan di wadah besar yang terbuat dari anyaman bambu.

"Loh, Buk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh, Buk. Mau jualan, tah?" Alby semakin memangkas jarak lalu duduk di bangku lapuk dekat meja kompor. Sedikit mengatur napas yang memburu.

Tantri mengangguk. "Si Mbah tadi jam tiga udah bangunin ibu suruh potong bahan-bahan. Mana bisa nolak. Mas tolong bantu jualin, ya. Ibuk mau urus keperluan Iki."

Padahal hari ini sekolah sedang mengadakan UTS. Namun, Alby tak memiliki hak untuk sekadar menolak permintaan Tantri. Belum lagi melihat wajah lelah wanita kurus itu.

"Nggih, Buk. Ibuk mau permisiin Iki? Anaknya sakit, tah karna luka kemarin?" Untuk menghemat waktu, Alby mulai beranjak mengambil nasi beserta lauk.

"Ndak, Ibuk mau ... masukin Iki ke yayasan khusus anak yatim."

Hampir saja piring yang sudah berisi makanan di tangan Alby jatuh. Jemarinya bergetar, cowok itu buru-buru duduk lalu menatap Tantri tak suka. Demi Tuhan, Alby bosan dan sangat benci mendengar perkataan itu keluar lagi dari mulut Tantri.

"Buk, masyaallah ...." Alby menarik napas. Perut dan dadanya terasa luar biasa sakit. Sampai membuatnya susah menarik napas. Namun, ia coba untuk tetap tenang. "Jangan, Buk. Mas minta tolong."

"Mau uang dari mana, Mas? Selama ini kan terhalang status bapak kalian yang masih hidup. Kalau sudah begini, semua sudah jelas. Biaya kita juga bakal berkurang. Iki bisa hidup kecukupan di sana."

Alby, Jangan NangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang