04. Go Public (2)

497 92 19
                                    

Gedung administrasi siang itu sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung administrasi siang itu sesak. Puluhan mahasiswa semester enam berkerumunan di depan kantor bagian administrasi. Saling mengantri untuk mendapatkan selembaran bukti pembayaran. Sampai wajah Mbak Yuri—karyawan bagian administrasi—tidak terlihat lahi. Hanya suara Mbak Yuri yang terdengar menyerukan nomer antrian bergantian.

Satpam yang jaga berupaya mengatur barisan agar tertip sembari menyerahkan nomer antrian. Seseorang yang mencoba menyela segera ditegur dengan wajah galak tanpa dibuat-buat.

Jisoo baru tiba kemudian. Barisan antriannya paling belakang. Dia sengaja minta tiga nomer antrian sendiri, yang nyaris enggak dikasih pak satpam. Dengan alasan tidak boleh jastip. Iya, Hwasa sekalian teman sekelasnya jastip nomer antrian. Untung ada Taeyong pasang badan dan berhasil merayu si satpam yang tak asing lagi sama wajahnya itu.

“Tinggal duduk aja, gih. Di situ atau ... kopima mau?”

Jisoo langsung ikut melihat ke tempat yang barusan disarankan Taeyong. Kepalanya menggeleng, tak setuju. Jarak kopima cukup jauh dari kantor administrasi. Percuma menunggu di sana kalau nanti dia tak mendengar begitu nomer antriannya dipanggil.

“Capek lho, Yang, berdiri. Apalagi antriannya lama.”

Kadang-kadang Taeyong memanggilnya sayang. Kadang-kadang namanya. Panggilannya sering berubah merajuk pada mulutnya yang bicara.

“Gak apa-apa,” balasnya sambil tersenyum.

“Atau gini aja. Kamu yang duduk, sementara biar aku yang ngantri.”

“Aku yang bayar. Kenapa harus kamu yang ngantri?”

“Karena mauku.” Jawaban singkat, padat, dan jelas. Kemauan Taeyong cukup sederhana. Biar dia yang lelah berdiri mengantri. Biarkan sang pasangan duduk di tempat yang teduh. “Kok masih diam? Atau mau aku anterin juga ke sana—”

“Gak. Nggak perlu repot-repot. Makasih,” sahutnya cepat-cepat. “Kamu jangan kebiasaan manjain pasanganmu.”

Refleks si laki-laki tertawa renyah berkat kata-katanya. Tak ada salahnya memanjakan sang pasangan dengan tindak tanduknya. Justru dia paling suka mengutamakan keperluan kekasihnya alih-alih miliknya. Memanjakan pasangan sendiri tak selamanya buruk. Yang buruk hanyalah memanjakan pasangan orang lain. Baginya itu merupakan bagian dari kebahagiaan yang sebelumnya tak pernah dia lakukan pada orang lain.

Taeyong dulu cenderung modal omongan dan aset wajahnya yang terkenal ini. Berkat kedua itu banyak cewek yang bersedia didekatin untuk ditinggalkan. Dulu bahkan dia tak sudi atau belum terpikirkan untuk memanjakan cewek yang hanya berakhir jadi korban ghosting-nya. Lalu sekarang, dia berusaha sebisanya untuk menjadi dirinya, Taeyong, yang lebih bermoral dan berperasaan.

Seseorang yang dapat dipercayai dan diandalkan. Yang tidak akan mencoba mendekati cewek hanya untuk ditinggalkan. Kali ini dia ingin serius menjalani hubungannya. Makanya dia perlu merawat pacarnya lebih baik.

Shameless 3.0 | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang