#11

980 131 16
                                    

Author pov

Krekkk
(Suara pintu yang perlahan terbuka)

Ashel menoleh, ia langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Apakah ada keluarga pasien?"

"Saya dok."

"Apa hubungan anda dengan pasien?"

Ashel mengigit bibir bawahnya, apa yang harus dijawabnya sekarang.

"Anu hmmm istri nya dok." Jawab ashel asal

Ashel tidak tau apa yang telah dikatakannya barusan, tbtb saya mulutnya berkata demikian karena sudah terlanjur diselimuti rasa cemas yang berlebihan.

"Baiklah nona tolong tanda tangani persetujuan untuk diadakannya operasi, karena benturan keras yang mengenai kepala pasien menyebabkan pembekuhan darah di otak dan kurangnya cairan. Jika tidak segera dilakukan operasi, pasien akan kehilangan nyawanya."

"Itu saja, saya permisi dulu." lanjut dokter itu lagi berjalan pergi

Ashel menangis sejadi jadinya, bagaimana bisa semua ini terjadi. Apa yang harus dilakukannya, dia benar-benar bingung. Tanpa berpikir panjang ashel langsung berlarian ke meja administrasi untuk menandatangani persetujuan itu.

"Lo harus kuat del, plis bertahan." Gumam ashel sambil berlarian di lorong rumah sakit

Ashel seketika lupa kalau kakinya sedang cidera, yang menjadi tujuannya saat ini hanya keselamatan adel.

Administrasi

Setelah berlarian cukup jauh, ashel akhir sampai walaupun dengan nafas yang terengah-engah.

"Mbak tolong itu, ah... Itu.." Ucap ashel terputus putus

"Kakaknya mending ambil nafas dulu baru bicara." Ujar pegawai rumah sakit itu

Ashel mengikuti saran pegawai itu, ia perlahan mengantur nafasnya dengan sebaik mungkin.

"Mbak tolong, cepat lakukan tindakan operasi atas nama pasien Reva fidela. Tolong mbak, sudah ga ada waktu lagi hiks hiks hiks.. Saya ga mau dia meninggal..Hiks hiksss.."

"Baiklah sebentar saya siapkan dulu berkas-berkasnya. Boleh tau kakaknya siapa soalnya persetujuan harus dilakukan keluarga pasien."

"Saya istri nya mbak, saya istrinya. Jadi tolong cepat lakukan tindakan operasi, saya ga mau hal yang buruk terjadi sama adel!" Kata ashel yang mulai meninggi

Ashel memegangi kepalanya, tbtb emosinya muncul dengan sendirinya.

"Ini kak berkas nya, kakak harus tanda tangani di sini." Kata pegawai itu menjelaskan

Tanpa membaca tangan ashel langung menandatanganinya begitu saja, ia ingin adel cepat-cepat mendapatkan perawatan yang seharusnya.

"Baiklah, kakaknya bisa menunggu didepan ruang operasi di lantai 3. Untuk waktu operasinya akan dilakukan 15 menit lagi."

"Terimakasih mbak, terimakasih banyak."

Lagi dan lagi, ashel berlarian menuju ruangan operasi. Sampai saat ini pun ia belum melihat adel, perasaan cemas terus menghantuinya setiap detik waktu yang berlalu.

Ruang operasi

Ashel menempati kursi kosong yang hanya terisi olehnya.

Ashel pov

Tuhan, perasaan apa ini.

Tolong selamatkan adel tuhan, gue takut hiks hiks hiks..

Di sela tangisan gue tbtb segerombolan perawat datang membawa adel bersama mereka. Gue langsung berdiri, mengejar adel yang di bawa dengan cepat.

SEVENTEEN AND NIGHT (Delshel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang