10

0 0 0
                                    

Elfina berjalan tergesa menuju UKS (ruang kesehatan sekolah), mendengar kabar tak mengenakan bahwa Mutiara jatuh pingsan di kelas karena kelelahan, maka secepat apa yang Elfina bisa, ia melakukan segalanya sesuai naluri, pertama, terlebih dahulu ia berjalan ke arah kantin membeli beberapa roti dan cemilan kesukaan Mutiara lengkap dengan minumannya, berharap dengan hal itu dapat meringankan beban sang kakak.

Pintu rawat UKS terbuka, Elfina mengatur napasnya tersengal.

Hal pertama yang Elfina lihat adalah, dua teman perempuan Mutiara yang diketahui Elfina bernama Aya dan... entahlah, yang satu lagi Elfina tidak terlalu mengenal, menunggui Mutiara begitu sabar, dilanjutkan dengan satu sosok laki-laki yang diyakini Elfina memiliki perasaan 'lebih' pada kakaknya. Mereka bertiga menolehkan kepala sejenak pada Elfina, lalu, mengalihkan pandangan kala tahu siapa yang membuka pintu.

Mengapa Elfina selalu saja lupa?

Seperti biasa.

Mutiara selalu memiliki banyak teman, Mutiara selalu dikelilingi oleh orang-orang peduli dan pengertian. Pandangan Elfina mulanya benderang penuh kekhawatiran, berganti meredup secara instan.

Elfina melupakan satu fakta penting bahwa tanpa kehadirannya sekalipun, sesosok Mutiara sudah memiliki begitu banyak orang baik yang lebih peduli. Seakan rasa khawatir Elfina tiada berarti, Elfina merapatkan bibir sejenak, membungkam tanpa banyak bicara, kemudian menaruh kantung plastik berisi makanan 'murahan' yang ia beli, di samping meja dekat ranjang, berdampingan dengan makanan-makanan 'mahal' lain yang Elfina tahu bahwa makanan mahal tersebut berasal dari pria-pria yang menyukai sesosok Mutiara atau teman-teman perhatian lainnya.

Elfina menyorot dingin. Sedari awal perbedaan kontras antara adik-dan-kakak itu memang kentara berbeda, termasuk perlakuan orang-orang di sekitar mereka.

Bel selesainya jam istirahat, sebentar lagi pasti berbunyi. Pelajaran kelima sedikit lagi akan dimulai. Elfina mengedarkan pandangan, memilih beranjak dari UKS dan pergi berjalan menuju kelas, meninggalkan Mutiara bersama teman-temannya.

"Lo lihat tadi, itu adiknya Mutiara." Aya berucap sembari memandang satu per satu wajah yang berada di dalam ruangan itu, membuka suara memberi informasi.

"Gue baru tahu Mutiara punya adik." Mila membalas singkat, matanya memperhatikan plastik hitam yang sebelumnya merupakan bawaan Elfinata, sederhana dan terlihat berasal dari kantin. "Gue juga nggak nyangka Mutiara sama adiknya bener-bener beda banget. Bedanya beneran kelihatan."

Aya mengangguk. "Gue awalnya nggak percaya dia adik Mutiara, secara yang kita tahu Mutiara sepopuler apa di sekolah ini."

"Pasti berat jadi dia." Adi yang sedari awal diam tak berbicara, membuka suara secara mengejutkan.

"Kenapa berat, bukannya beruntung punya kakak populer?"

Adi mengangkat bahu. "Justru karena kakaknya populer dan dia nggak."

Mila menyahut. "Menurut gue, mau kayak gimana pun adiknya berusaha sepopuler kakaknya, tetep aja nggak bisa, nggak akan pernah bisa. Lo lihat sendiri, dia nggak secantik Mutiara." Ia memutar bola matanya, menatap dingin Adi yang ingin membantah pernyataan perempuan itu. "Nggak usah munafik, salah satu alasan lo suka Mutiara karena dia cantik juga kan!?" lengkingannya terdengar berisik.

"Mil...." Aya menegur pelan.

Adi menyorot tajam Mila, membalas tuturannya. "Mutiara itu multitalenta, nggak cuma cantik dia juga pinter, banggaan semua guru-guru. Wajar dia disukain banyak orang, termasuk gue!"

"Dia emang nyaris sempurna sih, kalau nggak salah adiknya bahkan cuma dapet rangking 25 dari 36 siswa pas naik kelas 11." Aya kembali membeberkan informasi yang ia ketahui, irisnya menatap Mutiara menerawang, membandingkan perempuan yang masih belum sadar itu bersama Elfinata dalam pikirannya. Memang benar-benar berbeda.

Mila tertawa, mengangguk mengerti, "Bener-bener beda banget, padahal sama-sama perempuan, tapi kayak langit sama bumi."

Elfina tersenyum getir di balik pintu UKS yang tertutup, jari-jemarinya bergetar, pupil perempuan tersebut menghitam redup. Siapa bilang Elfina merupakan murid teladan? Karena kini yang sedang perempuan itu lakukan adalah membolos kelas. Elfina memilih menyibukkan diri menonton series di kantin, dengan diam-diam 'membayar' ibu kantin agar membantu untuk menyembunyikan keberadaannya. Siapa peduli kan?

MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang