🅕🅞🅤🅡

56 3 2
                                    

🇾 🇴 🇺 

🇳 🇴 🇹 

🇭 🇺 🇲 🇦 🇳 

🪐

"DHENOOOOOOOO" Teriak Shelva melengking, yang mungkin terdengar ke seluruh penjuru alamnya.

"Ape?"

Dheno terlihat santai, matanya melirik ke jam yang ia gunakan, dan menyodorkan ke Shelva, "Lo mending lihat ini dulu deh, gue telat kek tadi tuh karena ini tau"

Shelva berusaha mendinginkan hati dan pikirannya yang sudah panas dengan tingkah Dheno, "Coba gue lihat" Shelva mengecek jam tersebut, dan memang ada yang salah dengan alat yang digunakan Dheno. Jika sudah begini, Shelva tak bisa lagi menyalahkan Dheno seratus persen dengan hal yang baru saja terjadi. Beruntung Dheno punya pikiran, untuk memanggil dia, dan menggantikan kerjaan Dheno tadi. Jika tidak, maka keduanya sudah diamuk oleh Alyiers.

"Lagi kok bisa sih dhen, jadi kayak gini. Emangnya lo apain?" tanya Shelva bingung

Dheno diam sejenak, "Kepentok pohon" Sungguh jawaban di luar nalar malaikat. Sebenarnya Dheno ragu menjawab pertanyaan Shelva tadi, dia tidak mungkin menjawab jika alat itu rusak karena ulah manusia.

Sambil membetulkan alat tersebut, "Lo kira gue bego. Gak mungkin banget, ini alat rusak kepentok pohon"

"Ya mungkinlah, emangnya malaikat gak boleh kepentok" Dheno berusaha meyakinkan.

"Au amat dhen, gue cape" Shelva lalu memberikan alat itu kepada Dheno. Dan memijati keningnya yang amat lelah dengan kejadian hari ini.

Dheno mengecek sebentar alat tersebut, "Shel, ini kan belom bener alatnya" tegur Dheno, yang menyadari alat miliknya masih rusak.

"Iya, emang belom bener. Untuk sementara, lo pake aja dulu kayak gini, sambil gue cari tahu gimana cara benerinnya" Ujar Shelva sebelum menghilang.

---


Mbok sarmi berjoget ria di ruang tengah, yang memang tempat biasa para lansia ini menghibur diri, baik dengan tarian, bermain alat musik ataupun yang lainnya. Tapi di hari ini, suasananya berbeda dengan sebelumnya, karena ada anggota baru yang akan menjaga mereka.

Tiza, dan Sofia. Relawan baru yang siap menemani para lansia disini. Lihat saja, baru beberapa jam berlalu tapi, senyum Sofia sudah terpancar di wajahnya, saat diajak berjoget dengan Mbok Sarmi. Mbok Sarmi ini memang agak lain, dia lansia ter-extrovert. Biar raga sudah tua, tapi jiwa harus tetap membara. Begitu kurang lebih motto Mbok Sarmi.

Tiza yang melihat Mbok Sarmi dan Sofia berjoget, ikut tersenyum di pinggir area mereka berjoget.

Saat semua sedang asyik, tiba-tiba saja ada suara dari luar, yang memecahkan suasana, "Mbok Sarmi, gebetanmu ini udah dateng loh"

Tiza dan yang lain menengok ke pemilik suara.

Mbok sarmi yang dipanggil pun turut menengok ke arah suara tersebut, "Dheno darliiing, akhirnya kamu datang juga. Dari tadi udah dicariin loh sama aku, kita kan mau main congklak" Sahut Mbok Sarmi, setelah mendapati siapa sosok yang memanggilnya.

Dheno berjalan santai, hingga dia melihat seorang perempuan, yang wajahnya tidak asing.

glek, Dia meneguk salivanya, saat mulai tersadar, bahwa perempuan itu, adalah dalang dibalik kejadian hari ini. Dheno mulai melengos, berupaya menutupi, takut perempuan itu menyadari.

Mbok Sarmi menarik kerah baju Dheno, "Eits, mau kemana darling? Giliran ada yang bening kok malah takut, gitu sih"

Diarahkan tangan Dheno ke dua perempuan tadi, "Dhen, ini yang manis namanya Sofia. Dia tadi yang nemenin mbok joget"

Dengan sedikit takut, Dheno menyalami tangan Sofia, "Halo gue Dheno, salam kenal"

Sofia pun tak ragu membalas Dheno, "Halo Dheno, gue Sofia"

Gantian, Mbok Sarmi mengarah ke arah Tiza, "Nah kalo yang cantik ini, namanya Tiza"

Wajah pucat tak karuan, serta keringat dingin yang mulai mengalir, meliputi momen pengenalannya dengan manusia perempuan yang satu ini, "Hai Tiza, gue Dheno" Setelah mengenalkan dirinya, Dheno memejamkan mata. Dan sedikit berdoa dalam hatinya, agar perempuan itu amnesia.

Tiza menyalami tangan Dheno, "Kayaknya lo sakit deh, muka lo pucet banget"

Dheno terperangah, dan membuka matanya kembali.

'Jangan bilang doa gue terkabul' Batin Dheno.

Tiza mengayunkan tangan ke depan wajah Dheno, "Heh, lo bengong ya. Aneh banget si lo"

"Gak, kata siapa gue bengong" Sahut Dheno.

"Tadi buktinya lo diem aja" Tiza membela diri, "Gue ngomong, tuh nyaut. Ini mah boro, malah diem aja, kek lagi mikirin utang" Lanjut Tiza menggerutu.

"Eh lo kok malah berantem. Baru kenalan juga" Mbok Sarmi menyudahi perdebatan keduanya.

Tiza menyadari tingkahnya, "Maaf Mbok Sarmi, aku kelepasan tadi"

Di sela Tiza meminta maaf, Dheno melarikan diri. Dia kabur dari tempat itu, masa bodo dengan pertarungan congklak antara dia dan Mbok Sarmi.

"Ini sebenernya gimana sih, gue gak paham" Ujar Dheno yang berbicara sendiri sambil berjalan terus yang entah kemana tujuannya.

Dheno pun memandangi langit, dan menjentik tangannya agar tidak terlihat manusia. Dia terbang di udara, menembus langit, dan membalap sekawanan burung yang tengah terbang. Dheno melebarkan senyum, dan meniup sedikit ke arah kawanan burung itu, yang membuat mereka bertambah laju terbangnya. Setelah melihat kawanan burung yang mulai menjauh, dia menambah laju terbangnya, dan memutar-mutar di udara, dan berakhir merebahkan tubuhnya di awan.

Melipatkan tangan di bagian kepala, untuk jadi bahan bantalan, "Sebenarnya, apa yang terjadi? Apa benar manusia tadi amnesia, karena gue. Tapi, masa iya sih, karena gue. Gak mungkinlah"

Dia memiringkan badannya, dengan satu tangan yang menyangga kepalanya, "Tapi kalo dilihat kaya gitu lucu juga. Jadi gue gak kerepotan kalo ada dia, gak perlu sembunyi"

---

Dheno, mengelap wajahnya yang terkena hujan, "Perasaan gue udah pake jas hujan. Tapi masih aja kena air", dia mulai melespakan jas ujan yang melekat di badannya.

"Ngapain lo, panas gini pake jas ujan?" tanya Tiza heran.

"Eh, ada anak baru. I-ini gue lagi ngetes aja, kali aja kan rusak jas ujannya, gak bisa dipake, terus pas ujan malah jadi sakit karena gapake jas ujan. Jadi ya, gue coba aja untuk mencegah" Ujar Dheno panjang lebar, sambil menutupi tujuan lain dia, memakai jas hujan tersebut.

"Udah ngomongnya? Ribet amat sampe dipake gitu, kan di lihat dari luarnya bisa. Lagian kalo emang rusak, ya neduh aja dulu, atau pake payung kalo ada. Aneh banget si lo" Menggelengkan kepalanya, dan segera beranjak pergi meninggalkan Dheno.

'Dia gak tau aja, gue habis nyelamatin nyawa manusia'

Dheno menatap sinis, dan kembali kegiatan dia yang tadi, "Lagi ngapa ujannya gede banget si tadi, untung aja gue ngeliat jas ujan di keranjang sepeda orang" Saat hendak menjemur jas hujan tersebut, Dheno mengingat sesuatu.

'Kenapa alat gue berfungsi hampir sempurna, saat ada Tiza, perempuan yang hampir bikin gila, karena ulahnya. Tapi, kalo aja tadi gak ada Tiza, mungkin gue akan gagal'

Pagi tadi, saat hendak ke panti jompo, jam dia berbunyi, dan mengharuskan Dheno pergi dari sana. Namun sialnya, semenjak jam itu agak rusak, tugas Dheno sedikit terhambat. Dia jadi susah mendapat titik tepat tempat yang harus dituju. Tapi ... saat dia tidak sengaja melihat Tiza dari jauh, jam itu kembali benar, dan membuat Dheno menyelesaikan tugasnya secara baik.

'Jadi apa yang sebenernya terjadi?'

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Not Human? || PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang