6. Duri dalam Daging

947 98 2
                                    

"Kak ...."

"Kak Raga."

"Bangun, Kak! Udah subuh."

Melody mengguncang tubuh Raga yang masih terbaring lelap di ranjang, masih dengan mukena yang melekat di tubuh mungilnya.

Alis tebal Raga bertaut, perlahan dia membuka mata mencoba menyesuaikan cahaya yang ada, kemudian mengucek mata dan berdecak menatap istrinya.

"Iya, iya!" Dengan enggan Raga beranjak dari ranjang nyamannya.

"Ambil wudu, terus sholat dulu!" ingat Melody saat melihat suaminya berlalu begitu aja menuju kamar mandi.

"Udah mau siang ini, mana sempet?" dalih Raga masih dengan tubuh sempoyongan, karena nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Lebih baik telat daripada nggak sama sekali. Makin banyak yang ibadah di rumah ini, makin setan takut buat mampir. Lagian ini baru jam lima lebih sepuluh menit. Buruan, Kak! Mandinya habis sholat aja, lagian semalem kita nggak ngapa-ngapain," desak Melody.

"Iya, iya, bawel!" Raga mendengkus, lalu berjalan menuju keran yang ada di samping bilik mandi.

Beberapa saat kemudian, dia kembali dan mendapati sang istri masih berada di sana. Duduk bersila di tepi ranjang, dengan mukena yang sudah ditanggalkan.

"Ngapain masih di sini?" tanya Raga langsung ke inti.

"Mau mastiin kalau Kakak beneran sholat, bukannya tidur lagi. Nih, sarung sama sajadahnya udah aku siapin!" Perempuan itu tersenyum lebar yang menampilkan dua lesung kecil di kanan dan kiri garis bibirnya.

"Oke." Raga mengambil alih sajadah dan sarung yang istrinya sodorkan.

"Pake sarungnya bisa?" Pertanyaan konyol itu membuat tajam Raga menatapnya.

"Kamu pikir aku anak baru gede?"

"Ya, siapa tahu Kakak lupa."

"Udah, ya. Tutup aja mulut kamu atau balik ke kamar sana!"

"Iya, aku balik setelah Kakak kelar."

Tak ingin berdebat lagi, akhirnya Raga memilih menyudahi dan mulai menunaikan sholat subuh yang entah kapan dia kerjakan terakhir kali.

Kurang dari delapan menit, sholat subuh selesai Raga tunaikan. Di tempat yang sama, dia masih melihat Melody terjaga, dan senyum-senyum sendiri menatapnya.

"Belum balik juga?"

Dengan polosnya Melody menggeleng pelan.

"Tahu nggak, Kak? Cowok sarungan itu gantengnya nambah, walaupun dia belum mandi."

Raga hanya menatap datar menanggapi. "Terus, aku peduli?"

"Emang Kakak nggak mau keliatan lebih ganteng gitu?"

"Nggak!"

Melody mengerucutkan bibirnya. "Ya udah." Perempuan itu pun beranjak bangkit dan bersiap pergi. Namun, kembali lagi setelah mengingat sesuatu. "Oh, iya, Kak!"

Raga yang baru saja melipat sajadah, menoleh sedikit. Dia tatap Melody dari ekor mata. "Apa?"

"Reyhan itu siapa, Kak?"

Deg!

Raga terdiam lama. Seperti ada sesuatu yang baru saja menghantam dada kala mendengar Melody menyebut nama yang ingin sekali dia lupa.

"Dari mana kamu tahu?" Suara Raga merendah. Penuh intimidasi.

"Kakak ngigau semalem. Panggil-panggil namanya," tutur Melody apa adanya.

Hanya Istri PelampiasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang