𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚, almost nudity, someone’s stressed out lol.
𝗡𝗢𝗧𝗘, dari banyaknya cerita yang gue buat, aizawa yang paling banyak revisi... AND THIS IS STILL GOT SOME ERRORS—Kalau laptop bisa bicara, mungkin laptop kamu udah nangis-nangis setelah ditutup dan dibanting ke sofa. Bimbingan kali ini udah agak lumayan bikin kamu pening karena ada perbedaan koreksi dari dosen pembimbing dan dosen wali kamu.
Kamu memilih buat ke dapur, menyeduh kopi menggunakan mesin kopi milik Aizawa. Tanpa gula, tanpa susu atau pun creamer. Cuma kopi hitam, yang membuat darah kamu memacu jantung dua kali lebih cepat, tanpa mempedulikan asam lambung yang juga kian memacu lambung.
Lewat jendela dapur Aizawa yang menghadap ke riuhnya malam hari di kota yang tak pernah tertidur ini, kamu sedikit merenungkan mengenai masa depan yang sedang kamu rakit dari masa muda. Kamu kadang cemburu dengan orang-orang seperti Aizawa yang udah melewati masa-masa mudanya.
Kamu kembali ke ruang tengah, menatap sekilas ke arah laptop yang bertengger di sofa milik Aizawa. Dengan helaan nafas yang pasrah, kamu kembali duduk di sofa, membuka laptop di pangkuan, dan mulai melanjutkan skripsi yang sedari tadi membuat kamu penat bukan main.
Ditambah lagi dengan kesendirian ini, kamu semakin merasa waktu bukan berjalan lagi, tapi mungkin mengesot. Aizawa yang lagi ada urusan bisnis keluar kota, walaupun cuma sehari semalam dan pagi nanti juga dia bakal pulang pun rasanya kamu udah nungguin berabad-abad lamanya.
Suara pintu dimasuki nomor pin membuat kamu tersadar kalau ternyata Aizawa udah pulang, derap langkah berat laki-laki itu mengisi keheningan di ruang apartemen, nyaris seperti Aizawa biasanya hidup tanpa kamu.
Aizawa menemukan kamu yang lagi duduk di sofa, memangku laptop dan berselimut tebal beserta kopi dingin di meja, dari kejauhan sejak pertama kali dia menatap kamu Aizawa udah paham kamu lagi fokus ngerjain sesuatu yang bikin stres.
Pria tinggi itu nggak bisa menebak apakah kamu sengaja bangun pagi buat ngerjain deadline revisi, atau memang dari malem begadang sampai pagi begini. Jadi, Aizawa ingin mengetes hal itu.
“Good morning.” Suara beratnya dengan tegas menyapa telinga kamu.
Serentak kamu mendongak, kaget dengan hal yang diucapkan oleh Aizawa kepada kamu, kemudian kamu dengan suara yang serak menukas kaget, “It’s already morning?!”
Sebelah alis Aizawa terangkat, pertanyaannya terjawab dan dia nggak senang akan jawaban itu. Aizawa kemudian berjalan ke arah jendela besar apartemennya, dia tarik dengan satu tarikan kasar dan membuat sinar matahari secara brutal menyerang ke arah kamu.
“Shit!” Rutuk kamu sambil dengan rusuh menutup tubuh dengan selimut.
Aizawa harus menggigit bibir samar, mencoba berusaha untuk menyembunyikan tawa melihat kamu yang buru-buru telungkup di sofa dengan selimut menutup sampai ke kepala. Aizawa membatin, udah kayak vampir aja nih anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜𝗔, aizawa shouta.
أدب الهواة𝗮𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶𝗮. ( ✦. ) ── 𝘭𝘢𝘤𝘬 𝘰𝘧 𝘴𝘦𝘭𝘧-𝘤𝘰𝘯𝘵𝘳𝘰𝘭; 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘦 𝘰𝘧 𝘮𝘪𝘯𝘥 𝘪𝘯 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘴𝘰𝘮𝘦𝘰𝘯𝘦 𝘢𝘤𝘵𝘴 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯𝘴𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘸𝘦𝘢𝘬𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘰𝘧 𝘸𝘪𝘭𝘭. ...