•Enjoy•
" jangan banyak-banyak sambalnya Adel, nanti di marahin pacar Lo guenya "
Adel dengan santainya memasukkan empat sendok sambal di dalam mangkok baksonya. Tersenyum lebar melihat tatapan tajam Wina.
" Lo mah dibilangin ngeyel, nanti gue yang disemprot Dipta gimana? " Wina sudah pasrah dengan keadaan. Mau dilarang percuma.
Menyeruput kuah bakso yang sekarang berwarna merah dan masih dalam keadaan panas, rasanya yang pedas asam membuat mood Adel berubah dari bad menjadi good. Wina berdecak tapi tangannya meraih wadah sambal dan menuangkannya dimangkok sendiri. Melihat wajah Adek begitu menikmati tentu menggoyahkan iman Wina.
" Sruupp--uhuk uhuk "
" Buset pedes banget "
Adel tertawa meraih gelas berisi lemon tea dan memberikannya ke Wina. Menepuk bahu sahabatnya pelan.
" Ya habis gimana win. Cewek PMS emang good moodnya makan yang pedes-pedes "
" Gue setuju soal itu, tapi ya del pedes gue juga masih dalam standar normal lah ". Wina menambahkan jeruk nipis biar tidak terlalu pedas. Panas-panas begini emang kadang bikin emosi, apalagi sedang PMS.
" Pacar Lo latihan lama amat "
Adel melirik jam di layar ponselnya, sudah satu jam dirinya dan Wina duduk di warung bakso. Melihat lapangan luas diseberang jalan yang masih ramai dengan orang-orang beriman futsal.
Sebenarnya tadi Adel gak mau diajak Dipta untuk menemaninya latihan, dan lagi badan Adel pegal-pegal karena PMS. Pengen rebahan sambil nonton film lah pokoknya. Tapi karena paksaan Wina yang laper mata sama jajan di sana Adel jadi mau ikut. Dan pasti agar pacarnya tidak rewel saat latihan, Dipta merelakan dompetnya di tangan Adel.
Wina yang tau itu tambah bersemangat uangnya tidak berkurang sedikitpun. Kapan lagi dirinya menguras uang sepupunya yang terlalu pelit sama dirinya.
" Udah selesai tuh samperin yuk "
Seusai membayar keduanya menyebrang jalan dengan hati-hati, berjalan menghampiri Dipta yang duduk di atas lapangan bersama temannya.
" Udah puas jajanya " Dipta bertanya, menyadari kehadiran Adel yang langsung duduk disebelahnya. Mau mengusap rambut Adel tapi tangannya masih keringatan.
" Habis makan pedes ya? " Mata Dipta menelisik bibir Adel yang sedikit membengkak dan berwarna merah. Terlebih gadisnya yang menyengir lebar.
" Jangan marah dulu. Aku kasih tau ya mas pacar " Adel menggeser duduknya lebih dekat dengan Dipta. Menangkup kedua pipi Dipta yang basah karena keringat. Membiarkan tatapan Dipta menajam di penglihatannya.
Mata Adel berkedip-kedip, mendengus dan berdecak kecil. Menunduk sebentar menahan rasa panas di pipinya mendapat tatapan intens Dipta.
Kembali mendongak dan saling bersitatap satu sama lain. " Kamu tau kan cewek PMS itu butuh yang pedes dan asem? "
Entah refleks atau apa kepala Dipta mengangguk membenarkan.
" Nah, jadi untuk kali ini kamu jangan marah soal aku yang makan pedes " mendorong pelan kepala Dipta biar tidak melihatnya terus menerus. Padahal udah sering, tapi masih aja gak tahan sama tatapannya.
" Yaudah ",
Adel terkikik geli mendengar nafas Dipta yang memberat.
" Dompet aku masih aman? ",Adel mengangguk cepat menepuk sling bag miliknya.
" Uang juga masih aman? " Adel mengangguk lagi, tak lupa senyum manis yang memperlihatkan satu gigi taring miliknya. Uang masih aman lah, kan baru beli bakso jumbo, belum jajan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delta
Teen Fiction"Kamu tau gak, apa yang lebih manis dari madu?" (Pradipta Adipramana) "Apa?" (Pritha Adelia kamila) "Senyum kamu!"