Chapter 5 - The Trials and Tribulations of Ignoring a Hot Doctor

351 24 0
                                    

A/N:

-UTI: Urinary Tract Infection (Infeksi Saluran Kemih).

- Mt.Andes: merk cokelat



"Aku lihat kau dimentori Naruto."

Dr. Yamanaka berjalan di sampingku menyusuri lorong saat kami kembali memeriksa pasien. Kami berdua saling berpandangan selagi dia menunggu jawabanku.

"Uhh... yeah, memang," jawabku gagap.

"Aku turut bersimpati," balasnya.

Aku mengangkat bahu. "Dia bukan mentor yang payah." Dia mengangguk dan terdiam. "Kau tidak menyukai Naruto?" aku berpura-pura bertanya, meskipun aku sudah menyadari dia tidak menyukainya. Atau setidaknya itulah yang ada di pikiranku. Aku punya niat licik untuk mencoba dan menemukan beberapa informasi tentang mereka.

Dia berhenti dan berbalik ke arahku. "Kenapa aku tidak menyukai Naruto?" Nada suaranya menuduh.

"Aku hanya ingin tahu..."

"Aku baik-baik saja dengan Naruto, Sakura. Aku tidak tahu apa yang dia katakan tentangku padamu, tapi jangan percaya dengan semua yang kau dengar," ucapnya.

"Dia tidak mengatakan apa-apa tentangmu," sahutku cepat, aku berbohong, dan dia menatapku tidak yakin.

Dia berhenti berjalan dan sesaat memandangiku lekat-lekat. "Ya, aku yakin dengan ucapanmu," ujarnya, kemudian berbalik dan berjalan pergi, meninggalkanku sendirian dan merasa sedikit kebingungan di lorong.

Ada sebuah ruangan kecil di belakang stasiun perawat, aku terkadang menganalisis grafik pasien di sana. Ruangannya dilengkapi dengan komputer jadi aku dapat mengerjakan tugasku, dan di sana suasananya tenang, tanpa dering telepon atau dengungan suara orang lain.

Aku di sana sekarang, menulis dengan cepat agar aku bisa pulang tepat waktu. Sepertinya pulang tepat waktu sudah menjadi kejadian langka akhir-akhir ini.

Pintu terbuka, tapi aku tidak mengecek siapa yang masuk. Aku rasa itu adalah salah seorang rekan kerjaku yang datang untuk mencuci tangan di wastafel, di belakangku.

"Oh! Hei... Aku tidak tidak tahu kau bekerja hari ini."

Kepalaku langsung naik dan menatap sepasang mata onyx yang sedang menatapku, aku mulai menyukai warnanya. Sepasang mata itu ditemani oleh sebuah senyuman bengkok, dan pemiliknya tengah memegang kenop pintu dan clipboard pasien.

Aku tersenyum padanya, berusaha untuk tidak terlalu bersemangat. "Hei, Sasuke."

"Tidak apa-apa kalau aku bergabung denganmu sebentar? Aku harus cepat mendikte ringkasan pasien ini."

"Ya, tidak apa-apa." Aku menggeser kursiku untuk memberi ruangan padanya dan dia menarik keluar kursi di sampingku. Dia kembali tersenyum padaku sebelum membuka grafik, dan aku bisa merasakan detak jantungku yang tidak karuan. Perasaan ini selalu muncul saat dia berada di dekatku, dan ini menjengkelkan.

"Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatmu," ujarnya, dan aku tiba-tiba merasa senang dia menyadari ketidakhadiranku.

"Ya... aku libur," jawabku santai.

"Apa ada hal menarik yang kau lakukan?"

"Tidak. Aku akhirnya selesai membongkar kardus pindahanku." Ini benar. Selain dari makan siangku bersama Rin, aku kebanyakan menghabiskan waktu untuk membongkar kardus dan bermalas-malasan. Aku sempat pergi berbelanja untuk membeli lampu meja baru, tapi pulang dengan tangan kosong.

"Itu menarik," jawabnya singkat. Dia mengangkat telepon, tapi kemudian menutupnya kembali dan berbalik menatapku. "Kau sudah memikirkan tentang kencan kita?" Dia menaikan sebelah alisnya dan aku mendesah.

DOCTOR'S ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang