23. Pluie

59 2 0
                                    

🌧☔

play this song for the best experience

https://open.spotify.com/episode/0f23DPqfk4EKOMExSvk2ww?si=a311f35cc5a14a09

---


Kuedarkan pandangan di sepanjang jalan menikmati pemandangan kota yang menyajikan gedung kaca bertingkat yang bertetangga satu sama lain. Restoran cepat saji bermerk huruf M kuning yang besar sudah terlihat tak jauh menandakan diriku sebentar lagi sampai. Tombol merah pada dinding bis pun kutekan. Setelah mengucapkan terimakasih kepada pada pak supir, akupun turun dengan perasaan cemas turun di halte pemberhentian.

Pandanganku tertuju kepada papan reklame kecil disamping tempat duduk. Beranjak kaki mendekatinya dan aku mulai memperbaiki penampilan dari bayangan samar yang dipantulkan oleh benda persegi panjang tersebut. Satu sentakan helaan nafas kasar keluar dari mulutku.

"Ayo Jiwoo-ya, jangan gugup. Semoga hari ini adalah hari yang baik!"

Bertolak belakang dengan pernyataan yang kuucapkan barusan tiba-tiba saja gemuruh besar datang bersamaan dengan tetesan air hujan yang lebat seketika mengguyur kota. Anehnya tak cahaya matahari masih tampak yang dan langit diselimuti awan gelap yang kecil alias 'hujan panas'. Percikan air mulai membasahi kaki. Kurapatkan diri dengan dinding halte kecil yang mulai dipenuhi orang-orang yang berniat sama berteduh dengan diriku oleh kejutan hujan di siang hari.

Sekitar dua puluh menit kakiku terasa sangat sakit berdiri. Merutuki diriku kenapa harus menggunakan sepatu berhak tinggi bukan dengan slip on saja. Perlahan-lahan, manusia yang tadinya berteduh mulai meninggalkan halte. Ada yang menaiki bus, dijemput pasangannya, maupun melarikan diri entah kemana. Tapi tidak denganku yang tetap memilih disini sampai hujan cukup reda. Tak ingin menderita sakit, pakaian basah atau membiarkan rambutku yang nantinya akan berantakan seperti rumput laut. Itupun aku harus berjuang dengan memukul-mukul kakiku yang sudah mati rasa.

 

Tiba-tiba saja dalam sepersekian detik tanganku ditarik oleh seseorang membawaku masuk ke dalam payung hitam besarnya. Aku terguncang menyeimbangkan diri dan menoleh ke arahnya. Belum sempat diriku mengutuk orang tersebut, ia berkata:

"Ayo pergi! Kita sudah terlambat" ucapnya sembari merapatkan tubuhku padanya. Tanpa pikir panjang dengan cepat melangkah menyeberangi jalan bersama menembus tetesan air hujan yang mulai mereda.

 Tanpa pikir panjang dengan cepat melangkah menyeberangi jalan bersama menembus tetesan air hujan yang mulai mereda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hari ini kegiatan evaluasi karyawan telah selesai tanpa ada hambatan. Setelah menempuh masa percobaan sampailah aku diakhir masa kontrak. Berkat kerja keras dan jerih payah selama ini, akhirnya aku dinyatakan lulus menjadi karyawan tetap di perusahaan impianku!

 
"Selamat atas pencapaianmu, Moon Jiwoo-ssi! Semoga kau betah disini" ucapnya memberi selamat. Ia menepuk pundakku lalu memberikan segelas teh hangat dikala dinginnya suhu menusuk kulit tubuhku. Seperti perilaku kebaikan biasanya. Namun, kerlingan mata dan senyuman manisnya saat ini mampu membuat hatiku kembali bergetar.
 
 
Rasanya sangat menyesakkan dada.
 
 

....

   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WonwooPhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang