Gila. Gue Punya Abang Banyak!!

9 2 0
                                    

Setelah beberapa saat Naya terdiam, ia mencoba membuka tali yang mengikat tangannya. Dan gotca!! Ia berhasil. Dengan sisa tenaga, ia berjalan tertatih-tatih keluar dari sekolah untuk menuju kesuatu tempat dimana Naya mendapat ketenangannya.

Naya berjalan dengan sedikit pincang diatas trotoar sendirian, baju dan tasnya basah tapi ia tidak memperdulikan hal itu. Rasa sakit yang ada dihati dan tubuhnya lebih mendominasi nya sekarang. Ia meringis pelan ketika luka lebam di pipi dan kaki nya terkena air hujan.

Ia kembali terisak diderasnya air hujan, matanya menyorot teduh jalan raya yang sepi dan beberapa orang yang meneduh. Pikirannya masih tertuju pada kejadian sepulang sekolah tadi, hati nya berdenyut sakit. Matanya perih karena terkena air hujan dan sudah memerah.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti disampingnya, seorang pria berjas putih turun dengan sebuah payung menghampiri Naya dengan raut khawatir.

"Naya" panggil nya sambil memegang pundak Naya.

Naya menoleh, dan saat tau siapa yang memanggilnya ia segera memeluk tubuh yang lebih besar darinya itu dengan sangat erat. Menangis sejadi-jadinya nya didalam pelukan lelaki tersebut.

"Cup cup, nangisnya dipending dulu. Hujan deres ini, ayo kerumah sakit. Sekalian obatin luka nya ya" ucap lelaki itu menenangkan Naya.

Naya mengangguk, dan berjalan bersama menuju mobil. Setelah Naya masuk, lelaki itu melanjutkan perjalannya menuju rumah sakit terbesar dikota itu.

Sesampainya diparkiran, dokter yang bername tag 'Jaelani Sastra Manggala' itu menatap wajah Naya yang damai.

Mata lentiknya tertutup, menyelami mimpi yang tak tahu indah atau malah sebaliknya. Tanpa membangunkan Naya, pria yang biasa disebut Sastra itu menggendong Naya ala bridal style menuju ruang inap VVIP.

Saat dilobi depan, seseorang memanggil Sastra dengan sedikit berteriak.

"Jaelani-!"

Sastra menoleh dan memutar bola matanya malas, "Udah gue bilangin berkali-kali ya, panggil gue Sastra kalau diluar. Gak usah ngikutin Rapatar deh tuan muda Markelino Siswarshana" ucap Sastra.

"Pfft, hahaha iya iya gue lupa" lelaki dengan sebutan Lino itu menahan tawa nya saat tatapan tajam sang adik seperti akan mengoperasinya lalu menguliti dirinya.

Tatapannya berpindah menatap gadis digendongan Sastra, ekspresi yang semula nya ceria, sumringah, dan ramah berganti datar. Alisnya bertaut dengan mata menatap sang adik dengan menyelidik.

"Dia kenapa? Kenapa banyak lebam? Siapa yang bikin dia kayak gini lagi sekarang?" tanya Lino berturut-turut dengan nada khawatir.

"Gua belum tau bang, coba minta papi Jay buat cek semua cctv sekolah. Soalnya tadi gua ketemu nih bocah keluar sekolah sendirian dan hujan-hujanan" jelas Sastra agar Lino tidak salahpaham.

Lino mengangguk, "Nanti tanyain dia. Kenapa bisa kayak gitu, tapi jangan dipaksa" Sastra yang mendengar itu mengangguk.

Lino berjalan lebih dekat kearah Naya dan mengusap luka lebam yang ada diwajah Naya, lalu mengecup kening gadis itu lama.

"BANG LINO! BANG JAELANI!" teriakan melengking itu membuat seluruh atensi menatap sang pelaku.

"Bisa gak sih gak usah teriak-teriak, ini rumah sakit Can" yang dikasih tau malah nyengir tidak jelas dan berjalan mendekati kedua pemuda itu.

Matanya sontak melotot lebar saat melihat Naya yang memejamkan matanya, "Naya kenapa? Anjing siapa yang bikin Naya kayak gini bang?! Kasih tau gue!" tuntut Candra membuat Lino menghela nafas.

"Mending lo bawa Naya keruangannya dulu Sas, dan lo ikut aja sama Sastra. Abang mau ketemu papi Jay dulu" Candra dan Sastra mengangguk lalu bergegas pergi dari sana. Begitu pula dengan Lino yang segera menjalankan mobilnya menuju perusahaan sang ayah.

Naya And Seven DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang