TIDAK ADA UNSUR LGBT SAMA SEKALI
DAN KARAKTER COWOK YANG KUJODOHKAN DENGAN MC KUUBAH JADI CEWEK GENDERNYA
STOP BILANG BOOK AKU INI YAOI DAN SEBAGAINYA SAKIT HATI TAHU AKU BACANYA
Note alternatif universe yang berarti sangat tidak terkait dengan mang...
You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.
Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.
Happy reading
🍁 Sifat ace dan axe
Aku tengah duduk di ruang tamu, menunggu kehadiran ayahku yang akan pulang hari ini. Telingaku menangkap suara langkah kaki yang familiar, dan tiba-tiba pintu rumah terbuka. Di sana, ada sosok ayahku, Roger, bersama kakakku, Ace.
"Lho, kok niichan bersama tousan?" tanyaku, sedikit bingung melihat Ace yang ikut serta.
"Kakakmu ini buat masalah lagi, Axe. Dia baru saja menghajar anak sekolah lain," ucap Roger dengan nada datar, seolah sudah terbiasa.
"Apa masalahnya?" tanyaku, penasaran.
"Ck! Dia menghinamu!" jawab Ace, matanya menyala dengan emosi.
"Aku?" jawabku, terkejut. Tidak ada yang aku lakukan.
Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Ace langsung bergegas pergi. Emang sih, kakakku itu agak sulit menunjukkan kasih sayang. Selalu saja menyembunyikan perasaan di balik sikap tsundere-nya yang akut.
"Udah kok, tousan. Aku pamit dulu ke kedai seberang jalan," jawabku, meraih jaketku.
"Ngapain kamu kesana?" tanya Roger, sedikit khawatir.
"Kaasan tadi suruh aku beli pembalut," jawabku tanpa beban.
Wajah Roger seketika berubah panik. Aku cuma cengar-cengir, tak terlalu peduli. Lebih baik memenuhi permintaan ibuku daripada repot-repot ikut campur urusan ayah yang overprotektif itu.
Malam harinya, aku merasa bingung dengan sikap Ace yang masih kesal padaku. Padahal, aku merasa tidak melakukan apapun yang salah.
"Kenapa kau tidak melawan saat ada yang membuli?" tanya Ace, tanpa menoleh.
"Mereka tidak membuli aku, niichan," jawabku, sedikit bingung dengan sikapnya.
"Intinya, kalau ada yang mengganggumu, beri tahu aku!" ujar Ace, dengan nada tegas.
"Oh, ok," sahutku, merasa aneh.
Aku kembali fokus belajar sementara Ace sibuk bermain game di hp-nya. Aku memilih diam, tidak ingin menambah keributan.
"Axe, bisa sekalian kerjakan tugas milikku?" ujarnya, sambil memalingkan wajah dari layar.
"Makanya niichan jangan malas belajar. Jangan jadi bodoh kan!" ujarku dengan nada sarkas.
"Heh, mulutmu!" kata Ace, dengan nada kesal.
"Aku cuma ngomong fakta," jawabku santai.
Setelah selesai mengerjakan tugas, aku berlari ke dapur untuk mengambil minuman. Di sana, aku melihat Rouge, ibuku, sedang sibuk membuat kue. Penasaran, aku menepuk pundaknya.
"Kaasan, aku mau dong," ujarku, sambil tersenyum manis.
"Sudah selesai mengerjakan tugas?" tanya Rouge, dengan nada serius.
"Hehehe iya," jawabku dengan tawaku yang sedikit nakal.
Rouge kemudian mengambil sepiring kue untukku dan segelas susu cokelat. Begitu aku menerima itu semua, aku langsung mencium pipi kanan Rouge sebagai bentuk terima kasih.
"Aku punya pacar," ujarku, pura-pura serius.
"Eh serius?!" tanya Rouge, tampak terkejut.
"Iya. Dia yang ngejar, jadi aku terima aja," jawabku dengan santai.
"Anak bungsu tousan ternyata punya pacar," kata Roger yang baru masuk, sambil tertawa kecil.
"Memang tidak boleh?" tanyaku dengan wajah bingung.
"Boleh aja, asal pakai pengaman," jawab Roger, dengan serius.
"Hah?" aku kebingungan, tidak mengerti.
"Jangan dengarkan ucapan ayahmu itu, nak. Lebih baik kembali ke kamar saja," ujar Rouge, dengan nada yang lebih lembut.
"Oh, baiklah," jawabku, lalu kembali ke kamar.
Aku hanya mendengarkan suara pertengkaran ringan antara Roger dan Rouge di luar. Di kamarku, ternyata Ace tengah menyontek tugasku. Aku tak peduli, lebih baik memakan kue saja.
"Dek, bagi," ujar Ace, mengulurkan tangan.
Aku memberikannya satu kue, namun dia memperhatikanku dengan cara yang aneh.
"Kau punya pacar?" tanya Ace, tanpa ekspresi.
"Punya," jawabku dengan santai.
"Kau perlu memperkenalkan dia padaku," ujar Ace, tiba-tiba serius.
"Emang kenapa?" tanyaku bingung.
"Dia bisa saja memanfaatkan sifat polosmu," sahut Ace, menyeringai.
"Aku nggak sepolos itu," jawabku, merasa sedikit kesal.
Ace berdiri dan menyerahkan hp-nya kepadaku. Aku langsung mengernyitkan dahi saat melihat gambar yang ditunjukkan oleh Ace.
"Untuk apa mereka tidak pakai pakaian?" tanyaku, masih bingung.
"Membuat anak," jawab Ace dengan santai.
"Kan belum menikah, nggak boleh buat anak," jawabku, merasa geli.
"Di Jepang nggak masalah. Aku yakin dia akan memanfaatkan itu darimu," ujar Ace, dengan nada khawatir.
"Kecerdasan anak lebih dominan ke ibunya, kan?" sahutku, agak bingung dengan pembicaraan ini.
"Tousan pernah bilang sesuatu nggak?" tanya Ace, matanya tajam.
"Dia cuma bilang aku harus pakai pengaman. Tapi aku nggak paham maksudnya," jawabku.
"Tousan sesat, lebih baik kau belajar pacaran. Nanti aku yang kasih tahu agar kau nggak terjebak," ujar Ace dengan serius.
"Oh iya, pacar niichan yang mana sekarang?" tanyaku, penasaran.
"Ganti lagi, bukan yang kemarin," jawab Ace santai.
"Playboy," sindirku, sambil tertawa.
"Biarin," sahut Ace, tanpa ekspresi.
Ace kembali fokus mengerjakan tugas, meski tangannya tetap saja mengambil kue milikku. Ketika Ace hendak mengambil susu cokelatku, aku langsung mencegah.
🍁 Berbeda
As Twins
~ 22 Juli 2024 ~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Axe)
nama : portgas d axe umur : 17 tahun tinggi : 188 cm ulang tahun : 01 Januari like : kue kering, susu cokelat, dan buku dislike : brokoli karena alergi sifat : ceria, polos, julid, ceplas ceplos, dan tengil
Aku bukan polos hanya tidak tahu saja makanya bertanya (portgas d axe)