40

203 12 0
                                    

Halo, ada yang nungguin?

Maafin ada romance tipis-tipis. Tapi masih aman lah ya.

Selamat membaca!

***********************************************************************************************

Shana terbangun dari tidurnya. Matanya langsung melihat ke sisi ranjang. Kosong. Tak ada siapapun.

Apa semalam dia bermimpi?

Tangan Shana meraba tiap sudut kasur mencari ponselnya. Pukul 2 malam dan dia berada di Sukabumi.

Itu artinya ia memang tak bermimpi. Ghaisan tadi sempat tidur di sisinya. Dan otak Shana kembali memutar kejadian sebelumnya. Mendadak pipinya panas dan meninggalkan rona merah. Kalau sudah begini, dia tak bisa tidur kembali.

Shana beranjak dari kasur, berniat membasuh wajah sekaligus buang air kecil. Namun, langkahnya terhenti saat dengar suara Kai dan Bara yang sedang bicara.

"Lo bener-bener mau digerebek! Kenapa nggak cari hotel aja sih?"

Kai terkekeh. "Nggak mungkin lah. 'kan ada lo."

Shana yakin keduanya sedang bicara di ruang tengah. Posisi kamar yang Shana tempati berada di sebelah ruang tengah. Saat ini ia sedang berdiri mematung, mendengarkan percakapan dua pria tersebut.

Bara berdecak. "Gini nih kalau kebelet kawin. Bikin repot lo!"

"Ya emang sih. Tapi Shana masih butuh waktu."

Shana melongokkan sedikit kepalanya. Karena, posisi Kai dan Bara membelakangi jadi Shana tak bisa melihat wajah keduanya.

"Dan lo masih yakin sama Shana?" Bara kembali bertanya.

"Nggak usah ngomongin itu lah, Bar. Bikin gue pusing aja." Kai tampaknya mengelak.

"Lo terlalu ambil resiko."

Kai menghela napas. "Yang pasti gue udah kasih dia deadline dan dia setuju. Itu usaha terakhir gue."

"Memang lo udah tau penyebab dia takut nikah begini?"

Tak ada jawaban dari Kai, sepertinya dia hanya menggelengkan kepala.

Bara menghembus napas kasar. "Yaudahlah banyak berdoa aja. Kali aja besok Shana mau langsung diajak kawin. Udah jauh juga 'kan pengorbanan lo selama ini."

"Kawin-kawin! Nikah dulu lah. Mulut lo ini harus ditatar lagi ya."

Bara terkekeh, "lah orang yang udah kebelet mah nggak mikirin nikah kali, ya 'kan?"

"Bangsat! Sembarangan lo! Gue sama Shana masih tau adab ya."

Kemudian pembicaraan keduanya mengalir ke berbagai topik. Entah itu tentang proyek irigasi lalu proyek selanjutnya. Mereka juga sempat bicarakan Amandina dan Alifa. Shana masih berdiri di ambang pintu. Ia kembali mempertanyakan hatinya. Tak ada kecemburuan lagi setelah mendengar Kai membicarakan Alifa. Yang dipikirkan Shana saat ini pembicaraan Kai dan Bara tentang pernikahan.

Shana memang tidak peka selama ini. Atau mungkin Shana terlalu takut. Betapa pengecutnya diri Shana.

"Kamu kayaknya nggak tidur ya?" Tanya Kai saat sedang sarapan.

Shana tersenyum tipis. "Bara ke mana?"

Kai diam menatap Shana lurus. Shana tau, dia tak akan bisa menghindari Kai. Jadi, ia hanya fokus pada makanan di depannya.

"Jadi semalam kamu nggak tidur?" Kai kembali bertanya.

"Tidur kok. Sampai aku kesiangan ini." Shana mengangkat kepalanya, membalas tatapan Kai.

The Things I Never Do [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang