- for last, bagian 16

518 170 8
                                    

"Tidak ada tindakan mencurigakan dari ketiganya, tuan. Bahkan Nicholas sekalipun," ucap pria bertubuh besar dengan setelan jas berwarna hitam itu. Ia menunduk patuh di hadapan meja kerja Kim Seokjin yang kini tengah duduk bersandar pada kursinya dengan mata terpejam.

"Kamu yakin?" tanya Seokjin, membuka matanya. Menatap lurus orang suruhannya itu.

"Yakin, Tuan."

"Oke. Untuk keberadaan Jungwon, sudah kamu lacak lagi? Saya butuh informasi itu secepatnya."

"Sudah, Tuan. Tapi tidak ada jejak apapun yang dia tinggalkan. Dia seperti menghilang dari bumi."

Seokjin terdiam. Sampai suara tendangan menggema di ruangan itu. Seokjin menendang meja kerjanya hingga tergeser cukup jauh. Ia bangkit dari posisi duduknya dan melangkah mendekati orang suruhannya. Dengan pandangan nyalang, ia menarik kerah pakaian sang pesuruh, mendekatkan wajahnya dan menatap sepasang mata lawan bicaranya itu dari jarak dekat.

"Lalu kamu pikir, dengan kamu yang mengatakan dia seperti menghilang dari bumi, saya akan menyerah begitu saja? Cari sampai ketemu, bodoh! Memangnya kamu dibayar untuk apa?!"

"Maaf-"

"Saya ngga butuh maaf dari kamu! Saya butuh informasi itu! Informasi itu lebih penting dari apapun sekarang!" Mata Seokjin melotot sempurna. "Kalau sesuatu lebih dulu terjadi sebelum kamu menemukan dia, mati kamu."

"Orangnya kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orangnya kabur. Gue ngga sempet ngejar karena malah nabrak orang. Tapi emang beberapa hari terakhir gue berasa sih kalo ada yang ngintai," ucap Jake yang kini tengah menjadi pusat atensi di ruang tamu kediaman Jay. Semua orang sudah berkumpul, akan lengkap jika Sunoo beserta anak dan istrinya hadir.

"Apa mungkin, orang yang sama dengan orang yang udah celakain Ebi waktu itu?" Sena bersuara.

"Gue juga mikir gitu. Tapi, siapa?? Apa tujuannya??" balas Jake.

"Gue juga ngga ngerti, kenapa kita semua bisa kena teror barengan gini? Kalo emang bener ini salah satu robot Sunghoon, kita harus cari dia secepat mungkin sebelum buat kekacauan kaya dulu lagi." Semua orang mengangguk menanggapi ucapan Jay-kecuali Nicholas. "Sunoo juga kaya menghilang, dia menolak untuk dihubungin. Kita ngga tau, semuanya udah aman untuk dia atau belum."

"Gue ada datengin dia ke rumahnya kemarin bareng Moza. Tapi ngga dibolehin masuk. Penjaga gerbangnya juga bilang kalo Sunoo lagi ngga di rumah," ucap Jake.

"Aneh." Memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri, Yiren mendecak kecil.

"Sunoo pasti minta bantuan kita kalau ada apa-apa. Tapi, ini ngga. Siapa tau emang udah baik baik aja?" Mendengar penuturan Sena barusan membuat Juan menundukkan kepalanya sekilas untuk menyembunyikan senyum miring yang tak dapat ia tahan.

Baik-baik saja apanya? Pria itu tengah kalut setengah mati. Takut dosa-dosanya terbongkar dan menjatuhkan dirinya serta ayahnya yang kini posisinya mungkin hampir mencapai gedung pencakar langit. Iya, memangnya siapa yang akan menerka bahwa profesor yang memasang topeng terbaik bersama anaknya selama ini adalah manusia paling busuk di bumi???

"Atau jangan jangan, itu Jungwon?? Dia belum lama bebas kan? Kita ngga tahu di mana dia, siapa tau dia iseng ikutin kita kita?" celetukan Nicholas itu berhasil membuat ruangan itu hening seketika.

"Kata gue ini lebih masuk akal sih dibanding mikir kalo ini ulah robotnya Sunghoon. Kalaupun ada robot yang ngga kedeteksi sama kita, mana mungkin robot itu masih hidup dan bekerja padahal pemiliknya aja udah ngga ada? Sebelum bebas, Jungwon juga bisa aja nyuruh seseorang buat gangguin Ebi karena Sunoo kan yang laporin dia dulu."

Juan melirik Serim yang duduk di sisi kirinya. Gadis itu tampak kesal, kedua alisnya menukik tajam. Juan juga dapat melihat kedua tangam Serim yang kini tengah memilin ujung pakainnya kuat-kuat.

Jelas Serim kesal dengan tuduhan yang Nicholas utarakan. Jelas-jelas selama ini Jungwon hanya diam, menderita sendirian. Tapi, bisa-bisanya masih terkena tuduhan sejelek itu. Rasanya Serim mau marah dan memaki Nicholas detik ini juga.

"Ngga akan ada yang mau percaya dan nurutin kata Jungwon. Lo lupa gimana perlakuan masyrakat ke Sena dan Serim?" Jake membantah.

"Who knows? Jungwon balas dendam ke Sunghoon dengan bunuh Sunghoon dulu. Bisa aja sekarang dia lagi bales dendam ke Su-"

"Oke." Jay menyela. "Ada dua tersangka. Robot Sunghoon dan Jungwon."

"Gimana kalo ternyata penjahatnya bukan diantara keduanya?" Moza bersuara. "Kalau misalkan inget sama kejadian dulu yang banyak banget plot twist-nya. Bisa aja kan kalo dia lagi-lagi orang yang ngga pernah kita duga?"

Keren juga Moza, berani bersuara di tengah orang-orang dewasa.

Ibu Moza-istri Jake, tampak memandangi putrinya sembari mengangguk. Pertanda bahwa setuju dengan ucapan Moza barusan.

"We don't have an accurate clue at all. Skip dulu hal itu untuk saat ini. Sekarang, bisa ngga kita mulai tinggal bareng? Jaga-jaga kalau ada bahaya. Biar nanti gue yang hubungin Sunoo buat ikut gabung sama kita. Serius, gue takut hal kaya dulu kejadian lagi. Cukup Heeseung. Jangan sampe ada yang lain lagi."

Menoleh kala merasakan lengan kirinya diremat kuat oleh sebuah tangan. Juan menatap Serimnya dengan seksama dari samping.

Ngga perlu emosi, Serim. Kita akan menang.

Disekon setelahnya, ponsel Juan bergetar kecil. Tanda bahwa ia baru saja mendapatkan pesan. Juan mengabaikan perbincangan yang masih berlanjut itu dan lebih memilih untuk berkutik dengan ponselnya.

Ternyata, ia mendapatkan pesan dari Daniel.

ii. After Survive ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang