Lima

206 34 1
                                    

.....

"ngapain ke SMP?" Vernon masih tidak menjawab. Karena hari ini hari jumat, para siswa tentu sudah pulang lebih awal. Tak satupun mereka melihat-

Oh, ada siswa di ruang kelas sendirian. Tapi Dino tidak yakin, ia melarang Vernon mendekat dengan merentangkan tangan di depannya. "Apasih?" Tanya cowok itu.

"Shhtt Vernon, itu bukan- Heh Vernon!"

"Junnn!"

"Verrrr!" Kalau di komik mungkin wajah Dino digambarkan shock dengan mulut menganga. Tapi memang iya, Dino terlihat shock dengan pemandangan Vernon memeluk sosok itu erat bahkan mengangkat tubuhnya.

"Jun, sorry baru bisa jengukin lo, ujian kemarin gue di suruh bokap fokus belajar."

Yang di panggil Jun mengangguk, "aku paham." Sosok itu menatap Dino di depan pintu. "Temen baru mu? Anak sekolahan juga?"

Kali ini Vernon mengangguk, "Din, sini." Dino perlahan mendekat. "Ini Juna. Juna, ini Dino."

Jun menjabat tangan Dino. "ow." Entah mengapa Jun berjengit sedikit saat menjabat tangan Dino. Tapi senyumnya tiba-tiba mengembang kembali. "Aku Juna. Teman Vernon juga."

....

Dino sering bertanya tanya, seperti apa dunia Vernon. Cowok itu lebih sering dirumah setelah pulang sekolah, bermain game hingga tengah malam, mendengar musik, dan tidak ada interaksi apapun selain dengan keluarganya.. dan Dika.

Tapi Vernon dihadapannya kali ini berbeda. Setiap memantulkan bola orange itu bibirnya tersenyum, tertawa saat lawan mainnya kesulitan, bahkan senyum jahil nya juga terlihat.

Saat berjalan kemari pun dirinya mendengar Vernon yang berbicara banyak, Vernon yang tertawa lepas, dan Vernon yang banyak bertingkah.. seperti anak kecil.

"Din, awas." Dino menangkap bola yang melayang ke arahnya. Rasanya jantungnya masih bisa berdegup karena terkejut melihat bola itu melayang kearahnya. Ia melempar nya kembali ke arah mereka lagi. "Maaf ya."

Lagi-lagi dia hanya bisa mengangguk, kembali melihat mereka bermain tanpa bosan karena pikirannya sedang tidak ada disana.

"Aku pikir kamu masih hidup."

"Maksudnya?" Dino menoleh, Juna tiba-tiba ada disebelahnya. Cowok itu memakai baju olah raga yang benar benar bagus. Tidak kusut sekalipun, padahal bajunya sendiri menguning dengan cepat.

"Tangan kamu hangat." Masih menunggu lanjutan Juna, Dino membenahkan duduknya. "Tadi salaman, tanganmu beda sama yang lain. Tangannya Sofia aja gak sehangat itu."

"Sofia?" Juna mengangguk.

"Sofia adiknya Vernon. Katanya sih, tapi aku percaya. Mereka mirip dikit. Cuman Sofia meninggalnya udah lamaaa banget sebelum kita. Kalau kata ibu, dia itu noni."

Dino seperti nya tidak bisa mencerna kata panjang seperti itu dari Juna. "Apa hubungannya sama aku?"

"Hantu itu kalau dipegang bisa bikin bulu kuduk berdiri. Dinginnya kayak gitu, tapi Sofia enggak. Dia gak punya dingin yang kayak gitu, gak hangat juga. Tapi punya kamu sedikit hangatnya." Kayak gitu kayak gitu. Dino makin tidak paham.

".."

"Gak paham ya? Duh, maaf ya jadi bikin bingung."

"Eh, enggak kok. Maaf ya."

Juna hanya tersenyum. Hening kemudian, mereka beralih melihat Vernon yang memasukan bola basketnya ke ring. Lalu bertepuk tangan untuknya membuat cowok itu menoleh. "Ngeri gue di tepukin hantu." Ujarnya membuat Juna tertawa.

Di sela mereka tertawa dan memulai permainan kembali, Dino berpikir dan yakin pertemanan mereka lain dan lebih dari itu, hantu dan manusia memang tidak pernah bisa jadi teman, karena salah satu dari mereka ada yang harus berpisah. Entah yang satu kembali pada Tuhan, atau yang satu dipaksa berpisah oleh Tuhan. Tapi, mata dua sosok itu berharap yang berbeda.

tbc...

Maaf banget kalau part kali ini sedikit aneh.. karena tengah malam begini banyak sekali yang harus ku pikirin sebelum pagi menjelang huhu...

Oh ya, satu lagi. Ini fantasi nya di luar akal ya kawan, alias akal akalan ku saja. Jadi apapun yang di sini anggap saja hanya di universe ini saja. Terima kasih...

/bow90°/ ς(* ' ˘ ´ *)

Oh My Ghost [VerChan/ChanSol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang