Tiga

191 32 3
                                    


Setelah Vernon mencoba mencari tahu tentang kematian Dino, ia menyerah dan menyebabkan hampir seminggu Dino ikut dengannya.  Tanpa memperdulikan sosok itu berada di mana yang pastinya Vernon tau ia selalu datang tiba-tiba, dan selalu datang dengan kejutan.

Dino duduk di kursi kosong milik ayah Vernon yang baru saja berangkat kerja. Sedangkan anak itu masih sibuk menghabiskan makanannya.

Vernon menatap Dino yang melamun. "Lo kangen makanan manusia ya?" Ujarnya pelan.

Dino mengangkat sebelah alisnya. "Sedikit, tapi rasanya, aku kenyang terus." Jawabnya sambil mengelus perutnya.

Vernon melanjutkan kunyahannya, kali ini ikut berfikir. "Lo masih inget, tanggal berapa lo meninggal disana?" Tanyanya.

Dino menatap langit-langit ruang makan, berfikir. "Umm, 24 April.. 2 tahun lalu."

"Siang, atau malam?" Vernon harus memancing ingatannya.

Sekelebat bayangan dirinya terlempar mobil membuat tubuhnya bergetar. "M-malam."

Vernon panik, ia buru-buru mendekati Dino yang mulai meneteskan air matanya. "M-malam.  Yang- yang kulihat-"

Perempuan-dirinya-dorongan-mobil, semua itu berputar-putar didalam otaknya. Membuat kepalanya sakit.

"Udah, cukup." Vernon memeluknya, mengelus surai itu lembut. "Kalau sakit, gak usah di inget lagi."

"Gue bakalan bantu lo."

....

Bukan dewi fortuna, tapi kayaknya cupid lagi kesasar menjelang akhir tahun ini. Bahkan ulang tahunnya belum lewat.

"Um, ini memang kecepatan. Tapi dateng ya Ver." Ia menatap undangan warna hitam dengan tulisan timbul yang keren itu ditangannya. Wangi khasnya pun masih terasa, ini kah wanginya seorang pujaan hatinya dari dekat?

"Keren.." Dino menatap undangan di tangan Vernon dengan penasaran. "buka dong."

Vernon membuka, lalu menutupnya cepat. "Gak, gue mau lihat sendiri nanti." Ucapnya.

"Dih pelit banget." Dino merengut, tapi kemudian senyumnya kembali melebar. "Mau ditemenin cari hadiah enggak?"


Disinilah mereka, memasuki area pusat perbelanjaan. Dino menyusuri rak rak penuh parfum disana, menciumi tanpa ketahuan satu persatu. "Yang ini, baunya seger. Cocok buat dia."

"Kalau Seungkwan gak suka bau parfum nya gimana?" Vernon mengambil sampel parfum yang ditunjuk Dino. "Awet gak nih? Dia ulang tahun nya masih tahun depan."

Dino ikut berfikir, menarik tangan Vernon untuk keluar dari toko parfum ke sebelah toko sepatu. "Gue gak tahu ukuran kakinya berapa, kalau besok udah kekecilan gimana?" Dino mendengus lagi.

Terakhir, cowok itu menarik Vernon pada sebuah toko buku dan novel. "Ini kalau dibaca gak dibaca 'TAHUN DEPAN', pasti bakalan dipajang, buat memorable juga bisa. Dah ini aja." Kesalnya.

Vernon menurut, mencari judul buku yang menurutnya menarik. Ia mengambil salah satu dan hendak memberi tahu sosok itu atas pilihan nya. Tapi yang dilihatnya, Dino sedang mencoba-coba kaos di toko sebelahnya. Senyumnya mengembang kecil.

"Din." Panggil nya, tak perduli orang-orang mengira ia memanggil angin kosong disana.

Dino menoleh, dengan segera melepas bajunya dan menghampiri Vernon disana. "Gimana?"

"Udah dapet. Lo tunggu sini bentar. "

Cowok itu menurut, sambil melihat juga buku-buku beribu judul di sekitarnya.

'kshshhhhh.' matanya menajam, ia menoleh ke sumber suara. Disana ada sosok perempuan di kelilingi aura hitam. Rambutnya berantakan dan sedikit menyisakan sebelah matanya yang juling.

"Jangan ditatap, ayo kabur."

'kshshhhhh... kshshhhhh... Kshhahlilat... Kssaliat... Ksalihat... Bisa lihat... Matttaaa..... mataaaa....'

....

"Udah beli kertas kadonya?" Tanya Dino sambil duduk di atas wastafel.

"Ye, ada kotak kado yang gampang besok beli, ngapain beli kertas kado. Gue gak bisa bikin kado." Ujar Vernon sambil mengeringkan tangannya.

"Dulu nih, kalau masalah kado mah-"

'krieet..'

Satu bilik toilet terbuka, Vernon yakin dari tadi hanya ada dirinya dan Dino di sini, bahkan pengunjung terakhir sudah keluar dari kamar mandi.

'kshshhhhhhhhh....'

"Vernon." Bisik Dino pelan.

'kshshhhhhhhhh...' "ketemuu!"

Keadaannya kacau, mata juling itu menatap keduanya, Vernon memegang lengan Dino untuk membawanya pergi, tapi sosok itu lebih dulu melemparnya ke dinding. Dino meronta sambil meringis menahan sakit kepalanya di hantam ke tembok. "La-ri uhuk." Sosok seram itu meringis memperlihatkan gigi busuknya dan memperpanjang jarinya untuk menyentuh bola mata Dino yang masih membelalak kesakitan.

"Gak." Vernon membanting tasnya kearah sosok itu, tapi hanya membuat sosok itu makin marah.

"Keekkketemu!! Mmattaa.." Tangannya menahan gerakan jari itu yang gantian hendak mencongkel mata miliknya, Dino yang sudah bangkit dari kesakitannya, ia mulai menarik dan melempar sosok itu dengan kekuatannya ke atap.

Vernon tercengang, melihat sosok asli Dino, kepala, dan badannya jadi penuh darah. Matanya berbeda, tapi Dino masih ada disana.

Dengan dijatuhkan dua kali, hantu jahat itu melemah. Dino menatap Vernon. "Keluar sekarang Vernon." Ujarnya. Sambil menahan perempuan itu yang hendak menggapai Vernon dengan lengan panjangnya, Dino membelokkannya dan menginjaknya.

Perlahan ia mundur, setelah melihat Dino memutar 180° kepala itu kebelakang. Dan meninggalkan sosok jahat itu di lantai, ia membisikan sesuatu sebelum berubah menjadi abu dan menghilang.

"Dino."

Dino berbalik, menatap Vernon yang masih kaget. "Aku gak apa-apa." Ujarnya, lalu berubah ke dirinya yang bersih.

"Kamu tahu, semenjak jadi Hantu, aku punya yang namanya mode perang." Vernon mundur saat Dino mendekatinya, cowok itu tersenyum manis.  "Itu caraku bertahan 2 tahun dijalanan."

......

TBC

• Seungkwan

- kelas 11 juga
- Belum ada clue tentang dia.

....

Maaaaaaff, aku sayang banget sama maknae line😭 dan maaf aku selalu buat Seungkwan seperti orang ketiga.

Oh My Ghost [VerChan/ChanSol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang