🍍DA-4

598 24 0
                                    

Hai, semuanya
Awali pagi kalian dengan senyuman
🌵🌵🌵

Di hari libur pagi ini Dipta mengajak Adel untuk lari pagi di taman dekat komplek Adel.

"pagi ganteng" sapa Adel tepat setelah Motor matic Dipta berhenti dihadapannya. Hari ini Dipta pakai motor motic lagi rupanya. Senyum Adel tak luntur sedikitpun.

"Kenapa senyumnya manis banget sihhh. Ada apa? Pengen sesuatu nih pasti?" Tebak Dipta. Tangan cowok itu mencubit gemas pipi gadisnya.

"Dipta"

"Iyaaa mau apa cantik? Lagi seneng banget kayaknya" Dipta menurut saat Adel menyuruhnya untuk turun dari motornya. Cowok itu sekarang berhadapan dengan gadisnya yang saat ini sedang menatapnya dengan senyum manisnya. Kalau ditatap terus-menerus oleh gadisnya apalagi dapat senyum manisnya mana kuat Dipta lama-lama.

Dipta mengangkup pipi Adel dan menggesekkan hidungnya dengan hidung Adel. "Kenapa gemesin banget sihhh. Mau apa? Ayo bilang".

Adel terkekeh geli tangannya mendorong Dipta agar menjauh. Mata Adel menatap motor Dipta dan pemiliknya dengan bergantian.

"Aku mau yang bawa motornya dan kamu duduk dibelakang" ucap Adel penuh harap.

"Ihhh gak boleh sayang. Motornya aja berat apalagi nambah bonceng aku makin berat lah. Badan kamu itu kecil. Lagian emang kamu bisa naik motor" cegah Dipta. Ada bayangan Adel naik motor aja enggak apalagi harus bonceng dia.

"Aku bisa tau naik motor. Udah belajar sama Papa sampai lancar. Kamu aja yang gak tau"

"Sayang--"

"Ini kenapa pagi-pagi udah ribut aja didepan rumah?" Ucap Fandi

Adel cemberut melihat papanya yang berdiri didepan pintu. Adel menatap papanya seakan meminta bantuan agar Dipta mau mengizinkan dia naik motor. Fandi sendiri yang mendapati tatapan melas dari putrinya menghela nafas. Mencari sendal jepit yang entah kemana bisa menghilang.

"Ya ampun bisa-bisanya sendal mahal nyangkut di mobil" Fandi berdecak melihat sendal hitamnya nyangkut di atas mobil.

Setelah mendapatkan apa yang di cari Fandi segera berjalan keluar rumah

"Kasih aja sih ta. Biar kamu tau juga anak manja papa itu udah gede. Udah bisa naik motor"

Adel menatap sembarang arah, kemana saja yang penting matanya tidak melihat Dipta. "Tuh papa aja kasih izin"

"Pah?"

Fandi menatap Dipta dengan tatapan meyakinkan. Putrinya itu udah gede bahkan bisa mendapatkan pacar pengertian dan royal seperti Dipta. Putrinya itu bukan lagi anak kecil yang selalu nangis jika ditinggal pergi Fandi kekantor.

"Kamu sih kesibukan main bola jadi lupa kan kalau tiap hari libur anak papa itu maksa buat ajarin naik motor" terang Fandi. Dipta menggeleng pelan, mana tau Dipta kalau Adel minta diajarin naik motor. Memang sih belakangan ini Dipta sibuk latihan futsal.

Dipta tercengang melihat Adel merebut kunci motor yang sempat Dipta cabut dan gadisnya itu sekarang sudah naik keatas motornya. "Ayo buruan naik" Adel menarik Dipta mendekat.

"Udah sana buruan pergi papa mau kasih makan si bule dulu" Fandi menepuk pundak Dipta dan kembali memasuki rumah.

"Beneran bisa?" Masih kurang yakin dan Dipta masih ragu kalau pacarnya itu bisa bawa motor.

"Ck, aku berangkat sendirian aja kalau gitu. Kamu lamaa"

Dipta jadi gelagapan sendiri mendengar mesin motor yang sudah menyala dan Adel yang terus mendesaknya untuk segera naik keatas motor. Mau tak mau Dipta duduk dibelakang Adel dan sepanjang perjalanan Dipta terus meminta Adel untuk membawanya pelan saja. Jarak taman dan rumah Adel tidak terlalu jauh.

DeltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang