•|End

7 0 0
                                    

Telapak keringnya tak pernah menadah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telapak keringnya tak pernah menadah. Kulit keriput bagai isyarat bahwa terik matahari adalah teman karibnya. Sudut bibir yang selalu terangkat tatkala berbicara. Garis netra menjadi tanda bahwa beliau tak lagi muda. Selalu meraba sebab mata tak lagi fungsi seperti sedia kala. Jika bisa bicara, tulang punggungnya akan berkata bahwa ia sudah mati rasa. Hati selembut benang sutera, tutur kata lembut di telinga. Beliau adalah manusia yang memanusiakan manusia.

Petang datang, saya tinggalkan nenek sebab harus pulang. Saya kembali ke rumah dengan kantung mata membesar serta pikiran yang tak tenang. Meskipun begitu, banyak pelajaran kehidupan yang saya bawa pulang.

Nenek membuat saya teringat perjuangan seorang wanita tangguh, walau letih tak mengeluh. Seperti ibu yang akan melakukan apa pun agar buah hatinya tetap tumbuh. Cara pedagang buah meyakinkan pelanggannya mengajarkan saya bagaimana cara membuat orang percaya bahwa saya memiliki potensi, tergantung bagaimana cara saya menjual potensi tersebut. Serta karyawan kios batik yang menginspirasi saya agar selalu tersenyum dan bertutur ramah kepada semua orang. Sore itu cukup singkat, namun banyak hal yang dapat saya catat.

Mendung di Atas TerikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang