🍍DA-1

1.6K 52 1
                                    

Hai

Sebelum baca, aku mau tau kabar kalian gimana hari ini? Udah sembuh belum lukanya?

🌵🌵🌵

"Pagi cantik?"

Adel tertawa melihat kedatangan Dipta pagi ini. Pacarnya itu masih nangkring di atas motor menunggunya memakai sepatu.

Tak ingin Dipta menunggu lama, Adel buru-buru menali tali sepatu dan menggendong tasnya berlari menghampiri Dipta.

"Ngapain lari?"

Adel menggeleng dengan tawannya. "Motor kamu baru?" Biasanya Dipta akan menggunakan motor hitamnya. Tapi hari ini terlihat berbeda, motor matic berwarna putih. Dipta merapikan rambut Adel sebelum memakaikan helm yang biasanya Adel pakai.

"Enggak. Punya Mama ini. Yuk berangkat sekarang"

Memastikan Adel sudah nyaman dengan duduknya, motor yang dikendarai Dipta melaju dengan kecepatan sedang.

"Jangan ngebut!" Pelukan Adel di perutnya Dipta makin erat saat Dipta menambah kecepatan laju motornya.

"Enggak" balas Dipta.

"Dipta" Adel memajukan tubuhnya, takut-takut Dipta tidak mendengar suaranya.

"Iya"

"Nanti main ke rumah boleh?" Tanya Adel.

"Apa?. Ngomong apa sih kamu". Tuh kan, dengus Adel. Adel semakin mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Nanti main ke rumah boleh gak?" Ucap Adel sekali lagi dengan suara yang agak keras.

"Rumah siapa?"

"Rumah kamu"

Dipta mengerem motornya karena terjebak lampu merah. Mengusap punggung tangan Adel yang masih melingkar sempurna di pinggangnya.

"Boleh, nanti habis pulang sekolah. Kamu Kangen sama Mama? Atau sama yang lain?"

"Sama Mama. Sama El juga" ucap Adel menikmati usapan lembut tangan Dipta di punggung tangannya.

"Sama Papa enggak?" Tanya Dipta terkekeh geli. Udah tau akan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Adel.

"Enggak tau. Papa serem tau, tapi enggak galak" seru Adel membayang gimana muka lempeng papa Dipta saat Adel pernah mengunjungi rumah Dipta beberapa waktu lalu.

Dipta tertawa, kembali melajukan motornya saat lampu merah berganti menjadi lampu hijau. Motor berbelok ke kiri memasuki parkiran sekolah.

Tin tin

"OII ANJING,JANTUNG GUE MASIH AMAN COK" Ibad yang menjadi korban kejahilan Dipta mengusap dadanya pelan. Menatap sinis Dipta yang memarkirkan motornya tepat di sebelahnya.

"Emang rada gila nih anak!" Ibad menoyor gemas kepala Dipta lewat helm. Karena helm yang Dipta pakai belum dilepas. Adel memukul punggung Dipta tak tanggung-tanggung. Meski ikut tertawa, tapi Adel tidak tega.

"Gak boleh gitu ihh, sama temen kamu"

Ibad tersenyum pongah, merasa dibela Adel. "Uchh, makin sayang deh sama Adel"

Dipta meraup muka Ibad. "Biasa aja. Pacar gue nih" ucap Dipta.

"Iye iye tau gue. Udah lah mau ke kantin isi perut. Gue cabut dulu ye. Bye Adel cantik"

Adel lagi-lagi tertawa melihat Ibad yang lari terbirit-birit takut akan sepatu mahal Dipta melayang ke kepalanya.

"Siapa yang nyuruh ketawa"

DeltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang