PUBER

4.8K 106 6
                                    

Ga terasa udah 12 tahun aja umurku, batin Angga sambil melihat foto masa SD nya dulu. Setelah itu ia menatap cermin di kamarnya. Dapat ia lihat bahwa bentuk wajahnya sudah tidak lagi bulat seperti dulu. Ia terlihat berbeda. Ia juga menyadari bahwa pertumbuhannya semakin pesat. Dada bidangnya mulai terlihat dan perutnya sudah sedikit berbentuk kotak-kotak.

Huft...

Ia merebahkan diri di kasur. Masih tercium bau pejuh bekas mimpi basahnya. Kata ayahnya tadi pagi, itu merupakan hal biasa dan itu tandanya kalau ia sehat. Sekilas ia sempat melihat ayahnya menciumi kain sprei bekas pejuhnya itu. Tapi ia tidak menghiraukannya.

"Dek, mandi dulu. Sudah mau maghrib ini," panggil ayahnya, Adi, dari bawah.

"Iya, yah bentar."

Ia sebenarnya masih ingin bermalas-malasan dulu di kasur. Tapi, ia tak ingin ayahnya marah. Ia pun bangun dari kasurnya. Sedikit ia paksa kakinya untuk berjalan keluar kamar. Setelah sampai di bawah, ia melihat ayahnya sedang memasak di dapur menyiapkan makan sore untuknya. Jangan tanya kemana ibu Angga. Ia pergi entah kemana meninggalkan mereka sejak 3 tahun lalu.

Dengan segera ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Ia mulai bertelanjang dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia menyabuni seluruh badannya dengan rata. Tapi ia sedikit berlama-lama di bagian kontolnya. Ia heran mengapa sejak tadi pagi kontolnya jadi terasa aneh jika ia sentuh atau digosok dengan tangannya.

Hmm... nanti aku coba tanyain ke ayah deh. Kok berasa aneh aja burungku ini.

Setelah 15 menit berkutat di dalam kamar mandi, akhirnya ia keluar dengan bau badan yang wangi dan segar. Setelah berganti pakaian ia segera turun ke bawah menghpiri ayahnya. Ia pandangi ayahnya begitu lama. Entah mengapa ayanya begitu terlihat keren apalagi kalau lagi fokus melakukan sesuatu. Dalam hati, ia bersyukur memiliki ayah yang begitu sempurna.

Adi yang menyadari anaknya bengong langsung menyadarkannya.

"Dek...? Dek...? Kok bengong si? Hayo lagi liatin ayah ya?" goda Adi.

"Eh... enggak yah... hmm... suka aja kalau lihat ayah fokus gitu," jawab Angga malu-malu.

"Gitu ya? Jadi, adek sekarang suka sama ayah?"

"Maksudku cuma suka aja kalau lihat orang fokus. Keren aja gitu dilihatnya," jawab Angga sedikit salting.

"Haha, iya deh terserah adek aja. Tolong bantuin ayah pindah panci ini ke meja makan. Sekalian lauknya kamu bawa juga ya. Ayah masih mau masak air dulu," perintah Adi pada anaknya.

"Siap, komandan!"

Adi hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku anak semata wayangnya itu. Ia bersyukur masih memiliki Angga di sampingnya. Ia berjanji akan menjadi ayah yang baik dan selalu membimbing Angga.

Setelah makanan dan minuman siap, Adi mengajak anaknya Adi untuk makan malam bersama di meja makan. Tak lupa mereka berdoa terlebih dahulu. Setelah selesai, mereka membereskan meja

makannya.

Allahhu akbar allahu akbar

"Wah udah adzan dek. Yuk sholat dulu ke mushola."

Sudah menjadi kebiasaan Adi mengajak anaknya untuk sholat di mushola. Ia ingin agar anaknya bisa taat beribadah. Mereka berjalan kaki sekitar 200 meter menuju mushola Al-Ikhlas.

Ketika sholat, entah mengapa kontol Angga terasa seperti bergerak-gerak sendiri. Padahal ia tidak sedang memikirkan hal mesum. Lagipula Angga anak yang polos. Ia tidak pernah melihat video-video aneh di internet. Meskipun teman-temannya sudah sering nonton video porno, tapi Angga tidak pernah mau ikut.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang