10.Sokey kok!

1.7K 107 6
                                    

"hiks abang sakit, Adek takut abang hiks...., tol... ongin adek aba.. ng i..ni sakit" kalimat dari Aira itu terus berputar di kepala Iron..

Saat ini ia berada di rooftop gedung rumah sakit, setelah dirinya melihat Aira di bawa masuk ke dalam ruangan UGD, dirinya berlalu dari sana, bahkan dirinya belum bertemu dengan para ibu nya, dirinya terlalu takut dan malu, terutama kepada Mommynya.

Bayangkan saja dari sekitar pukul 3 dia berada disini, dan sekarang sudah pukul 11 malam, wajahnya berantakan, dengan luka di kedua tangannya, akibat dinding yang tadi di hantamnya.

Bagaimana bisa Aira mendapatkan luka ketika sedang bersamanya, apa dia memang harus menjauhi Aira agar Aira selamat dan tidak terluka. Berbagai macam makian selalu ia ucapkan kepada dirinya.

*****

Sedangkan diruangan VVIP saat ini, semua orang berkumpul dengan wajah yang tampak sedih dan risau menatap nanar brangkar yang berisi anak gadis yang kakinya terlihat terluka dan belum sadarkan diri.

Semuanya diam, hening dan saling menyalahkan diri masing-masing.

Mommy Aura yang setia berada di sisi Aira sembari mengelus lengannya lembut diiringi dengan air mata yang tak henti keluar, dengan Ino di belakangnya yang mencoba menenangkan ibunya itu, padahal hati dan pikirannya tidak kalah kacau.

Aira mencoba membuka matanya yang terasa berat.

"Mommy" sahut suara sendu itu.

Sontak semua orang merapatkan diri kearah brangkar.

"iya sayang, ini mommy, adek mau apa hm?" kalimat dengan iringan air mata itu menjadi jawaban Aira.

"Adek gak papa kok" seolah tahu bahwa semua orang menghawatirkannya, Aira menampilkan senyuman lemahnya untuk meyakinkan.

Namun bukannya merasa tenang, semua orang malah kembali menunduk dan merasa tertampar.

"Gak ada yang gak papa, adek ngerasain sakit kan? Kakinya sakit kan? Nangis aja Dek, gak ada yang bakalan bantah kalo itu sakit" sahut Azra tegas.

Daddy Alan yang mendengar ucapan Aira tadi mundur perlahan dan membuka salah satu pintu kamar yang memang masih berada dalam ruangan VVIP itu.

Dirinya menangis tersedu dengan memukul mukul dadanya, dengan harapan agar itu bisa mengurangi sebagian kecil rasa sesak itu.

Bagaimana cara dunia mendidik anaknya, sehingga bisa lebih mementingkan perasaan orang lain ketimbang perasaannya sendiri, bahkan anak sekecil Aira saja tidak egois dengan menyalahkan irang lain dibalik musibah yang dialaminya, bukankah dunia tidak adil dengan Aira, seharusnya Aira menjadi anak yang egois, seharusnya Aira bisa menjadi anak yang lebih lekuasa mengungkapkan perasaannya di banding memikirkan perasaan orang lain terlebih dahulu.

Sebuah ketukan pintu menyadarkannya dari segala perandaian.

"Daddy gak papa?" tanya Agan, dan mengambil tempat disisi ayahnya itu.

"Daddy merasa sudah gagal menjaga Adek" katanya lemah.

"bukan cuman Daddy kok, semua orang juga, termasuk Agan juga, Agan mikir kenapa anak sekecil Aira bisa punya pemikiran yang jauh di atas anak-anak seusianya, Adek itu terlalu polos Dad, adek terlalu putih, belum ada goresan sedikitpun, jadi ayok menjadi sosok yang memberikan banyak warna di hidup adek, biar adek merasa bahwa dunia ternyata seindah ini" bohong kalau Agan tidak tertampar dengan perkataannya sendiri, hanya saja banyak hal yang memang sepertinya harus di benahi di diri mereka masing-masing, Aira menjadi pelajaran berharga di hidup mereka.

"Adek sudah berusaha untuk terus tersenyum, di tengah kesakitannya, jadi jangan membuat adek merasa gagal akan usahanya itu, kita seharusnya bisa membuat adek tersenyum bahagia bukan tersenyum dengan penuh kepalsuan, maaf kalau Agan terkesan menggurui Daddy" sambung Agan.

little FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang