Naya Hamil?

10 3 0
                                    

Dan jadilah kami berdelapan duduk dilantai dingin membentuk lingkaran, permintaan siapa? Pastinya permintaan Naya. Padahal ada sofa panjang dan karpet berbulu disamping ranjang.

"Kalau yang minta bukan Naya gue gak rela duduk dibawah gini" batin Papi Jay dengan bahasa gaul nya.

Sedangkan Naya tersenyum manis, sedikit canggung karena bertemu keluarganya yang asli untuk pertama kali.  Memecah keheningan, Naya berdehem pelan membuat seluruh atensi menatap Naya.

"Emm, anu om-"

"Papi! Bukan Om. Emang kamu kira papi ini om-om?!" Sela Papi Jay ngegas sambil memelototkan matanya.

Naya hanya cengengesan sambil menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.

"Eeee anu pap, Naya-"

"Papi Nay, bukan pap" Naya menghela nafas lelah ketika ucapannya disela kembali oleh Pak Jay.

Naya mengangguk, "Itu Papi Naya gak mau dirumah sakit. Mau pulang aja" ucapnya sedikit merengek dengan puppy eyes nya.

Ketujuh lelaki yang mengelilingi Naya memalingkan wajahnya, ingin membantah tetapi tak mampu melihat wajah menggemaskan itu.

Naya yang merasa dihiraukan sedikit mengeluarkan air matanya, mencoba menarik angin dari hidungnya agar seperti menyedot ingus yang membeler.

Sastra kembali menatap Naya dan langsung gelagapan ketika melihat Naya akan menangis. "A-Aduh sayang jangan nangis dong, iya-iya nanti kakak urus semuanya. Tapi besok ya pulangnya, sekalian habisin infus ini" ucapnya sambil memeluk Naya hangat.

Dari ketujuh pria itu, hanya Sastra yang memiliki jiwa keibuan yang kental. Ia tak bisa melihat seseorang menangis, terlebih lagi adik kecilnya ini.

Papi Jay, Rafatar, Jenifer, Lino, Candra, dan Jevano sontak menatap Naya dengan raut khawatir yang tercetak jelas.

"Sayang jangan nangis, biar Papi yang urus" ucap papi Jay menenangkan anak perempuan nya itu.

"Udah Nay jangan nangis, besok kita jalan-jalan mau gak?" tanya Jevano menatap Naya lembut.

Naya yang mendengar pertanyaan itu langsung melepaskan pelukan Sastra dan beringsut mendekati Jevano dengan tatapan binar. Tanpa menunggu lama ia memeluk Jevano erat.

"Janji ya! Besok beli jajan yang banyak" ujar Naya ceria dengan senyum lebar.

Jevano membalas pelukan Naya dan mengangguk singkat. Matanya menatap semua saudara dan papi nya yang menatapnya tajam. Ia menjulurkan lidahnya mengejek.

Jenifer mengepalkan tangannya dengan tatapan datar, lalu ia berdiri dan menarik tangan Naya hingga gadis itu ikut berdiri. Membawa Naya menuju brankar dan merebahkan gadis itu.

"Kamu istirahat, jangan banyak tingkah" peringatnya pelan sambil mengusap kening Naya.

Ucapannya memang singkat, tapi perilakunya sangat manis hingga Naya ingin memukul wajah laki-laki didepannya ini.

Mendengar suara berbunyi, Naya menatap perut datarnya sambil meringis. "Anak bunda laper ya?" ucapnya sambil mengelus perutnya pelan.

Tak sadar dengan ucapannya, Naya menghiraukan ketujuh pria didepannya melebarkan mata dengan mulut sedikit terbuka.

"Nay, ka-kamu?" Lino menatap Naya dengan tatapan tak percaya.

Naya mengerutkan keningnya bingung sambil menatap seluruh pria didepannya.

"Ada apa?"

"Jujur Nay, siapa yang memperkosa mu? Biar Papi bunuh sekarang juga menggunakan samurai yang masih terpajang rapi dirumah" tanya Papi Jay sambil mengeraskan rahangnya.

"Gugurin Nay, biar aku yang bayarin semuanya" ucap Candra santai.

Naya melotot, dengan ekspresi marah ia menatap Papi Jay. "ENAK AJA FITNAH FITNAH NAYA HAMIL!!"

"Tapi kamu tadi bilang 'anak bunda laper ya?' gitu" ujar Rafatar menirukan ucapan Naya tadi.

Gadis itu terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak hingga air matanya sedikit keluar.

"HAHAHHAHA, aduhh Naya gak hamil papi dan abang-abang ku sayang... Naya cuma laper, karena biasanya Naya kalau laper selalu bilang gitu hahahaha" ucap Naya sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.

Bahkan ia tak menghiraukan selang infusnya yang sudah terlepas hingga membuat semuanya panik.

"Sayang, udah -udah berhenti itu selang infusnya lepas loh" ucap Papi Jay khawatir.

Naya mengangguk lalu menatap mereka polos, "Naya mau makan mie instan rasa soto belanda"

Semuanya kembali terkejut dengan permintaan Naya, "Dek, tengah malem gini gak ada restoran yang buka. Mau cari dimana anjir"

"Ada bang! Di Jalan Kenangan ada warung pinggiran yang buka 24 jam. Akang-akang disana langganan Naya beli mie rasa soto belanda"

JDERRR!!

Harga diri mereka dipertaruhkan, mereka tidak pernah beli makanan dipinggir jalan. Selalu restoran atau mall, tetapi jika tidak dibelikan Naya tidak akan mau makan makanan lainnya.

Mereka bimbang, Candra membuka mulutnya ingin bersuara tapi suara lainnya terdengar.

"Can, beliin Naya makanan yang dipengenin sana" ucap Lino yang terdengar tidak menerima bantahan.

Candra menghela nafas lalu mengangguk dengan raut kesal. Ia berjalan keluar ruangan dan mencarikan apa yang diminta Naya ditengah malam seperti ini. Hanya demi Naya!

Naya tersenyum haru, begini rasanya memiliki keluarga. Bisa memiliki abang-abang yang dapat dijadikan babu karena Naya lihat jika mereka sangat menyayangi dirinya. Bukan hanya itu, Papi Jay yang sudah menjelma menjadi sosok ayah itu sangat memanjakannya.

Sekarang ia tak akan berdoa untuk agar cepat mati, tetapi ia merubah tujuan hidupnya yaitu hidup bahagia bersama keluarganya yang sekarang. Naya meneteskan air matanya bahagia, merasa menjadi adik perempuan yang paling beruntung sedunia.

•••

Sedangkan di lain tempat, seorang gadis berjalan dengan melenggok-lenggokkan pinggulnya. Dengan senyum menggoda ia berdiri didepan pria tampan yang berbau alkohol itu, ia mulai naik ke pangkuan pria itu dan mengecup bibirnya singkat.

"Om, udah janji kan beliin aku brand terbaru di mall itu, om juga udah janji beliin aku Iphone"

"Iya sayang, puasin om malam ini"

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naya And Seven DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang