Chapter 24 - The Seductress Cometh

247 11 0
                                    

"Ayahmu punya granat?" tanya Sasuke waspada. Kami sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman ayahku, jaraknya hampir lima puluh mil dari pusat kota Konoha, dan tidak ada hiburan sama sekali di sepanjang perjalanan. Kami menghibur diri dengan menebak setiap lagu yang diputar di radio; Sasuke memenangkan pertandingannya, tapi itu karena stasiun radionya hanya memutar lagu jadul dan dia punya ingatan yang sangat sempurna.

Dan sekarang, dia ingin aku mempersiapkan dirinya dengan menceritakan semua hal tentang ayahku.

"Ayahku punya sekotak besar granat, tapi itu di kantornya. Kalau di rumah, dia hanya punya senapan. Ada empat sebenarnya. Tapi, itu semua terkunci dalam lemari," jelasku dengan tenang. "Kalau ayahku memutuskan untuk menembakmu, kau setidaknya punya waktu tiga menit untuk lari sebelum ayahku menemukan kuncinya. Tapi, kalau pistol kecil..."

"Pistol kecil?"

"Aku sudah bilang ayahku tentara."

"Tapi, ayahmu sedang tidak bertugas," omel Sasuke, dia tertekan, matanya terfokus pada jalanan di depan kami. Cuaca sekarang sejuk dan mendung, namun jalanan masih kering—sudah hampir seminggu belum hujan, dan awan di atas kami kelihatannya juga tidak mengancam.

"Haruno-sensei tidak pernah tidak bertugas, Sasuke," ucapku mengingatkannya.

"Kau sudah bilang tentang aku pada ayahmu, kan? Ayahmu tahu aku akan datang, kan?"

"Belum, aku ingin memberinya kejutan."

"Kau serius?" tanyanya benar-benar panik, dan aku tertawa keras. Sasuke cemberut dan mencoba untuk mencubit pinggangku, dan roda kemudi mobil sedikit berbelok sehingga mobil kami berbelok menuju tengah jalan. Untungnya, tidak ada seorang pun di sekeliling kami.

Tapi, itu tidak menghentikanku untuk mengomelinya. "Hati-hati, Sasuke! Perhatikan jalanmu! Membunuhku hanya akan membuat ayahku memburumu dengan senapan dan granatnya."

"Ayahmu harus menemukanku terlebih dulu."

"Kau meremehkannya." Aku kembali duduk bersandar di kursiku, mencoba untuk menenangkan saraf. "Maukah kau berhenti di rest area, di depan? Aku harus buang air kecil."

"Perjalanan kita tinggal seribu mil lagi. Aku rasa kau bisa menahannya."

"Aku serius, Sasuke. Kau sebaiknya menepi."

"Kalau tidak?" tantangnya.

"Aku akan buang air kecil di mobilmu."

"Kau hanya akan buang air kecil di jok kulitku, Sakura."

"Jangan main-main, Sasuke."

Keberuntungan berpihak pada jok kulit mobilnya, karena dia mau berhenti di rest area. Aku langsung melesat ke kamar kecil, kemudian membeli snack dan air minum kemasan, dan kami kembali ke mobil, siap untuk melanjutkan sisa perjalanan. Percakapan kami terus berlangsung, sambil sesekali bercanda dan menyinggung ayahku di sana-sini. Ayahku sedang dekat dengan seorang wanita bernama, Keiko, Bibi Keiko. Dia seorang ibu tunggal yang dulu berteman dengan ibuku. Dia dan ibu sudah lama tidak berhubungan, tapi aku rasa itu tidak aneh.

Bibi Keiko akan ikut makan malam bersama kami nanti. Ya, sebenarnya dia yang memasak makan malam. Di rumah ayahku.

Ayah kelihatannya sangat senang karena bisa menghidangkan masakan rumahan pada kunjungan pertama kami, dan aku sedikit bersyukur dengan kehadiran Bibi Keiko di kehidupan ayahku. Hanya Tuhan yang tahu, ayahku hanya bisa "memasak" sereal dan ramen instan.

Saat kami memasuki kampung halaman ayahku, aku mulai menunjukkan berbagai tempat dari masa laluku pada Sasuke. "SD-ku ada di bawah sana," ucapku, dan, "Kalau kau pergi ke jalan itu, kau akan menemukan sebuah area perkemahan. Aku dan ayahku sering pergi berkemah di sana."

DOCTOR'S ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang