Hai, kalian semua
Sebelum baca aku mau tau deh kabar kalian gimana hari ini? Iya waktu kalian mau baca cerita ini dipart ini dan di detik ini kabar kalian gimana?
🌵🌵🌵
Hari ini sekolah mengadakan kerjabakti. Semua siswa mendapatkan tugas masing-masing. Adel dan Wina kini berjalan mengelilingi kelas untuk meminjam sapu yang tersisa karena dikelas cuma ada beberapa itu juga salah satu supaya mereka dapat bagian masing-masing termasuk mereka yang malas mengikuti kerjabakti.
Kalau ada kegiatan kerjabakti disekolah pasti ada sebagian orang yang terpaksa ikut. Dan sebagian lagi memang sudah dari lama menunggu waktu itu tiba. Karena mereka bakalan bebas dari kbm sekolah.
Didepan koridor kelas 10, Adel terkikik geli melihat Ibad menjahili Bu Tut yang sepertinya sudah lelah menghadapi kenakalannya itu.
"Ayolah Bu, masak gak mau main catur sama saya" ucap Ibad merayu Bu Tut untuk main catur.
"Astaga Ibad kamu itu tau situasi enggak sih. Semua pada sibuk kerjabakti kamu malah dengan santainya ajak ibu main catur" ucap Bu Tut dengan nada yang menahan kesal.
"Ihh Bu Tut mah gak seru"
"Apa? Gak seru apa? Bu Tut itu guru BK bukan atlet catur. Udah lah malas Bu Tut ladenin kamu" ucap Bu Tut dengan kesabaran yang mulai menipis.
"Udah tau temen-temen kamu pada sibuk ngurusin sekolah biar bersih enak dipandang" ujar Bu Tut melihat banyak siswa yang sibuk bebersih.
"Yaudah Ibad mau bolos aja gak ada niatan juga mau ikut kerjabakti".
Bilangnya aja mau bolos tapi ternyata Ibad malah berjalan ditengah lapangan sembari duduk santai di sana. Tangannya meneliti setiap detik jarum dijam tangannya. Menunggu saat waktunya pas, maka sekolah akan gempar akan rencanannya kali ini.
Bu Tut yang awalnya ingin mencegah Ibad untuk membolos tidak jadi karena sekarang Ibad sedang duduk damai ditengah lapangan sana. "Moga aja itu anak gak bikin ulah lagi".
Selepas perginya Bu Tut dan Ibad melihat tinggal sepuluh detik lagi Ibad menyeringai sembari menghitung mundur. Tepat dijam 10.15 dan hitungan Ibad habis dan jam istirahat tiba Cowok itu mengeluarkan hpnya dan mengotak-atik sebentar.
"YANG ADA DISANA YANG MAU NOMER WA DIPTA MARII MERAPATT"
Dan sesuai rencana senyum Ibad mengembang dengan puas melihat banyaknya orang yang mengerubungi Ibad dalam sekejap hanya untuk mendapatkan nomor Dipta. Jarang banget mereka mendapatkan kesempatan emas seperti ini. Di lain sisi cewek-cewek yang tadinya merasa lesuh tak berdaya karena banyaknya tempat yang harus mereka bersihkan kini rasa itu hilang diganti dengan rasa senang. Beda lagi para cowok-cowok yang dari pagi angkut barang-barang berat dan sekarang harus melihat para cewek-cewek yang dengan mudahnya dapat nomor Dipta. Kan mereka jadi iri.
Wina yang masih berdiri ditempat semula menyikut lengan Adel. "Panas gak del hati lo habis ini. Banyak yang ngechat Dipta tiap detik. Siap-siap aja jiwa kesabaran lo del"
Adel mengangguk pelan masih dengan serius melihat Ibad dengan santainya mengatur barisan agar tidak terlalu rusuh.
"OII BURIKK GAK ADIL AMAT LO JADI TEMEN. BAGI SEKALIAN LAH NOMERNYA ADEL"
Ibad cengengesan ditempat melihat kebrutalan para cowok-cowok yang juga ingin mendapatkan kesempatan emas. Apalagi si Rendi teman sekumpulan di warmindo belakang sekolah yang berlari menuju kearahnya dengan membawa gagang sapu. Ibad yakin kalau dirinya tidak menuruti apa kata temannya itu. Gagang sapu yang sekarang menjadi musuhnya akan mendarat dengan sempurna di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delta
Teen Fiction"Kamu tau gak, apa yang lebih manis dari madu?" (Pradipta Adipramana) "Apa?" (Pritha Adelia kamila) "Senyum kamu!"