09. Big Question

686 56 4
                                    


POV orang ketiga


Beam berkedip. "Tapi aku sudah mencintaimu." Dia memegang tangan kiri Forth yang sebelumnya menyeka air matanya.

"Seperti kau mencintai Phana?" tanya Forth.

"Aku tidak mencintai Phana." Jawab Beam.

"Seperti kau mencintai Kit?" Forth bertanya lagi.

"Aku juga tidak mencintai Kit."

"Tapi kau bilang mereka mencintaimu." Forth balas.

"Tentu saja mereka mencintaiku, dan biarkan mereka seperti itu. Aku adalah putra mereka." kata Beam.

Forth mengerutkan kening. "Apa?"

"Orang tuaku bercerai saat aku berusia tiga belas tahun. Pho menikah lagi, Mae terlalu sibuk. Phana dan Kit, lebih mirip seperti ayah dan ibu bagiku. Maaf, aku seharusnya tidak menggunakan kata 'cinta'. Tapi mereka berdua yang telah merawatku selama ini."

Forth menghela nafas.

"Aku tidak pandai dengan kata-kata." kata Beam lagi. "Aku tidak banyak bicara. Aku... buruk dalam berteman...."

"Tapi kau ahli dalam menggoda." balas Forth.

"Aku tidak pernah menggoda." Beam membalas. Dia menggigit bibirnya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya menggoda, bahkan jika aku mau." Dia berkedip gugup.

"Benarkah? Kau melakukannya dengan baik tadi malam." kata Forth.

Beam menelan. "Kau tidak percaya padaku?"

Forth bersandar lebih dekat. "Aku tidak keberatan dengan masa lalumu. Aku tidak keberatan siapa kau sebelumnya. Aku hanya tidak ingin kau berbohong padaku."

"Tapi aku tidak berbohong padamu." Beam bingung.

"Beam...." Forth menggeram. "Kau bilang kau tidak pernah menggoda, lalu apa yang Kau lakukan padaku tadi malam?"

Beam memiringkan kepalanya. "Mencintaimu...?"

Forth berkedip. "Hah?"

Beam mengangkat bahu. "Kau adalah pacarku. Dan kau mengatakan kepadaku di bar kalau kau ingin bercinta denganku. Jadi kupikir...." dia mengerutkan kening. "Kau mengatakan itu hanya untuk membuatku setuju untuk pulang, kan?" Dia tiba-tiba menyadari.

Forth tersenyum. "Kau membuat 'pertunjukan', Beam, jadi aku harus mengantarmu pulang."

Beam tersipu. Dia berkedip gugup. "Seburuk itu?"

Forth tertawa. "Sangat buruk."

Beam menelan ludah. "Tapi bukankah itu membuktikan kalau aku buruk dalam menggoda? Kau bahkan tidak meniduriku pada akhirnya."

"Itu karena hatiku lebih besar dari penisku." Kata Forth dengan senyum menggoda.

"Kau terlalu pandai merangkai kata." kata Beam. Sekarang telinganya juga menjadi merah.

Forth tertawa.

Beam menatap Forth dalam-dalam. "Forth...." dia memanggil Forth.

"Hm?"

"Aku mencintaimu." Beam berkata lembut sambil menatap langsung ke mata Forth.

Forth tersenyum.

"Aku minta maaf jika aku tidak mengatakannya dengan benar sehingga kau tidak percaya padaku. Tapi aku mencintaimu." Beam berkata dengan satu tangan di dada kirinya. "Maafkan aku, na~...?"

Biggest Lie | ParkLam  Story - BAHASA INDONESIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang