Prolog

1.3K 52 2
                                    

Sebagian orang berkata cinta itu terbuka. Asalkan mata, pikiran dan hati mampu berkomunikasi dengan baik. Semua orang bisa merasakan cinta yang sehat.

"Cih!" Afshana meletakkan ponselnya sembarang di atas meja.

Baru saja ia membaca sebuah postingan di Instagram mengenai cinta yang sehat. Shana menduga sepertinya content creator tersebut tak pernah dikhianati oleh cinta. Bagi Shana, cinta itu jelas buta. Sebutan bucin terdengar pas untuk orang-orang yang sedang jatuh cinta.

Benar jatuh cinta! Sampai mereka tak bisa bangkit lagi.

Shana selalu mengklaim bahwa cinta tidak sepenting itu di kehidupannya. Buktinya selama delapan tahun terakhir ini, ia hidup baik-baik saja tanpa cinta. Namun ia tak pernah menampik, jika ia pernah merasa kesepian. Karena itu, Shana tak tahan dengan kediaman yang mendominasi dirinya. Ia terus mengisi setiap kekosongan dengan apapun.

"What do you want to eat, Shan?" Sebuah suara menginterupsi pikirannya.

Shana menoleh ke belakang. Ia melihat sosok pria yang sedang berdiri menghadap kulkas yang terbuka.

Kemudian, Shana berpikir sejenak seraya mengalihkan kepala menghadap televisi. "Chicken biryani." Ucapnya pelan namun masih bisa didengar oleh pria itu.

"Oke." Jawaban lantang terdengar seiring dengan gerakan sibuk di dapur.

Sontak Shana kembali menoleh ke belakang. Memang Kai bisa masak menu itu? Batin Shana sambil memandang lekat sosok pria itu. Tadi ia hanya menyebut asal karena iklan yang tak sengaja ia lihat. Lalu ia menghampiri Ghaisan untuk meyakinkan diri apa pria itu bisa memasak menu tersebut.

"No, please sit down." Ghaisan segera mencegah Shana yang ingin mendekat.

Bibir Shana mengerucut dengar himbauan otomatis itu. "Siapa juga yang mau bantu? Pede banget."

"Terakhir kali lo bilang gitu. Taunya salah tuang ketumbar dengan merica."

Shana berdecak malas seraya menyenderkan badan di meja makan. "Berapa lama?"

"Sekitar 45 menit."

"It's too long. Gue mungkin akan pesan online."

"Then turn on your laptop."

Shana terkekeh. Itu artinya Ghaisan menyuruhnya bekerja sembari menunggu makanan siap. Lalu, Shana memandang dapurnya. Ghaisan benar-benar menginvasi dapur seolah miliknya. Mulai dari desain kitchen set, perabot, perkakas bahkan elektronik masak. Tak hanya itu, Ghaisan selalu memastikan kulkas Shana penuh dengan bahan makanan. Bukan diisi oleh minuman dan sisa makanan jajan online-nya.

Shana tak pernah repot jika urusan makanan. Prinsip utamanya yaitu 'yang penting kenyang'. Makanya, ia ambil simpel aja. Makan ketika lapar dan makan yang ada. Sebab itu juga, ia tidak akrab dengan dapur.

Shana membalikkan badan ingin mematikan televisi. Namun, langkahnya terhenti kala melihat cuplikan berita.

Kavana Group siap gabung dengan Amandina. Hal ini disambut baik oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan merger ini bisa membantu Amandina selaku kontraktor "Kelas UKM" naik level. Begitu juga dengan Kavana Group yang bisa meluaskan spesialisasinya.

Demi memperkuat jalinan merger, keduanya siap menjalin hubungan keluarga, yaitu dengan menikahkan putra putri mereka. Ghaisan Althaf Sinaga dan Alalifa Najda Muchlis.

Shana tercenung. Lalu kepalanya menoleh ke arah Ghaisan yang juga tengah menatap televisi. Ruang keluarga dengan dapur rumah Shana dibuat terbuka menjadi satu ruangan. Hanya dibatasi dengan sofa dan meja makan. Karena itu, televisi bisa menjadi hiburan untuk mereka yang sedang memasak dan makan di meja makan.

Ghaisan menatap Shana. Untuk beberapa detik, keduanya saling mematri pandangan.

"Wow kejutan!" Ujar Shana dengan senyum kaku. Ia berusaha mencairkan suasana. Namun sepertinya gagal. Ia tidak bisa menutupi sudut bibirnya yang tegang. Kemudian, Shana mematikan televisi. "Gue ke atas dulu. Kalau udah siap kasih tau." Ujarnya seraya melangkahkan kaki ke tangga.

Tidak banyak yang bisa dikatakan Ghaisan. Alih-alih kesal, ia justru merasa bingung. Ada apa ini? Ia sama sekali tidak tau mengenai hal ini. Tidak mungkin keluarganya berbuat seperti ini.

Mama.

Satu nama terlintas di kepalanya. Ya siapa lagi yang bisa mengatur hal ini jika bukan wanita yang paling disayanginya itu. Mama merupakan pemegang kendali penuh keluarga.

Pikiran Ghaisan tersadar kala masakan di kompornya sudah tercium harum. Kali ini ia akan menyimpannya untuk sementara waktu. Kemudian, pikiran segera berpusat pada makanan yang sedang dimasaknya.

The Things I Never Do [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang