MAIRIL

4.3K 83 4
                                    

Hari ini adalah hari keduaku masuk pondok. Sebenernya aku ga pingin. Gara-gara aku kepergok temenku lagi ngewe sama pak satpam di gudang sekolah, aku sama ortu dimasukkin ke pondok dengan harapan bisa berubah jadi lebih baik.

Ya, setahuku rata-rata ortu memasukkan anaknya ke pondok ya karena nakal seperti aku. Padahal menurutku, kalau nakal itu bisa jadi karena emang sifat ortunya yang nurun ke anaknya atau karena kurangnya pondasi dari ortu sejak kecil. Yah, tapi entahlah. Apapun alasannya menurutku mondok bukan suatu jaminan sih.

Banyak temenku yang juga nakal masuk pondok. Setelah keluar, sama aja tuh perilakunya. Plusnya mungkin dia lebih tahu soal agama memang. Kalau perilakunya tergantung orangnya.

"Heh, belum tidur kamu?" temenku Safril datang menegurku.

"Belum ngantuk."

"Ga takut dimarahi sama senior yang jaga ya?"

"Emang ada ya?"

"Ada lah. Ada jadwalnya semacam ronda gitu. Jadi entar senior keliling di gedung asrama buat ngecek siapa yang belum tidur. Kalau ketahuan sekali sih masih aman. Paling cuma ditegur aja."

"Kalau ketahuan lagi gimana?"

"Bakal dilaporin ke Ustadz Kamal. Dia yang bertanggung jawab buat ngurusin anak pondok yang bandel."

"La, terus kamu sendiri belum tidur gitu. Ga takut dimarahin entar?"

"Yee, ni anak. Kan kita satu ruangan. Kalau ada 1 orang aja yang ga ada, pasti dibangunin semua, ditanyain sama senior."

Hmm...

Sekitar 2 menit kita diam memandang bulan di atas. Suasana hari ini sedang bagus. Langitnya cerah, bulan purnama, hening tidak ada suara yang mengganggu. Aku suka sekali momen seperti ini. Merenung memikirkan hal random sambil menikmati suasana sekitar. Itu memang sudah jadi kebiasaanku sejak kecil.

"Kamu masih belum nerima ya masuk di pondok?" tanyanya tiba-tiba.

"Engga juga si. Yah, sedikit emang masih belum nerima. Masih berusaha nyesuaiin diri sama lingkungan sini."

"Kalau boleh tahu emang kenapa kamu bisa sampai masuk pondok?"

Aku sedikit malu ingin menjawabnya. Masa iya aku mau jawab kalau aku kepergok ngewe. Tapi, Safril merupakan teman terdekatku sejak hari pertama. Entahlah, ia pembawaannya ramah ke semua orang. Mungkin ia bisa aku percaya.

"Hmm, yaudah aku masuk ke kamar dulu ya," jawabnya berlalu sembari menepuk pundakku.

"Aku ketahuan ngewe di gudang," ucapku tiba-tiba.

Safril berhenti sejenak. Ia kemudian berbalik badan dan menghampiriku lagi.

"Hah?"

"Iya, aku ketahuan lagi ngewe sama satpam sekolahku di gudang. Besoknya aku langsung dibawa ke sini."

Entah mengapa tiba-tiba aku membuka aibku sendiri. Mukaku sedikit memerah mengetahui kalau aku sudah keceplosan. Safril kemudian diam sambil memandang ke depan. Ia seperti menerawang pikirannya.

"Kamu gay ya?"

"Engga juga si. Maksudku aku belum tahu pasti. Tapi aku juga masih suka dengan perempuan kok."

"Gapapa, entar juga berubah sendiri. Banyak kok yang seperti itu. Udah yok, masuk kayaknya di bawah lagi ada kating keliling," ajaknya sambil merangkul bahuku.

Emang gitu ya? Banyak yang kayak aku? Hmm, apa dia sering atau punya teman yang kayak aku juga ya di sana. Entahlah. Lebih baik aku segera tidur menyiapkan tenaga untuk besok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang