'Tuk, tuk, tuk.'
"Bisa diem gak?!" Gertak Vernon sebal. Akhirnya ia membawa sosok itu pulang, dan sekarang 'Dino' sedang duduk mengayunkan kakinya di atas lemari kecil nya.
Dino merengut menghentikan ayunan kakinya, memilih menghilang dan muncul di samping Vernon yang sedang belajar. "Ini materi kelas 2?"
"Ampun." Kaget Vernon, cowok itu mengelus dadanya terkejut. "Jangan ngagetin."
Sosok itu tertawa, lalu memperhatikan buku tugas milik Vernon yang terbuka. "Aku belum pernah pelajarin. Kayaknya susah."
"Gak ada yang tanya."
"Gak usah galak gitu, gak serem padahal." Tawa Dino sambil bersedekap dan melihat lagi buku nya. Vernon sedikit menjauhkan badannya.
"Nyerah deh, untung aku udah gak sekolah. Yang sabar ya." Lanjut Dino sambil menepuk pundak itu pelan.
Vernon bergidik, baru kali ini dirinya di pegang langsung oleh sosok yang bukan sebangsanya. Rasa dingin yang berbeda berasa langsung ke pundaknya.
"Lo gak inget sama sekali setelah jadi setan?" Vernon mengawali percakapan mereka. Kali ini dirinya melunak untuk mengajak bicara dan juga penasaran Dino adalah sosok yang seperti apa sebelum meninggal.
"Kemungkinan, aku kecelakaan di tempat kemarin. Soalnya tiba-tiba, cuma bisa lihat banyak orang dan darah. Tembus, mereka tembus sama tubuhku yang ini waktu itu."
Vernon memutar kursi belajarnya miring menghadap Dino. "Terus? Lo gak ikutin tubuh lo dibawa pergi?"
Cowok itu menggeleng. "Kalau bisa, aku ikutin. Waktu itu dadaku sakit banget. Rasanya kayak mau dicabut nyawanya."
"Ya memang." Gumam Vernon. Dino menatapnya sedih. "Sorry."
"Gak apa, toh aku juga ujungnya mati. Takdir Tuhan gak ada yang tau."
Vernon berdiri dari duduknya, menatap sosok itu yang hanya beberapa jengkal dari wajahnya. "Jadi kata lo di sekolah tadi, lo gak bakalan ganggu gue lagi, kalau udah ketemu asal usul lo 2 tahun lalu kan?"
Tangannya membuat jarak di dada, mendorong Vernon sedikit menjauh. "Iya."
"Oke. Kita lihat, gue udah biasa kayak gini dulu."
Vernon menjauh, mengambil hoodie nya di gantungannya, memakainya. "Kemana?" Tanya Dino.
"Ke tempat, dimana lo kecelakaan."
Dino diam, melihat pria itu keluar dari kamar. Setelahnya ia memegang dadanya sendiri. "Heh?"
......
Vernon POV
Dari kecil, ibu selalu spesialin gue. Gue dilarang main sore-sore, mandi terlalu malem, begadang, dan di kalungi barang-barang aneh. Walaupun gue akhirnya tahu itu semua ada alasannya.
Kakak gue sempet cemburu, dan dulu hampir bikin gue celaka. Tapi setiap apapun yang hampir dilakukannya buat ngebahayain gue, tanpa sadar ada yang ngelindungi gue dari jauh. Kakek, gue panggil dia kakek dari kecil.
Lo kira, kayak kakek-kakek pada umumnya? Yang jenggotan atau laki-laki tua beruban yang setengah mukanya keriput? Bukan. Apalagi yang lo kira kakek kakek pakai sorban kayak di film-film, kalau ini lo bakal kaget kalau ketemu langsung.
Kakek itu sosok makhluk besar yang rambutnya panjang. Gue dulu gak pernah lihat mukanya, karena dia terlalu tinggi buat anak umur 5 tahun yang lihat dia aja sampai ngedongak.
Itu sebelum gue tau, kalau sosok kakek ternyata berwujud Genderuwo. Tapi kakek gak pernah selalu nunjukin wajahnya buat takut-takut in gue.
Beranjak umur belasan. Gue sadar, temen-temen dan gue itu beda. Dulu, gue punya teman sebangku waktu SMP, sampai gue sadar, sebenarnya gue itu duduk sendirian. Namanya Juna, dia udah ada disana dari sekolah itu di renovasi. Kalau di ceritain, Juna adalah salah satu korban kontruksi bangunannya tujuh tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost [VerChan/ChanSol]
HorrorVernon hanya ingin hidup normal! Hidup penuh cinta keluarga, main dengan teman teman, dan menjadi murid yang suka jajan di kantin, itu saja. VerChan! Lokal! bxb SEVENTEEN MAKNAE COUPLE