3.0 - Q͞u͞e͞s͞t͞m͞a͞s͞t͞e͞r͞7͞7͞8͞

129 5 8
                                    

Tidak! Ada sesuatu yang janggal dengan pemandangan ini. Aku mengenalinya, tempat yang sering kukunjungi. Apakah ini artinya aku gagal menyelesaikan quest-ku? Sebab, siapapun yang dikirim ke ruangan ini pastilah tak lagi terhubung dengan misi-misi yang diberikan oleh para questmaster-nya.

"Selamat datang kembali, Leo. Kau benar-benar melakukannya dengan luar biasa." Athen4 segera menyambutku melalui sosok avatar-nya yang kelihatan norak itu.

Sementara diriku terpaku, masih sulit mencerna maksud dari perkataannya barusan. "A-ap-apa kita berhasil?"

"Kau tak akan percaya ini," Dia menjawab dengan langsung menepuk pundak avatar-ku, "kanal siaran kita dijejali puluhan juta penonton dari berbagai distrik Kota Megakarta. Orang-orang dari BT Corp dan Network 70 bahkan bersaing demi mendapatkan kontrak eksklusif sebagai—tunggu dulu! Di mana pedangmu?"

Kusembunyikan wajahku, menunduk. "Aku menghilangkannya."

"Apa!"

"Maaf, At." Aku tak memiliki keberanian untuk menatap matanya. "Aku tak punya pilihan lain," jelasku, seperti anak kucing yang ketahuan melakukan kesalahan.

"Ah, sudahlah, L," balasnya, "itu cuma sebuah artefak. Dengan kemampuanmu, kau pasti akan mendapat—ok, lupakan saja." Athen4 tertunduk lesu seraya menghela dalam-dalam. Avatar-nya berpenampilan pria berotot kekar yang berdandan menor dengan busana motif bunga-bunga itu berkali-kali menggelengkan kepala sambil bergumam, "Huft, sayang sekali. Andai saja aku seberuntung dirimu. Bisa memperoleh Excalibur yang legendaris itu, dan barangkali tidak mungkin dimiliki semua orang di sini."

Tak kubalas kata-kata darinya.

Kurasa, Athen4 sudah mengerti tentang keputusan yang kuambil. Pensiun dari semua kekonyolan ini dan mencoba melanjutkan kehidupan di dunia nyata, itulah yang kuinginkan.

Gangguan dunia maya kompulsif, begitu mudahnya mereka memvonis kondisiku. Suatu kecanduan akibat jagat virtual yang membuatku benci dan mencintai keduanya. Lucunya lagi, dokter memberitahuku bahwa 60% penduduk Megakarta juga mengalami kondisi yang sama. Mungkin, orang-orang dewasa itu merasa bahwa mereka sudah mencapai sesuatu dalam hidupnya. Walaupun kenyataannya terlalu banyak yang dikorbankan dalam hidup, kuhabiskan waktuku demi mengikuti tuntutan orang lain dan tidak pernah menjalani hidupku sendiri. Apa bedanya ini dengan kehidupan seorang budak atau tahanan?

Sebaliknya, Athen4, ia selalu terobsesi dengan uang. Bergabung menjadi PROXY demi melakukan quest-quest berhadiah mewah yang hampir mustahil dilakukan orang biasa merupakan ide darinya. Pilihan apa yang kupunya? Dia satu-satunya sahabat yang bisa kupercaya. Lagipula, aku tak memiliki teman kecuali dirinya seorang, terlebih di dunia luar yang penuh dengan kemunafikan.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" Athen4 melirik serius.

Segera kubalas ucapannya dengan wajah setengah kaget. "Bukankah kau sudah berjanji, setelah kita berhasil menyelesaikan quest ini, aku akan dapat bertemu orang itu?"

Ekspresinya seketika berubah. "Hah, maksudmu Questmaster778? Kau yakin ingin menemui orang itu sendirian?"

Questmaster778, orang misterius itu selalu menawari kami quest dengan bayaran yang sudah pasti menggiurkan. Apa yang kumiliki di alam virtual ini sebagian besar berasal dari imbalan yang dia berikan. Namun bedanya kali ini, aku tidak menginginkan semua hadiah mewah itu, melainkan sebuah informasi.

Jawaban Athen4 membuatku sedikit kesal. Kutatap dirinya lamat-lamat, tanpa menyembunyikan perasaanku lagi.

"Oh, yah! T-te-tentu—ehm, tentu ...." Athen4 tertawa renyah diiringi gestur tangan menggaruk kepala. "Tentu saja, Leo. Kau harus maklum, Questmaster778 adalah seseorang yang kukenal dari Black.net. Dia selalu bersikap berhati-hati dan—sebentar, ah ... ini dia." Athen4 menampilkan peta kubus holografik melalui genggaman tangannya, memperlihatkan lokasi terpencil yang terletak di sebuah distrik kumuh Kota Megakarta. "Aku sudah mengatur tempat di mana agar beliau bersedia bertemu denganmu."

Neobatavia? Tak kusangka orang itu juga berniat menemuiku di sebuah distrik di mana ayahku menghilang tiga bulan yang lalu.

Bepergian ke distrik ini dibatasi. Neobatavia, tidak hanya dikenal sebagai zona netral yang diduduki oleh para manusia non-cyborg, tetapi menjadi terlarang karena tingkat kriminalnya yang begitu tinggi. Ada rumor yang berkata bahwa tempat itu adalah rumah dari sindikat bawah tanah yang mengendalikan jaringan Black.net dari balik bayangan. Ada pula yang berkata kalau di sana merupakan sarang persembunyian dari gerakan resistansi. Tempat itu penuh dengan bahaya!

Athen4 lanjut menjelaskan, "Ambil jalur ini, Rute 31. Berhentilah sebelumnya di stasiun Metro, Blok C. Seseorang akan menjemputmu di sana. Dia bisa jadi pemandumu."

"Aku bisa melakukannya sendiri, At. Aku tidak butuh pemandu."

"Dengarlah, Leo. Sipil kelas atas sepertimu membutuhkan paspor khusus dari kepolisian yang sulit didapatkan dan harganya sangat mahal. Menyusup ke sana adalah pilihan terbaik."

"Para Polisi korup itu ...," ketusku, "yang mereka pedulikan hanyalah uang."

Athen4 mengangguk. "Mereka juga tidak dapat menjamin keselamatanmu di sana."

"Terima kasih, At. Aku tak tau bagaimana harus membalas semua ini."

"Kau ini bicara apa? Kita ini, kan, teman. Sudah sewajarnya kita saling membantu."

"Mulai sekarang, kau bisa memiliki apapun di dalam akun virtualku. Aku akan mentransfernya sekarang. Setelah ini selesai, aku berjanji segera mengabarimu. Kita bertemu kembali di Jagad seperti biasa."

"Terserahmu saja, Kawan. Ngomong-ngomong, kau tak berencana menggunakan alter ego pengganti-mu untuk menemui Quesmaster778, kan? Dia sangat membenci hal ini."

Biar kuperjelas lagi, aku tau rasanya hidup menjadi seseorang yang bukan dirimu. Dunia virtual ini sudah mengajariku banyak hal, walaupun diriku masih terlalu naif untuk menyadarinya. Apa gunanya berpura-pura memiliki tubuh mesin yang sempurna saat kau tahu bahwa itu semua diperoleh dari karya jutaan jiwa yang mati? Lebih baik aku merangkak saja dengan tubuhku yang cacat ketimbang harus kugunakan sebuah 'alter ego pengganti'. Memalsukan kebahagiaan itu sama saja seperti memeluk kaktus, semakin erat dipeluk, maka semakin banyak rasa sakit yang kau dapatkan.

Tanpa menaggapi Athen4, aku cuma tersenyum. Kuucapkan salam perpisahan padanya sebelum kuputuskan koneksiku dari Jagad.



Bersambung ....

Jagad 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang